"Kamu tuli, atau gimana? Saya bilang bagi saya uang!" Sentak Rosa. Berusaha menghentikan langkah Nadhira.
"Madam, saya tidak ada uang sebesar itu," jawab Nadhira.
"Kalau tahu, nggak ada duit. Bilang sama laki-laki tua bangka itu suruh cepat kasih tanah itu sama kamu, biar saya bisa jual tanah itu!" Bentak Rosa. Membuat beberapa staff menoleh ke arah mereka, dan bergunjing.
"Saya tidak tega untuk bilang ke Dede, Madam," cicit Nadhira.
"Ma!" panggil seseorang dari arah pintu masuk dengan suara tegas. Membuat Rosa dan Nadhira menoleh ke sumber suara.
"Sa,"
"Ma, Mama ngapain ke sini!" bisik Alexa.
"Mama mau minta uang sama perempuan ini, kakek tidak mau kasih tanah itu sama Mama, katanya mau di kasih ke perempuan ini," cicit Rosa.
"O-oh, jadi ibu sama anak, alamak Alexa berarti sepupu gue," batin Nadhira dalam hati.
"Ma, Mama jangan seperti ini, nanti kalau Syam lihat gimana?" bisik Alexa. Mengeratkan giginya.
"Sebentar lagi jatuh tempo, Sa, Mama bingung!" Rosa menghentakkan kakinya, dan setengah berteriak. Mengundang keributan staff.
Nadhira memberikan isyarat pada seluruh staff untuk diam, dan pura-pura tidak tahu kejadian itu. Amel melintas saat mereka masih di tempatnya.
"Halo, Nyonya. Ibu Nadhira seperti didatangi dua perempuan, dan sepertinya kayak menagih uang gitu, Nyonya. Soalnya ada kata jatuh tempo saya dengar tadi," adu Amel pada seseorang di seberang telepon.
Tak lama kemudian, Sandra dan Bela, datang bersamaan. Lalu menghampiri Nadhira, Rosa, dan Alexa. Dengan stelan baju dari brand ternama, dan tas branded membuat Sandra terlihat elegan, begitu pun dengan Bela.
"Ada apa ini, ribut-ribut!" Sergah Sandra. Melihat Rosa dan Alexa dari atas hingga bawah.
"Heh! Kamu siapa? Jangan ikut campur urusan saya!" Sentak Rosa. Alexa masih menghentikan Rosa, agar tak terlewat batas.
"Perempuan! Kamu jangan permalukan perusahaan suami saya, yaa!" Sentak Sandra pada Nadhira. Reflek Nadhira melambaikan kedua tangannya, sebagai jawaban tidak mau permalukan perusahaan.
"Kalian siapa, datang-datang ke kantor suami saya, buat gaduh!" Sentak Sandra pada Rosa dan Alexa. Wajah Alexa berubah menjadi pucat pasi, pasalnya yang dihadapi adalah Mama dari Syam. Yang ia anggap sebagai calon mertuanya.
"Mama," bisik Alexa. Mengeratkan cengkeramannya, saat Rosa ingin menjawab sentakan Sandra, dan mengajak Rosa untuk pulang.
"Heh! Mau ke mana kalian?" Teriak Sandra.
Setelah melihat kedua perempuan itu pergi, sekarang giliran Sandra, menyodorkan Bela pada Syam. Agar Syam mau menceraikan Nadhira. Dengan alasan, kalau Nadhira mempunyai utang, dan ditagih sampai resort.
"Heh! Perempuan, di mana anak saya?" tanya Sandra ketus.
"Anak Nyonya yang mana, ya? Kak Syarif kah, atau–"
"Ck! Tuan Syam Mahardika!" Sahut Sandra.
"Oh, Tuan Syam ada di ruangannya, Nyonya," jawab Nadhira. Memposisikan sebagai bawahan. Bukan sebagai menantu, atau istri dari bakal CEO perusahaan ini.
"Huft ... Untung saja Mama datang tepat waktu, nggak papa lah kena omel Mama, daripada harus berhadapan dengan dua Mak lampir tadi," gumam Nadhira lirih. Setelah melihat ibu mertuanya dan Bela menjauh dari tempatnya berdiri.
**"Mama! Sa sudah bilang kan, jangan ke resort lagi, biar Sa yang urus," sentak Alexa pada Rosa.
"Sampai kapan! Kamu nggak ada pergerakan Sa!" Rosa balik menyentak Alexa.
"Ma, Sa tadinya mau ketemu sama Syam. Semuanya gagal gara-gara Mama datang ke resort." Alexa menghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tamu.
Ting!
Bunyi notifikasi ponsel Alexa, di layar tertera nominal yang cukup besar, dari Syam juga Tuan David. Alexa menghela napas lega. Karena usahanya membuahkan hasil.
"Syam sama Tuan David transfer, Sa. Total semuanya ada 50 juta, nanti Sa ke bank, setidaknya ini bisa buat mengulur waktu biar rumah kita tidak kena sita bank. Mama jangan ke resort itu lagi, atau Sa tidak mau lagi ambil pusing utang-utang Papa," ancam Alexa pada Rosa.
"Biar Mama aja ke bank, Sa." Rosa membujuk Alexa agar uangnya di transfer ke rekening Rosa.
"Nggak, nanti uangnya, Mama pakai buat belanja lagi, susah tahu cari uang," tolak Alexa. Yang mendapat decakan dari Rosa sebagai jawaban.
**"Syam! Ayo kita lunch bareng, Bela sudah di sini," cicit Sandra.
"Ma, ngapain sih, Mama ajak perempuan ini ke sini lagi," cetus Syam.
Nadhira melipir ke meja kerjanya, karena tidak mau berurusan sama ibu mertuanya lagi. Setelah kejadian di lobi tadi. Syam hendak menarik Nadhira, tetapi Nadhira sudah memberi isyarat silang dengan kedua tangannya, dengan membulatkan matanya sempurna. Membuat Syam mengurungkan diri.
Sandra menyadari itu, kemudian mengadukan kejadian di lobi pada Syam. Agar Syam membenci Nadhira dan kemudian menikahi Bela.
"Perempuan itu tadi, ditagih utang sampai ke lobi, jangan buat malu perusahaan kita, Syam," gertak Sandra pada Syam.
"Hah! Tamatlah riwayatku," batin Nadhira dalam hati. Memejamkan kedua matanya dan kemudian membukanya. Nadhira menghela napas berat. Melihat Syam sudah meliriknya dengan tatapan tajam.
Dengan begitu, Syam menyetujui tawaran mamanya untuk makan siang bersama Bela, karena mau tahu cerita versi mereka, kenapa bisa Nadhira dihampiri oleh dua perempuan, di lobi tadi. Syam membiarkan Sandra dan Bela untuk keluar lebih dulu.
"Kita belum selesai ya," ucap Syam. Mengacungkan jari telunjuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADHIRA CHAIRUNNISA
General FictionFOLLOW DULU YA BESTIE, SEBELUM BACA !! Hatur nuhun :) Nadhira Chairunnisa, gadis dengan mata hazel, yang dibesarkan oleh kakeknya. Kecelakaan besar membuat Nadhira menjadi yatim piatu. Kehadirannya di rumah kakeknya mendapatkan penolakan dari anak...