13

1.3K 49 2
                                    

Nadhira kaget dengan kehadiran Syam di sampingnya. Segera mungkin Nadhira melempar lengan milik suaminya.

"Berisik!" Sentak Syam. Syam terbangun dari tidurnya.

"Kamu ngapain disini? Bukannya semalam kamu bilang nggak pulang?"

"Bisa digorok Saya sama Papa, kalau nggak pulang." Syam merebahkan tubuhnya lagi.

"Kamu nggak ngapa-ngapain Saya kan? terus di mana kerudung saya?" Cecar Nadhira.

"Astagaaa! Ini masih pukul 03.25 kamu bisa nggak sih nggak ngajak ribut! Saya mau istirahat, kamu pikir dengan kamu nggak pakai kerudung, Saya bakal naksir sama kamu? Enggak! Selera saya enggak serendah kamu!" Syam kembali merebahkan tubuhnya, mengusir Nadhira untuk segera beranjak dari ranjang.

Nadhira mendengus kesal, melempar Syam dengan bantal sebelum mengambil wudu, untuk menunaikan salat di sepertiga malam. Nadhira mengurungkan niatnya untuk tidur kembali, ia mau menunggu subuh.

Rasa dahaga menghampirinya, membuatnya beranjak dari duduknya dengan atasan mukena, ia menuruni tangga, ke dapur untuk mengambil air minum. Cahaya dari jendela samping masih bisa menuntunnya sampai ke dapur.

"Deandra," panggil Nadhira. Pada wanita baru saja memasuki rumah. Tak lain adalah adik iparnya.

Deandra Aulia, wanita berusia dua puluh satu tahun, anak ketiga dari Syamsuddin dan Sandra. Sedang menempuh pendidikan S1 ekonomi management.

Nadhira jarang bertemu dengan Deandra. Anak itu suka di luar rumah, daripada di dalam rumah, berkumpul dengan keluarga. Syamsuddin dan Sandra pun juga tidak mengambil pusing anak perempuannya ada di luar, Deandra sering menginap di rumah temannya.

"Kakak." Deandra menghampiri Nadhira baru saja pulang.

"Baru pulang, Dee?" Deandra mengangguk, terlihat sekali ia kurang tidur.

"Mau kakak buatin teh, atau susu?" tawar Nadhira.

"Susu boleh, Kak." Deandra duduk di kursi menunggu Nadhira membuatkan susu untuknya.

"Kamu nggak tidur rumah lagi ya, semalam?"

"Enggak, kak. Dee, menginap di rumah teman,"

"Banyak banget ya tugasnya?"

"Iya, Kak. Capek banget." Deandra mendaratkan kepalanya ke atas meja.

Nadhira sudah selesai membuatkan susu untuk Deandra, selayaknya kakak beradik, Nadhira sayang dengan Deandra, Deandra orang yang mau menerimanya di rumah ini.

"Aaahh ... Hangatnya tubuh Dee, Kak." Nadhira hanya tersenyum pada Adik ipar nya itu.

"Dee, Kakak boleh ngomong sedikit nggak?" tanya Nadhira. Yang mendapat anggukan dari Deandra.

"Of course," jawab Deandra.

"Dee, kalau bisa kamu jangan sering-sering nginap di rumah teman kamu, ya. Kamu kan perempuan," ujar Nadhira. Meraih tangan Deandra.

"Kakak tahu sendiri, kan? Gimana keadaan rumah ini, semua orang hanya sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri, Mama-Papa hanya mengurus Abang Syam, nggak menganggap Dee ada di rumah ini, kak." Wajah Deandra berubah sendu.

"Kan ada Kakak, kakak selalu ada disini buat, Dee." Deandra menatap Nadhira dengan tatapan haru.

Keduanya saling berpelukan, Nadhira memberikan rasa tenang pada Deandra. Sesekali ia mengusap punggung dan menepuk-nepuk, menguatkan.

Adzan subuh berkumandang, Nadhira melepas pelukannya, dan mengajak Deandra untuk salat subuh sekalian. Namun, segera di tolak oleh Deandra.

"Ayo salat subuh sekalian, yuk!"

NADHIRA CHAIRUNNISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang