08

1.3K 55 1
                                    

"ch! Iyalah orang dia lebih yahut dari situ," celetuk Nadhira.

Syam membulatkan matanya, mengintimidasi Nadhira, reflek wanita yang memakai rok dipadukan tunik sepanjang paha dengan kerudung pashmina yang menutupi dadanya itu menutup mulut dengan kedua tangannya.

Syam melanjutkan pekerjaannya, begitu pun dengan Nadhira. Tak suara yang keluar dari mulut mereka berdua, keduanya mengadu jemari dengan keyboard laptop dan komputer masing-masing.
**

Paginya, Nadhira melakukan aktivitasnya seperti biasa. Namun, kali ini Nadhira memilih untuk berangkat dengan motor yang Dede nya berikan padanya. Nadhira tidak mau di tinggal lagi di pinggir jalan oleh Syam.

"Mau kemana?" tanya Syam. Tanpa ekspresi.

"Berangkatlah,"

"Ikut sama Saya." Syam melangkahkan kakinya menuju carport dengan mobil berjajar.

"Nggak mau,"

"Cepat!" Sentak Syam. Benci ketika perintahnya tak diindahkan.

"Nggak mau, kamu pikir nunggu bus itu cepat! Saya berangkat pakai motor."

Nadhira sudah memakai helmnya dan bersiap untuk menyalakan kendaraan roda dua miliknya. Syam menghampiri Nadhira dan mencabut kunci motor miliknya. Membuat pemilik mata hazel itu turun dari motor.

"Apa-apaan sih! Sini nggak kuncinya." Nadhira berusaha mengambil kunci dari Syam.

"Nggak, bahaya tahu. Motor kayak gini. Memangnya kamu punya SIM?" Syam mengantongi kunci motor Nadhira.

"Punya lah,"

"Ya udah, besok saya belikan mobil," sergah Syam.

"No! Terima kasih, kalau SIM itu saya tidak punya,"

"Buatlah, jangan malu kan saya, kamu bukan gadis kampung dan miskin lagi," cetus Syam.

"Iyalah ... Saya kan orang miskin, nggak bisa cari SIM, biaya buat SIM kan mahal," sindir Nadhira pada Syam.

"Syukur deh, kalau sadar,"

Nadhira berdecak kesal pada Syam, mata Nadhira mengelilingi tangan Syam. Namun, tak ditemukannya kunci itu.

"Mana!" Nadhira menengadahkan tangannya ke arah Syam.

"Apa?"

"Kuncinya, cepat! Nanti Saya telat, di marahin papa saya bilang kamu yang bikin telat, ya," gertak Nadhira.

"Coba aja, Saya bilang kalau kamu melawan kata suami dong, disuruh bareng suami. Malah ngajak debat,"

"Ya lah ya lah, cepat, mana kunciannya dulu,"

"Masuk mobil dulu." Tunjuk Syam pada mobil yang sudah keluar dari carport.

Nadhira berdecak, tetapi juga menuruti apa yang suaminya katakan. Setelah melihat Nadhira masuk ke dalam mobil, Syam menyusul masuk, dan melajukan kendaraannya.

Tak seperti biasanya, sepanjang perjalanan Syam mengomel, terutama soal motor. Satu sisi Nadhira senang di perhatikan, satu sisi Nadhira tidak mau di tinggal begitu saja oleh Syam, di trotoar jalan, dan mengharuskannya untuk menunggu bus.

"Makanya, kamu antar saya sampai ke kantor dong, kalau nggak boleh bawa motor, gitu aja dibikin besar," protes Nadhira. Melipat tangan di dada. Yang mendapat helaan nafas berat dari Syam.

"Mana kuncinya?" tanya Nadhira kemudian. Syam menyerahkan kunci itu pada Nadhira.

Sesampainya di kantor, sudah ada Hasan yang menunggunya di lobi resort, untungnya Hasan tidak melihat kalau Nadhira turun dari mobil Syam.

NADHIRA CHAIRUNNISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang