49

1.4K 35 1
                                    

"Ma, sudah siap belum?" Panggil Alexa dari lantai bawah.

"Sebentar," jawab Rosa. Setengah berteriak.

"Lama banget, sih," gerutu Alexa.

Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya Rosa turun juga, ibu dan anak itu berangkat ke kampung halaman. Meskipun harapannya tidak banyak.
*

"Morning, sayang." Syam mengecup kening istrinya.

[Tapi, saya tahu, Dhira tidak bahagia dengan Syam, kek. Dhira diselingkuhi, percaya dengan saya,]

Sayup-sayup mereka mendengar keributan dari luar, suara yang familiar dengan telinganya. Siapa pagi-pagi begini, datang dan membuat keributan. Syam dan Nadhira saling beradu pandang.

Nadhira lebih dulu berjalan menuju pintu keluar, disusul dengan Syam. Betapa kagetnya dia kakeknya sudah susah bernapas, tetapi pria di hadapannya terus membicarakan dirinya juga suaminya.

"Astagfirullahal'azhim, Dede," sergah Nadhira.

"Dhira," ucap pria itu lirih.

Nadhira langsung menopang kakeknya yang sudah terhuyung. Ia menatap tajam ke arah pria dihadapannya, pria yang dulu pernah menghuni hatinya.

"Dhira, aku sudah memberitahu–"

"Cukup! Hasan. Kamu keterlaluan tahu nggak," sahut Nadhira.

"Dhir, aku cuma kamu terbebas dari laki-laki tak bertanggungjawab seperti dia!" Ujar Hasan. Tangannya menunjuk ke arah Syam. Tatapannya Seakan ingin menerkam mangsanya.

"Cukup Hasan. Kamu nggak tahu kan, kakek aku tuh lagi sakit, kamu tambahin kayak gini, hati kamu terbuat dari apa!" Maki Nadhira.

Ia tak semarah ini apabila menghadapi masalah, tetapi kali ini berbeda, ia tak bisa terima kalau keluarganya diperlakukan seperti ini.

"Dhir–"

"Egois, kamu egois Hasan. Aku tidak mau melihat kamu lagi, silakan pergi dari sini!"

Ciitt!

Suara decitan mobil dengan kecepatan sedang, berhenti tiba-tiba di halaman depan. Terparkir rapi tepat di samping mobil Syam. Dua perempuan dengan dress diatas lutut, turun dari mobil.

"Alexa," gumam Nadhira dalam hati.

Alexa melepas kacamata hitam yang ia kenakan, berjalan menuju tempat kerumunan. Ia berjalan dengan sombongnya, berlenggak lenggok bak model ternama.

"Wow, ada pertunjukan bagus ternyata di sini," ucap Alexa.

"Kamu ternyata berani ke sini juga, boy," tambah Alexa. Matanya kini mengarah ke Hasan.

"Rosa, Alexa, kalian datang," sahut Ali. Lemah. Namun, tak mendapat jawaban dari kedua perempuan itu.

"Syam, kenapa kamu di sini? Ini yang akan aku kasih tahu ke kamu, kalau perempuan ini tuh, perempuan kampung, yang berusaha menjilat kamu, agar bisa bekerja di resort kamu," ujar Alexa antusias.

"Alexa! Jaga ucapan kamu, Rosa, ajari anak kamu untuk menjaga lisannya," sentak Ali.

"Syam, suami Nadhira, jangan asal bicara kamu!" Tambah Ali.

"Suami?" Alexa hampir saja jatuh mendengar kata itu, segera ditangkap oleh Rosa.

"Ma, Syam ... Suami perempuan kampung itu," adu Alexa. Merengek.

"Hasan, kamu boleh pulang sekarang, lupakan kejadian ini," pinta Nadhira.

"Dhir, tapi–"

"Please, aku tidak mau pertemanan kita hancur karena ini, sudah takdir kita untuk tidak bersama. Kamu harus bisa menerimanya, Hasan. Kamu laki-laki yang baik, insyaaAllah kamu juga akan mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik dari aku." Hasan tertunduk. Menyerah, karena tidak bisa merebut atau memperjuangkan cintanya pada wanita pujaannya.

NADHIRA CHAIRUNNISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang