41

1.1K 31 2
                                    

Masa cuti yang diambil Nadhira sudah selesai, kini ia harus kembali bekerja. Nadhira masih terus meyakinkan hatinya untuk tetap tenang ketika harus berhadapan dengan suaminya. Sifat keras kepala Syam tidak bisa dihilangkan.

"MasyaaAllah, penampilan baru, Bu?" Celetuk Nurdin.

"Eh Iya, Din. Aneh, ya?" Nadhira membenarkan pakaiannya. Yang sama sekali bukan dirinya.

"Enggak kok, Bu. Cantik," puji Nurdin.

"Tuan Syam sudah berangkat belum?" tanya Nadhira. Selama Nadhira cuti. Laki-laki yang berstatus suaminya itu sama sekali tidak menghubunginya.

"Sudah, sedang meeting bersama Amel, Bu. Kalau begitu saya pamit dulu ke FS Bu, Assalamu'alaikum," pamit Nurdin.

"Waalaikumussalam," jawab Nadhira singkat.

Setelah perbincangan kecil dengan Nurdin, Nadhira menuju ruangannya, setiap pasang mata yang melihatnya, selalu memujinya. Karena penampilannya berbeda. Nadhira hanya bisa berterima kasih, dan tersenyum.

Saat mau menekan tombol lift, tangan Nadhira bertemu dengan tangan Syam. Sesegera mungkin Nadhira menarik tangannya. Membiarkan Syam menekan tombol lift.

"Cantik!" Puji Syam dalam hati. Pandangan matanya tidak bisa lepas dari Istrinya.

Mereka bertiga menaiki lift, yang menuju lantai tujuh, dimana ruangannya berada. Di dalam lift sudah ada beberapa karyawan yang berada di sana. Sayup-sayup terdengar pujian dari mereka, atas perubahan yang di lakukan Nadhira.

Syam, yang terusik dengan bisik-bisik mereka, menoleh ke arah belakang dan menatap tajam ke arah mereka. Kemudian melirik ke arah Nadhira. Nadhira masih bergeming, tujuan ia merubah penampilan adalah membuat Syam hanya menujunya. Bukan untuk mendapatkan pujian dari orang lain.

Ting!

Bunyi lift, tanda sudah sampai lantai yang kita tuju. Syam segera menarik lengan Nadhira ke ruangan.

"Sakit!" Pekik Nadhira. Menghentakkan tangannya, hingga terlepas dari cengkeraman Syam.

"Ck!" Syam berdecak kesal. Kemudian berkacak pinggang.

"Tujuan kamu merubah penampilan apa? Mau tepar pesona!" Sentak Syam.

"Apaan sih, nggak jelas banget." Nadhira berbalik, dan berjalan ke arah mejanya.

"Saya belum selesai ngomong sama kamu, ya!" Teriak Syam.

Nadhira menghentikan langkahnya, karena ada yang mengusiknya, ia merasa ada yang aneh dengan kalimat yang disusun suaminya.

"Apa tadi? Saya?" Nadhira mengulang panggilan Syam untuk dirinya sendiri.

Pasalnya mereka sudah sepakat dengan panggilan "Aku dan Kamu" ketika sedang berdua di kantor. Bukan panggilan formal. Nadhira menarik salah satu sudut bibirnya. Dan kembali ke meja kerjanya.

"Aaarrrggghhh!" Pekik Syam. Frustasi, dengan dirinya sendiri. Dan memilih duduk di bangkunya.

Hening, ruangan yang penuh dengan canda, juga gairah untuk beberapa waktu lalu. Menjadi mencekam, dilengkapi dengan sikap dingin penghuninya. Sesekali pasangan suami istri ini saling mencuri pandang. Naluri menyuruhnya untuk saling bertegur sapa. Namun, tertutupi oleh gengsi yang begitu besar keduanya.

Tok tok tok

"Masuk!" Ucap Syam dari dalam.

"Sayaang!" Cicit Bela. Baru saja masuk, dan disusul oleh Sandra.

Raut wajah Syam berubah sangat masam. Panggilan Bela, mendapatkan dengusan kesal dari Syam. Sorot matanya protes dengan Mamanya. Sedangkan di sudut ruangan yang lain. Nadhira menatap layar monitor, padahal ia memperhatikan ketiga orang yang ada di hadapannya sekarang.

NADHIRA CHAIRUNNISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang