"Bu Tia, ingat pesan saya, 'kan?" ucap Sandra. Sembari melirik ke arah Nadhira.
Sindiran Sandra menjadi makanan untuk Nadhira setiap kali membantu Tia memasak di dapur. Bukan Nadhira kalau ia patuh begitu saja, Nadhira kadang mematuhi perintah Tia, kadang juga mengabaikannya. Karena Tua sudah berusia lanjut, ia teringat Dedenya di kampung halaman.
"Non–" panggil Tia pada gadis bermata hazel, yang sedang menumis bumbu mie goreng.
"Iya Bu, setelah mie jadi Dhira nggak sentuh bahan masakan lagi,"
Nadhira melirik ibu mertuanya yang sedang duduk di ruang makan, ia lihat mertuanya sedang menikmati aroma bumbu yang menguar di seluruh penjuru ruangan. Sudut sejajar terlukis pada wajah Nadhira.
Ia tahu, kalau ibu mertuanya sebenarnya suka dengan masakannya, tetapi gengsi menutupi semuanya. Hanya karena Nadhira berasal dari kampung, bukan dari keluarga yang setara dengannya.
Setelah selesai, Nadhira menghidangkan masakannya ke atas meja makan. Sengaja memutar rute melewati ibu mertuanya, agar Sandra semakin ngiler dengan mie goreng yang baru saja selesai ia masak.
"Eum," Nadhira mencium aroma masakannya sendiri. Melirik ke arah Sandra yang berulang kali menelan saliva.
Nadhira bergegas membangunkan Syam, akhir-akhir ini Syam sering keluar malam, membuat Nadhira harus membuat kebohongan demi menutupi keburukan suaminya, ketika di tanya sama Syamsuddin.
"You! Bangun, sudah pukul 07.33, kamu kerja nggak," seru Nadhira. Mengguncangkan tubuh Syam, sedikit kasar.
Nadhira mengulang aktivitas berulang kali, membuat pemilik tubuh terusik, dan marah.
"Kamu itu kalau bangunin orang bisa pelan nggak sih!"
"Oh, orang ... Kirain ma–"
Belum juga selesai bicara, tangan Nadhira langsung di tarik Syam, membuat Nadhira hilang keseimbangan, dan jatuh di ranjang, menimpa tubuh teman hidupnya itu.
"Saya sudah bilang, 'kan? Jangan buat gara-gara kalau pagi." Tubuh Syam sudah berada di atas Nadhira.
Mata Nadhira membulat sempurna, melihat Syam berada diatasnya. Dulu, ia memang menginginkan pria di hadapannya itu selalu memperlakukannya sebagai istri, tetapi sekarang ia malah bergidik saat tiba-tiba Syam melakukan aksinya.
"Turun!" sergah Nadhira. Mencoba mengendalikan nada bicaranya, juga detak jantungnya yang berdetak lebih kencang.
"Kalau saya nggak mau?" goda Syam.
"Ch!" Nadhira berdecis, kesal.
Tok tok tok
"Non, dipanggil Tuan sama Nyonya untuk turun, sudah ditunggu untuk sarapan,"
Panggilan Tia, membuat Syam, mengurungkan niatnya untuk terus menggoda istrinya. Nadhira tersenyum penuh kemenangan.
"Ganggu aja!" Syam beralih ke samping Nadhira yang masih terbaring.
"I-iya Bu, sebentar, Syam belum bangun-bangun, nih," kata Nadhira membuat alasan.
"Baik, Non," jawab Tia dari seberang pintu.
"Minggir!" usir Nadhira. Melempar kaki Syam yang masih menempel pada kakinya.
"Cepat bersiap, kamu dengar sendiri, kan?" tambah Nadhira. Kemudian pergi menyiapkan baju Syam ke warddrop.
**"Sayaang," pekik Alexa. Berlari riang menghampiri Syam, baru saja memasuki lobi.
"Allahuakbar, tolong deh. Masih pagi banget ini," gerutu Nadhira lirih. Namun, masih bisa di dengar oleh Syam.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADHIRA CHAIRUNNISA
Ficção GeralFOLLOW DULU YA BESTIE, SEBELUM BACA !! Hatur nuhun :) Nadhira Chairunnisa, gadis dengan mata hazel, yang dibesarkan oleh kakeknya. Kecelakaan besar membuat Nadhira menjadi yatim piatu. Kehadirannya di rumah kakeknya mendapatkan penolakan dari anak...