"Kakak, jemput Aku sekarang," ucap seseorang di seberang telepon. Dengan suara parau dan Isak tangis.
"Oke, sekarang kamu ada dimana?"
"kakak, langsung ke sana, kamu tenang dulu," tambah Nadhira. Kemudian menutup teleponnya.
"Dee kenapa?" Sahut Syarif.
"Kita jemput Dee sekarang, kak," seru Nadhira. Mengabaikan pertanyaan Syarif.
Setalah diberi tahu alamat Deandra, berada, Nadhira yang kebetulan sedang di luar kantor bersama Syarif, Mereka bergegas untuk menyusul Deandra. Perjalanan dari tempat mereka sekarang dengan alamat yang dikasih tahu Deandra membutuhkan waktu empat puluh lima menit, dengan kecepatan sedang.
Sesampainya di tempat Deandra, Nadhira berlari kecil menghampirinya di depan rumah berwarna abu-abu, dan tak terlalu besar, tetapi cukup untuk pasangan yang baru menikah. Deandra langsung memeluk Nadhira, menenggelamkan wajahnya di bahu Nadhira. Syarif, menatap adiknya iba.
"Tenang dulu, tenang, Dee," ucap Nadhira. Sesekali menepuk-nepuk punggung adik iparnya.
"Adi, Kak. Adi," adu Deandra. Ditengah Isak tangisnya.
Syarif mengeratkan giginya, sehingga urat yang ada di sekitarnya bisa dilihat oleh Nadhira. Terlihat sekali pria berbadan kekar itu sangat marah, melihat adik perempuannya disakiti oleh pria lain.
"Dimana laki-laki itu Sekarang, biar Kakak hajar dia," seru Syarif. Dengan nada tinggi. Suara tangis Deandra malah semakin kencang.
"Kak, sudah sudah. Kita ke mobil dulu saja sekarang." Nadhira mengajak keduanya saudara iparnya untuk masuk ke mobil dan pergi dari tempat kejadian, karena tidak mau membuat gaduh di lingkungan orang lain.
"Tapi Dhir–"
"Kak ... Kejahatan kalau dibalas dengan kejahatan, apa bedanya kita dengan dia," sahut Nadhira. Membuat Syarif langsung terbungkam. Dan menuruti perintah adik iparnya.
Di mobil, setelah Deandra sedikit tenang. Wanita berambut sebahu itu menceritakan semua kejadian yang ia lihat pada kedua kakaknya. Dengan adanya kejadian ini, membuat hubungan Syarif dan Deandra membaik secara alami. Karena feeling seorang kakak, selalu benar. Apalagi Nadhira dan Syarif pernah melihat pria yang diceritakan oleh Deandra bersama perempuan lain di mall.
"Dengan adanya kejadian ini, besok besok, kalau kamu memilih pasangan, harus lebih di hati-hati lagi ya, Dee. Jadikan kejadian ini untuk pelajaran kamu, agar tidak percaya orang begitu saja," ujar Nadhira. Memberikan nasihat.
"Kemarin kita juga ketemu sama laki-laki itu sama perempuan lain, tapi kamunya lagi bucin, dan tidak mau dengar Kakak, jadi kakak diam aja," sahut Syarif.
Deg!
Perkataan Syarif membuat Deandra merasa tambah bersalah, karena sudah buta akan cinta. Padahal hubungan yang dijalin dengan awal yang tidak baik, akan berakhir tidak baik pula. Seperti sekarang, ia di selingkuhi oleh pasangannya sendiri. Yang ternyata cuma memanfaatkannya, karena Deandra anak direktur utama.
"Kita ada buktinya kok," ucap Nadhira. Mengeluarkan ponselnya dengan foto pria yang telah menyakiti adik iparnya bersama perempuan lain, di layar.
"Kakak–"
"Udah, adik Kakak kan kuat," cicit Syarif. Menguatkan adiknya, dan fokus ke jalanan.
"Dee minta maaf sama Kak Syarif, sama Kak Dhira, maafin Dee yang nggak mendengar nasihat kalian, maafin Dee yang udah nggak nurut sama kalian," ucap Deandra. Tulus meminta maaf.
"Sebelum kamu minta maaf, kita sudah maafin kamu, Dee. Iya kan, Kak?" seru Nadhira. Meminta persetujuan dari kakak iparnya.
"Iya," sahut Syarif. mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADHIRA CHAIRUNNISA
General FictionFOLLOW DULU YA BESTIE, SEBELUM BACA !! Hatur nuhun :) Nadhira Chairunnisa, gadis dengan mata hazel, yang dibesarkan oleh kakeknya. Kecelakaan besar membuat Nadhira menjadi yatim piatu. Kehadirannya di rumah kakeknya mendapatkan penolakan dari anak...