"Kita pamit dulu ya, De," pamit Nadhira. Mengecup punggung tangan laki-laki senja itu. Yang diikuti dengan suaminya, Syam.
"Kalian hati-hati, kalau sudah sampai rumah, kabari," ucap Ali.
"Ashiap," seloroh Nadhira. mengundang gelak tawa orang yang ada di sekitarnya.
Fatimah menggelengkan kepalanya, dan tersenyum tipis. Begitu pun dengan Ahmad. Ali memberikan beberapa wejangan, sebelum keduanya memasuki mobil.
"Dha dha ... Assalamu'alaikum," teriak Nadhira. Sambil melambaikan tangannya.
Ditengah perjalanan, Nadhira dan Syam terus mengobrol, peristiwa kemarin, menjadi awal kedekatan mereka.
"Kamu tahu nggak bedanya metromini sama kamu?" tanya Syam pada Nadhira.
"Apa?" Nadhira mengikuti arah pembicaraan Syam.
"Masak kamu nggak tahu sih?" sergah Syam.
"Metromini kan kendaraan umum, Saya manusia, Tuan muda," goda Nadhira. Membuat Syam terkekeh, dengan sebutan Tuan muda.
"Oke, oke oke. Kalau metromini itu untuk umum, kalau kamu cuma buat Saya." Pria dengan kulit putih itu membuat gombalan untuk istrinya.
"Aaa ... Kiyowo, ada-ada aja kamu ini, Mas," sahut Nadhira.
Ssettt!
Kendaraan roda empat itu langsung berhenti mendadak, membuat Nadhira hampir saja kepentok dasbor mobil. Untungnya wanita bergamis hitam dengan kerudung warna senada itu mengenakan sabuk pengaman.
"Isshh! Kebiasaan deh, suka ngerem mendadak," omel Nadhira pada Syam.
Tangan Syam Perlahan turun dari kemudi, memutar tubuhnya empat puluh lima derajat, menghadap Nadhira, membiarkan wanitanya mengomelinya, dan perlahan meraih kedua tangan Nadhira, matanya menatap Nadhira, dengan tatapan hangat.
"Apaan sih, malah pegang-pegang," cicit Nadhira. Namun, tidak menepis tangan Syam. Ia menyukai sentuhan dari Syam.
"Kamu tadi panggil saya apa?" tanya Syam. Dengan nada lembut.
"Tuan muda?" jawab Nadhira. Yang mendapat gelengan kepala dari Syam sebagai jawaban.
"Apa sih?" ucap Nadhira, pura-pura lupa.
"Aaa ... Kamu mah gitu, yang tadii ...," sahut Syam. Dengan nada kesal manja. Nadhira menyeringai, melihat sisi lain dari Syam.
"M-Mas, maksud kamu?" ucap Nadhira malu. Syam mengangguk berkali-kali.
"Terus kenapa?" Nadhira mengerutkan dahi.
"Saya suka, kamu setiap hari dong, panggil itu. masak panggil saya dengan sebutan itu cuma pas awal pernikahan," protes Pria yang memakai hoodie warna hitam di sampingnya.
Nadhira tak menyangka, diam-diam Syam memperhatikan semua perjalanan mereka berdua. Nadhira memang memanggil Syam dengan sebutan 'Mas' waktu awal pernikahan, seiring berjalannya waktu, Nadhira enggan memanggil dengan sebutan itu, karena merasa pernikahannya hanya di atas kertas, juga ia tak dekat dengan Syam.
"Hmm," sahut Nadhira acuh, dan memandang lurus ke depan.
"Hmm?" Syam menirukan ucapan Nadhira.
Bunyi nada dering ponsel Syam menguar di seluruh penjuru mobil. Syam melihat nama yang tertera di layar benda gepeng dengan ukuran yang hanya beberapa inci itu. Alexa, Nadhira setengah mengintip siapa yang menelepon, tetapi tidak begitu jelas ia melihat.
"Halo, sayang ...," sapa Syam pada orang di seberang telepon.
Nadhira mendengus kesal, dari panggilannya saja, ia sudah tahu siapa yang menelepon suaminya. Getaran dalam hati, saat merasakan sentuhan Syam, berubah menjadi beku lagi. Ia mengubur dalam-dalam perasaan yang baru saja menjadi bibit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADHIRA CHAIRUNNISA
General FictionFOLLOW DULU YA BESTIE, SEBELUM BACA !! Hatur nuhun :) Nadhira Chairunnisa, gadis dengan mata hazel, yang dibesarkan oleh kakeknya. Kecelakaan besar membuat Nadhira menjadi yatim piatu. Kehadirannya di rumah kakeknya mendapatkan penolakan dari anak...