18

37 11 0
                                    

Yura membuka kedua matanya. Tidurnya sangat nyenyak tapi badannya sangat lelah. Rasanya ia ingin sekali mandi. Ia turun dari ranjang yang sedikit lebih tinggi dari ranjangnya sebelumnya. Dia heran kenapa lantai kamarnya berbeda. Melihat kesemua sudut kamar. Kenapa lampunya juga berbeda, cermin ku juga berbeda. Kamar ini bukan kamarku. Kamar ini bersih dan harum sekali. Aku ada dimana? Apa aku sedang mabuk lagi dan aku ada di hotel?, suara hatinya berbisik.
Tiba-tiba dia mendengar suara gemerisik air dari dalam kamar mandi. Dengan pelan dia berjalan menuju kamar mandi yang juga asing baginya. Saat Yura ingin membuka pintunya, pintu itu terbuka dengan sendirinya dan Yura terjatuh ke lantai karena terkejut. Dia melihat seorang pria keluar dari kamar mandi mengenakan handuk berwarna hitam pekat. Perlahan Yura mengangkat kepalanya semakin keatas ternyata pria yang berdiri dihadapannya itu adalah Sultan. Ia melihat langsung tubuh sixpack itu didepan matanya. Sungguh sangat luar biasa. Matanya melotot dan berteriak kencang "aaaaaaaaaaaaaaaa. Kenapa kita terjebak di hotel lagi?" Kata Yura menutup matanya dengan kedua tangannya.
"Siapa yang bilang kita ada di hotel? Ini apartemenku." Jawab Sultan berjalan menuju lemari pakaiannya.
"Apa? Itu artinya..."
"Ya, itu artinya kamu dan aku sudah sah menjadi suami istri."
Yura binggung dia sama sekali tidak mengingat kalau dirinya baru saja menikah dengan Sultan.
Mungkin karena kelelahan dan kebanyakan minum Yura mabuk dan kondisi tubuhnya belum normal. Dia berdiri dan mengambil ponselnya. Dia melihat ternyata tahun benar sudah berganti. Dilihatnya lagi didalam ponselnya ucapan selamat berbahagia dari teman-temannya. Dia lemas dan duduk disudut tempat tidur Sultan. Tadinya Yura mengira kalau dia sedang bermimpi tapi ini semua sudah terjadi dan kenyataan.

"Kenapa diam saja. Ayah dan ibu sudah menunggu dibawah. Kamu tidak ingin membersihkan diri?" Kata Sultan lagi padanya.
Kalau tadi malam aku tidur disini itu artinya aku tidur dengannya. Walaupun dia sudah pernah mencicipiku tapi aku tidak ingin lagi mengulanginya dengannya, pikir Yura.
Sultan membuka pintu kamarnya dan ingin segera keluar tapi langkahnya dihentikan oleh Yura.
"Tunggu. Semalam kamu tidur dimana kak?" Tanya Yura perlahan.
"Dikamar ini."
"Maksudnya ditempat tidur yang sama denganku?"
"Tidak. Aku tidur disofa. Yura aku adalah pria yang sangat sopan. Jadi aku tidak mungkin melakukannya denganmu jika kamu tidak siap melakukannya denganku. Apapun itu yang menjadi hakku sebagai suamimu tidak akan kutuntut sampai kamu benar-benar memberinya padaku dengan setulus hati. Bersiaplah semua orang sudah menunggu."
Lalu Sultan pergi dan menutup pintu kamarnya.

Yura memegang kepalanya dan masih binggung apa yang terjadi padanya. Hidupnya yang baru akan dimulai hari ini. Tapi untuk memulainya pun dia lupa awalnya bagaimana. Yura, sekarang kamu harus buat batasan dengan Sultan. Apapun yang telah terjadi diantara kalian kamu harus terus berjuang untuk melanjutkan kuliahmu. Dan bersenanglah mulai hari ini untuk melewati setiap peristiwa yang terjadi dihidupmu. Kamu bisa menganggapnya kakak, atau penjaga bagi dirimu. Intinya tidak ada kata jatuh cinta pada pria dingin dan berseragam menakutkan itu, ucapnya didepan cermin dan bersiap-siap untuk keluar kamar.

Satu persatu dia menuruni anak tangga yang tidak begitu banyak. Yura kagum dengan apartemen milik Sultan yang sangat mewah dan menawan. Sejenak ia terpelongok karena rasa kagumnya itu.
"Selamat pagi menantuku." Sapa Yuni mengangetkan Yura.
"Selamat pagi tante."
"Kenapa masih panggil tante. Belajar panggil saya ibu ya. Gimana tidurnya nak? Nyenyak?"
"Nyenyak bu."
"Sultan tidurnya tidak mengganggu kamu kan. Soalnya kata Setyo dia tidur seperti jarum jam." Canda Yuni sambil menghidangkan berbagai makanan.
"Hhemmm tidak tante eh ibu maksudnya."
"Ya sudah sini turun kita sarapan dulu ya."
Yura turun dari tangga dan melihat Sultan yang sangat sibuk dengan teleponnya didepan jendela ruang kerjanya.

Setyo keluar dari kamar yang lain. Apartemen milik Sultan memiliki tiga kamar tidur. Tidak bertingkat tapi sedikit direnovasi berbalkon untuk kamar Sultan. Sultan sangat suka rumah bertangga. Entah apa alasannya tapi dia merasa rumah bertangga sangat menarik baginya.
"Hai kakak ipar. Tidurnya nyaman?" Sapa Setyo dengan senyuman manis.
"Kamu belum ke luar negeri?"
"Bagaimana bisa aku melewatkan pesta pernikahan kakakku dan sahabatku. Aku mengundurnya demi kalian."
"Oh begitu kah."
Semakin cepat jarum jam berputar semakin Yura sadar kalau dia sedang tidak bermimpi. Ini nyata, benar ini tidak sedang bermimpi, pikirnya sambil memukul-mukul pipinya dengan perlahan.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang