45

1.4K 33 2
                                    

"Hello ... Sayang, yuk keluar ke tempat biasa," ajak Alexa. Dari seberang telepon.

"Alexa, kita nggak bisa ketemu sekarang," tolak Syam.

"Why? Kamu takut kalau nggak dapat jabatan itu, come on sayang,"

Semenjak kejadian di kamar resort beberapa waktu lalu, juga tuntutan untuk berubah dari papanya, dan janjinya dengan Nadhira, Syam selalu menolak ajakan Alexa untuk have fun ke club malam yang biasanya mereka datangi bersama.

"Siapa yang telepon, Mas?" Tanya Nadhira pada Syam. Baru saja masuk dengan kopi juga roti yang sudah diolesi dengan selai cokelat di dalamnya.

"Ah, bukan siapa-siapa kok," jawab Syam. Kaget, kemudian berbalik arah menghadap Nadhira.

"Dih, kok tegang sih, Dhira kan cuma tanya siapa, kok malam-malam telepon." Syam menggaruk tengkuk yang tak gatal.

"Alexa, ya?" Tanya Nadhira sekali lagi. Sambil memicingkan kedua matanya.

"Buk, buk-bukan ... lagian ngapain juga dia telepon aku malam-malam," sahut Syam. Berbohong.

Nadhira terkekeh,  bukan Nadhira kalau tidak pandai membaca gerakan tubuh seseorang. Syam duduk di tepi ranjang, Nadhira menyusul suaminya duduk di sampingnya. Menghela napas berat, sebelum mengucapkan kalimat.

"Mas, mau aku kasih tahu rahasia aku nggak?" ucap Nadhira.

"A-apa?" Sahut Syam.

"Aku bisa membaca gerak gerik tubuh seseorang, apa yang sedang dialami atau sedang di sembunyikan seseorang itu, terlebih dia sedang berbohong," ujar Nadhira.

"Hah! Kamu tuh, nggak mungkin lah," sahut Syam. Kemudian merebahkan tubuhnya, dengan kaki masih menyentuh lantai.

"Ish, seriusan tahu, Mas," ucap Nadhira. Meyakinkan suaminya.

"Coba apa yang kamu ketahui dengan ekspresi aku kayak gini." Syam sedikit mengangkat tubuhnya, dan kemudian menopang kepalanya dengan salah satu tangannya, menghadap samping.

"Beneran ya, nanti ngamuk kalau kebaca," ejek Nadhira. Kemudian terkekeh.

"Enggak dong, coba apa, kalau kamu bisa," sahut Syam.

"Eem ... Kamu lagi cemas, dan yang telepon kamu tadi Alexa, kamu bingung ya, harus bersikap gimana sama dia?"

Nadhira mencari jawaban dari sorot mata Syam, laki-laki berambut hitam, dengan potongan rambut ala idol negeri seberang itu terdiam sejenak, apa yang dikatakan istrinya benar adanya. Dia sudah tidak mau lagi bermain api dengan Alexa. Namun, apa yang dilakukan Alexa kemarin, membuatnya khawatir.

"Kok diam aja, Mas? Ada yang ganggu pikiran kamu, ya?" Tanya Nadhira.

Nadhira merebahkan tubuhnya, meraih lengan Syam, untuk dijadikan bantal. Keduanya menatap langit-langit ruangan.

"Mas," panggil Nadhira. Karena pertanyaannya tak mendapat jawaban.

"Hmm," jawab Syam. Singkat.

"Ada yang lagi dipikirin? Kalau ada, dibicarakan," pinta Nadhira.

"Kalau misalnya nanti ada hal yang tidak kamu inginkan terjadi, dan buat kamu marah banget, kamu akan mengambil tindakan apa?" Tanya Syam.

"Eum, tergantung soal apa dulu, kalau  enggak keterlaluan, paling aku cuma diam, dan menganggap tidak ada masalah itu, kalau keterlaluan, eum ... Aku belum tahu," jawab Nadhira.

"Kalau masalah itu sudah berulangkali terjadi, tapi kali ini paling fatal, gimana?"

"Ya, gimana ya. Aku akan muhasabah diri dulu, apa ada yang salah dari aku,  sampai-sampai masalah itu berulang kali terjadi, dan kenapa orang itu membawa masalah itu terus sama aku, tapi kalau aku udah merasa enough, aku akan mundur,"

NADHIRA CHAIRUNNISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang