14

41 11 0
                                    

Senin, adalah hari yang sangat membosankan bagi siswa-siswi di sekolah. Setelah free dalam sehari dan memulai pelajaran dengan tugas yang menumpuk selama 6 hari kedepan pastilah tidak mengasikan. Tapi mereka semua harus semangat belajar demi cita-cita yang harus mereka raih.
"Aku pergi keruangan osis dulu ya." kata Ratih.
"Oh ia aku juga harus laporan keruang Bimbingan Konseling." kata Millie lagi.
"Kita keperpustakaan yok" kata Ben mengajak Setyo dan Yura.
Seperti biasa mereka berlima sibuk dengan kegiatan masing-masing kalau berada di sekolah.
"Yura apa keputusan pensi kemarin kamu rapat dengan kepala sekolah?"tanya Setyo.
"Kepala sekolah meminta ku untuk menjadi ketua pensi bersama Ben. Dan kami harus mempersiapkan berbagai macam kegiatan dan ide untuk tema pensi tahun ini."
"Wah, pasti sangat seru. Kamu tidak perlu khawatir. Kami siap membantu kalian."
"Trimakasih Setyo."

Pelajaran pun dimulai kembali seperti biasanya. Belajar bukanlah hal yang membosankan bagi semua siswa disini. Karena sekolah internasional ini menerapkan cara belajar yang kreatif dan meyenangkan. Respon siswa-siswi terhadap guru pun bukan lagi seperti musuh melainkan teman yang baik.
Bel pertanda pulang pun berbunyi. Itu artinya pelajaran dihari senin berakhir.
"Kita akan sibuk sekali beberapa hari berikutnya. Sebentar lagi kita akan pensi, kita juga akan ujian akhir sekolah." Kata Ratih sambil mengemasi buku-bukunya.
"Setelah itu kitabakan sibuk juga menyelesaikan pernikahan Yura." Sambung Setyo.
"Sayang, kamu ini apa-apaan sih. Bisa gak usah berisik." Sambung Yura
"Eh tapi ngomong-ngomong ya guys. Terkait pernikahan, aku takut kak Sultan yang akan rugi menikah dengan Yura. Udah gak bisa masak, gak biasa bersih-bersih dan sebagainya. Bagaimana kak Sultan akan menikah dengan gadis seperti ini nantinya." Kata Milie.
"Sepertinya Setyo harus bilang pada kak Sultan untuk segera membawa bik Ija." Jawab Yura tertawa.
"Tapi ya ra kamu itu beruntung sih bisa menikah dengan pria baik yang setampan dan sesempurna kak Sultan. Dimana coba dapat pria seperti itu. Aku juga mau Yura kalau dikasih gratis." Lanjut Milie.
"Ben juga baik, tampan dan sempurna. Aku kasih gratis mau gak?" Canda Setyo.
"Saya bukan pria gratisan bro." Jawab Ben.
Wajah kesal Milie terlihat jelas diwajahnya. Dia merangkul tasnya katanya lagi, "pembicaraan selesai. Ayo kita pulang."
Yura masih sibuk membereskan barang-barangnya, "Sepertinya pena ku ketinggalan di perpustakaan, aku kesana dulu ya. Kalian duluan saja. Kita ketemu diparkiran. Oh ia ben aku pulang bareng kamu ya."  Ucap Yura dan berlari cepat menuju perpustakaan sebelum pintunya terkunci.

Tiba-tiba banyak teriakan dan jeritan dari koridor maupun  lapangan sekolah.
"Ada apaan sih?" Tanya Millie.
"Gak tahu. Kaya kedatangan artis korea." kata Ratih.
"Ada apaan sih guys." tanya Millie sama salah satu teman sekelas mereka.
"Itu ada pangeran tiba-tiba muncul dengan seragam yang sangat gagah."
Karena mereka penasaran akhirnya mereka pun ikutan berdiri dari koridor dan memandang kebawah. Terlihat ada 3 pria yang memakai seragam hijau dengan kacamata hitam menutupi matanya. Millie dan Ratih saling melihat satu sama lain mereka tahu itu adalah kak Sultan.
Mereka takut kalau satu sekolah mengetahui siapa pria tampan itu. Mereka juga takut kalau satu sekolah tahu Yura orang yang sangat populer itu akan segera menikah dengan lelaki yang dijodohkan orang tuanya. Itu bukan ending yang menarik untuk seorang Yura.

"Kenapa kakak kamu datang kesekolah kita?" Tanya Ratih pada Setyo.
"Apa? Jadi teriakan menjijikkan itu untuk kak Sultan? Aku juga tidak tahu dia akan datang menjemputku. Ini hanya akan terjadi sekali seumur hidupku."
"Pasti dia datang bukan untuk itu ahli waris."
"Berarti untuk bertemu Yuralah." jawab Setyo.
"Bagaimana kalau orang-orang tahu cerita sesungguhnya?" Ucap Ratih lagi.
"Aduh Ratih sayang, ya gak apa-apalah. Kakakku juga bukan pria sembarangan kan. Kalian dengar tidak teriakan itu. Pahamkan maksudnya."
"Dasar sombong! Tapi masalahnya Yura masih 17 tahun sayang."
"Diundang-undang juga tertulis usia menikah 17 tahun. Lalu apa masalahnya?"
"Ah terserah kamu saja." marah dan pergi meninggalkan Setyo.

Karena Yura tak muncul-muncul juga. Sultan dan kedua ajudannya semakin memasuki lapangan sekolah. Bagaikan seorang ayah yang mencari-cari anaknya untuk dijemput sepulang sekolah. Sontak semua siswi terpana dan terpesona melihat ketiga pria berbadan tegak itu berjalan. Apalagi saat mereka melepaskan kacamata hitamnya, teriakan itu pun semakin memanas. Tiba-tiba Sultan melihat Yura yang sedang tertawa lepas dengan seorang guru diluar ruang perpustakaan. Sejenak ia terpesona dengan tawa manis itu. Saat yura ingin pergi Sultan memanggil namanya, "Yuraaa."
Langkah kecil Yura terhenti. Dia binggung kenapa suaranya tidak asing. Tapi gak mungkin juga kak Sultan tiba-tiba ada disekolah ini, pikirnya.
Lalu memanggilnya sekali lagi, "Yura."
Yura pun menoleh, tak ia sangka dugaannya benar itu adalah kak Sultan.
"Kakak, kamu kenapa?" Belum selesai berbicara Sultan langsung memotong kata-kata Yura.
"Ini kunci mobilmu. Maaf karena ini kamu jadi sulit untuk kemanapun." kata Sultan kemudian.
Jadi kedatangan ketiga pria ini yang membuat satu sekolah geger, pikirnya sambil melirik kesana kemari mencari teman-temannya.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang