13

48 10 0
                                    

"Sudah malam. Ayo kuantar pulang."
Suara lembut itu mengagetkannya.
Yura melihat siapakah suara yang tak asing baginya itu.
"Kak Sultan? Kenapa tahu aku disini?"
"Setelah kamu pergi kami semua bubar dan untungnya aku masih bisa menemukan mobilmu yang melaju sembarangan di jalan."
"Tapi aku tak ingin pulang kak. Kakak pulang saja aku bisa tidur dimana saja kok."
"Contohnya?"
"Di hotel, di apartement, di rumah Milie, di rumah Ratih atau di rumah Ben. Mereka semua udah biasa menampungku. Pintu rumah mereka selalu terbuka lebar padaku." Senyumnya.
"Ke rumah Setyo pernah?"
"Pernah sekali kak. Waktu om dan tante pergi ke Singapura. Setyo mengajak kami untuk berpesta di rumahnya. Karena kemalaman kami semua menginap disana."
"Oh begitu. Yaudah kalau gitu malam ini tidur di rumah Setyo saja lagi. Rumahnya juga bersedia menampung kamu. Pintunya juga akan terbuka lebar untuk kamu."
"Biar dibilang apa coba kak?"
"Biar dibilang gak hanya sekali. Seengaknya dua kali."
Mendengar jawaban Sultan, Yura menjadi merasa sangat lucu dan dia tersenyum lebar.

Sesampainya di rumah, Setyo membukakan pintu untuk kakaknya Sultan.
"Kakak, kau kemana saja membawa kabur mobil ayah. Karena kau kami harus pulang naik taxi online."
Akhirnya kebohongan Sultan pun terbongkar didepan Yura. Mendengar itu Yura langsung muncul dan ingin menjelaskan pernyataan Sultan yang sudah membohonginya. Tapi dihentikan oleh Sultan. Sultan memegang tangannya dan menatapnya lalu segera membawanya masuk kedalam rumah.
Setyo membalikkan badannya untuk mendengar jawaban Sultan, tapi dia sangat kaget ketika melihat Yura berdiri disamping kakaknya.
"Yura." Teriak Setyo bahagia.
"Kenapa jadi begini kak?" Tanya Setyo lagi penasaran.
"Ayah dan ibu mana?" Tanya Sultan.
"Sudah tidur kak."
"Ya sudah tunjukkan kamar untuk Yura. Sudah tidak usah banyak tanya. Dia juga sangaat lelah."
Sultan pergi kekamarnya dan segera membersihkan dirinya.
"Kenapa sifatnya berubah jadi abu-abu. Kadang bersahabat. Kadang kembali dingin." Pikir Yura sambil mengikuti Setyo.

Setengah jam kemudian suara ketukan pintu terdengar mengganggu di telinga Yura. Ia baru saja ingin terlelap. Yura membuka pintu ternyata Sultan tepat didepan matanya. Kembali Yura mengingat tangan lancangnya menarik kerah Sultan masuk kedalam kamar hotel waktu itu. Untung saja suara Sultan menyadarkannya. Kalau tidak Yura bisa berdiri saja dengan tatapan kosong di matanya.
"Aku kira Setyo sudah meminjamkan bajunya padamu. Ini, pakai saja baju ini. Tidak akan nyaman kalau tidur memakai celana koyak dan baju kurang bahan." Kata Sultan dan pergi meninggalkan Yura.
"Kenapa bahasanya begitu. Dia sedang mengejekku atau sedang kasihan padaku sih?" Ocehan Yura pelan dan menutup pintunya.

Hari ini adalah weekend. Biasanya anak sekolah akan bermalas-malasan untuk melepas selimutnya dan bergerak dari tempat tidur mereka. Yura juga begitu, rasa malasnya sangat besar. Tiba-tiba ia membuka matanya, dia binggung dia ada dimana. Dia baru ingat kalau ini rumah Sultan bukan rumahnya. Melihat jam di ponselnya ternyata sudah jam 08:00.
"Astaga." teriaknya.
Merapikan kamar dan bergegas turun untuk pulang. Ia tak ingin om Gunawan dan tante Yuni mengetahui kalau dia menginap di rumah mereka. Saat ia turun dari kamar ia melihat ibu Sultan yang sedang memasak, ayahnya duduk santai didekat kolam renang dengan Setyo sambil menikmati kopi buatan ibunya.
"Yah aku terlambat untuk kabur. Tapi keluarga mereka sangat romantis ya. Mana si pria dingin itu? Kenapa aku mencarinya." pikirnya.

Yuni melihat Yura yang malu-malu untuk turun. "Sayang, kamu sudah bangun? Sini turun, tante masakin nasi goreng kesukaan kamu. Kamu jangan kaget, tadi tante telepon bik Ija tanya makanan kesukaan kamu." Kata Yuni tersenyum. Yura yang sedikit lagi menuruni anak tangga terakhir, namun siapa sangka celana tidur milik Sultan yang kepanjangan terinjak oleh kakinya sendiri dan membuatnya terpleset lalu terjatuh dari tangga. Tapi lagi dan lagi pangeran itu datang untuk menyelamatkan sang putri. Sultan yang sedang berjalan menuju kolam renang tak sengaja melihat Yura yang akan terjatuh. Dengan cepat dia berlari dan menolongnya.
"Ya, gadis kecil itu terjatuh dipelukan pria berbadan tegak ini." Goda Yuni sambil tertawa kecil.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang