6

54 10 1
                                    

Wajah mereka terlihat seperti Albert Einstein, semuanya kaku dan dingin, ucap Yura dalam hatinya sambil mulai mengambil nomor antrian peserta ujian.
"Kamu yang semangat ya sayang." Kata Rangga mengecup kepalanya.
"Aku pasti pulang dengan medali emas." Jawabnya percaya diri.
Setelah semua urusannya selesai ia masuk kedalam ruangan dan melambaikan tangannya pada Rangga, Ratih dan Milie.

"Kenapa aku yang jadi setegang ini menunggunya ujian? Bagaimana jika aku yang ikut ujian. Jangan-jangan aku tereliminasi dengan terhormat karna tiba-tiba pingsan." ucap Milie sambil mondar-mandir kesana kemari.
"Milie kamu jangan bikin kita jadi panik dong. Ayo duduk manis. Atau kita pergi menikmati sepotong roti dan segelas susu. Katanya didaerah sini ada bread shop yang sangat nikmat." ujar Ratih kemudian.
Mereka pergi meninggalkan lokasi ujian. Agar rasa khawatir mereka pada Yura tidak jadi berlebihan. Meski hati kecil mereka sangat yakin Yura akan memenangkan olimpiade kimia ini.

Sesi pertama selesai, pertarungan yang sangat menegangkan ini membuat Yura mulai panas dingin. Pengumuman sesi pertama ia lalui dengan manis. Nama Yura masih ikut lanjut kesesi kedua. Berjam-jam lamanya untuk ikut berbagai macam ujian namun Yura bisa melewati sesi kedua, ketiga dan keempat. Sampai disesi akhir yaitu sesi kelima. Yura dan kedua petarung masih bersaing dengan menguras semua kemampuan mereka. Sesekali Yura rasanya ingin saja mengalah. Ia sedikit lelah dan mulai lapar. Konsentrasinya juga mulai terganggu karena suara dari perutnya yang kurang bersahabat. Apalagi pesaing yang satu ini ternyata sangat pintar dan hebat. Prestasinya juga jauh diatas Yura. Tapi Yura harus memenangkan olimpiade ini. Yura berharap jika ia menang ayahnya akan berubah pikiran untuk segera menikahkannya. Seengaknya ayahnya menyadari bahwa Yura sangat niat untuk melanjutkan cita-citanya.

"Ini sudah terlalu lama. Kita sudah makan, minum, makan dan minum lagi. Jam juga sudah menunjukkan pukul 17:00, dan pertarungan ini belum juga selesai!" Seru Millie.
"Kita sabar sedikit lagi ya. Kalau Yura belum keluar berarti dia masih lolos kesesi berikutnya. Berdoalah agar usahanya tidak menghianati hasil". Sahut Rangga.
"Pasti dia sangat lapar didalam sana. Otaknya terkuras untuk melewati berbagai sesi yang ada. Semalam dia juga kurang tidur untuk persiapan lomba. Yura bilang dia harus menang. Semua ini dia lakukan untuk membuktikan kesungguhannya pada ayahnya agar tidak melanjutkan perjodohan. Om Arya sangat kejam. Kasihan Yura." Kata Milie yang akhirnya membuat suasana meja makan mereka menjadi hening.

Pukul 19 : 00, setelah diumumkannya pemenang olimpiade ini, maka dengan ini kami seluruh panitia mengucapkan trimakasih atas partisipasi setiap peserta. Dan olimpiade kimia tingkat SMA se-ASIA dinyatakan selesai. Dan ditutup dengan berbagai macam tari-tarian, lagu kebangsaan dan berbagai ucapan trimakasih dari para penyelenggara dan pemenang lomba.

Yura dan ibu Lili yang sedari tadi sibuk mencari 3 bocah yang entah kemana. Tiba-tiba handphone milik Yura berdering, dan ternyata dari Rangga.
Katanya, "Sayang, balik kearah jam 9, Lurus kedepan 10 langkah, belok kanan, maju lagi 5 langkah, lalu belok kiri, dan kamu berdiri tegak mengadah kelangit."
Telepon itu langsung tertutup begitu saja. Yura pun jadi binggung sendiri.
"Aneh, tempat ini sunyi sepi buk."
"Yang tadi menelepon kamu benar Rangga kan Yura." Kata ibu guru Lili.
Yura mulai cemas sambil sibuk membuka handphonenya dan mencek kembali panggilan masuk. Belum sempat ia melihat siapa yang meneleponnya tadi, Rangga dan kedua sahabatnya muncul mengagetkan Yura dengan party pooper dan tiupan trompet. Sontak ia kaget dan handphonenya terjatuh dari genggamannya.
"Ada party?" Tanya Yura polos.
"Siapa yang lagi party? Kami ingin mendengar kamu bilang aku pemenangnya." Kata Ratih.
Dengan cepat Yura menunjukkan medali emas, tropi dan mengeluarkan piala kebanggaannya kepada sahabat dan kekasihnya.
"Ia, seperti keinginan dan doa kita. Aku pemenangnya. Trimakasih untuk semuanya teman-teman. Tanpa kalian aku tidak akan menang hari ini." Ucapnya bahagia memeluk sahabatnya dan tanpa ia sadari air matanya pun menetes sedikit demi sedikit dari pelupuk matanya.
"Kami sudah yakin kalau kamu pasti pemenangnya Yura." Teriak Millie kencang.
"Sekali lagi selamat ya Yura. Kamu memang pantas jadi kebanggaan sekolah kita." Ulang ibu Lili lagi.
"Kamu hebat Yura. Aku bangga padamu." Sambung Rangga memeluk dan mengecup keningnya.
Memejamkan matanya sebentar dipelukan Rangga sambil berkata dalam hatinya, Ayah pasti bangga.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang