20

38 11 0
                                    

Hari ini Yura sangat serius dengan buku-buku diatas mejanya. Tiga hari lagi dia akan mengikuti tes masuk keperguruan tinggi. Hasratnya yang menggebu-gebu membuatnya terus berada didalam kamarnya tanpa keluar rumah selama seminggu ini. Sampai-sampai Sultan juga tidak melihatnya kapan bangun dan tidur lagi karena cuti selama seminggu yang lalu membuat Sultan sangat sibuk dikantor dengan tugas yang menumpuk. Mereka hanya bertatapan muka saat makan malam. Tapi kali ini Yura sangat bosan terus-terusan belajar dikamar. Dia mulai mencoba pergi keruang kerja Sultan dan membaca buku-buku koleksi milik Sultan.

Sultan pulang ke rumah dia melihat lampu di ruang kerjanya hidup.
"Apa semalam aku lupa mematikannya? Tapi tidak mungkin." Pikir Sultan dan pergi keruang kerjanya. Dia melihat Yura yang duduk santai di kursinya sambil membaca buku dan beberapa buku lainnya berserak diatas meja kerja Sultan.
"Yura, bagaimana kamu bisa kemari?" Tanya Sultan.
"Kakak sudah pulang? Aku baructahu kalau kakak punya banyak koleksi buku. Setelah aku melihatnya ternyata banyak buku-buku yang menarik." Jawab Yura.
Sultan melihat bukunya yang sudah acak-acakan. Biasanya kalau Setyo atau siapa pun yang melakukannya dia akan marah dan melarangnya untuk masuk lagi. Tapi berhadapan dengan Yura dia tidak ingin marah sama sekali. Padahal Yura berharap Sultan akan marah dan tidak suka dengan Yura lalu segera menceraikannya. Pikiran bak di sinetron itu pun gagal total.

Sultan datang mendekati Yura dan memberikannya beberapa koleksi buku yang sangat populer dan terkenal. Yura heran dan berkata dalam hatinya, "apa Setyo salah kasih bocoran ya. Kenapa dia tidak memarahiku. Jelas-jelas ruang kerjanya jadi berantakan dan buku-bukunya juga tidak tersusun sesuai tempatnya lagi." Yura memulai lagi aksinya, dia ingin sekali melihat Sultan marah padanya.
"Aku juga mau baca yang ini." Ucapnya sambil melompat-lompat menggapai buku paling atas di rak buku milik Sultan. Melihat Yura kesulitan Sultan datang dari belakang Yura lalu membantunya mengambil buku yang Yura inginkan. Sontak Yura berbalik badan dan melihat wajah Sultan dibalik pakaian kerjanya yang gagah itu. Yura terdiam menatap mata yang sangat indah milik Sultan. Mereka berdua saling bertatapan. Entah apa yang ada dibenak mereka saat itu tapi tatapan itu membuat tubuh Yura sangat dekat dengan tubuh Sultan. Namun Yura disadarkan dengan suara Sultan, "aku tahu ini yang pertama, aku akan menunggu yang kedua."
Yura mengambil buku yang ada di tangan Sultan lalu pergi keluar dari ruang kerja Sultan. Sultan menghela nafasnya lalu merapikan kembali buku-bukunya.

Apa Setyo salah memberi informasi padaku. Kenapa dia tidak marah atau kesal. Atau mungkin saja karena aku baru di rumah ini. Besok aku akan lanjutkan misi yang berikutnya, ucapnya didalam kamarnya.
Sultan mengetuk pintu kamar Yura dan mengajaknya untuk makan malam bersama. Yura pun turun tapi dia sudah membuat Sultan menunggu sampai satu jam lamanya.
"Apa ada masalah dengan kamu?" Tanya Sultan.
"Tidak kak. Kalau lama menunggu kenapa tidak makan lebih dulu?" Jawab Yura.
"Kita hanya bisa bersama saat makan malam kenapa aku harus melewatkannya?"
Mendengar jawaban Sultan Yura segera duduk dan membuat makanannya.
"Kapan kamu akan tes? Aku bukan ingin mengurusi hidup mu tapi Setyo bilang padaku kamu, Milie dan Ratih akan tes masuk perguruan tinggi."
"Tiga hari lagi kak." Jawab Yura sambil menyantap makanannya.
"Oh, aku berharap kamu bisa lolos dan segera menjadi mahasiswi." Ungkapkan Sultan lagi.
"Trimakasih kak." Jawab Yura.
Setelah selesai makan Yura membereskan piring-piring kotor. Karena piring yang licin tanpa sengaja Yura memecahkan satu piring milik Sultan. Mendengar suara piring pecah Sultan yang duduk diruang televisi langsung berlari kedapur dan menghampiri Yura.
"Kak maaf piringnya pecah. Aku tidak sengaja." Kata Yura ketakutan.
Sultan langsung memegang tangan Yura yang berdarah terkena pecahan piring.
"Sini biar ku obati." Kata Sultan dan menyuruh Yura duduk dimeja makan dan mengambil P3K.
"Kenapa kau seceroboh ini. Luka bakar mu kemarin baru saja mau sembuh, kau sudah membuat luka yang baru." Kata Sultan membersihkan luka Yura.
"Apakah kakak sedang membicarakan kehidupanku yang sesungguhnya?" Jawab Yura.
"Maaf aku tidak tahu kalau seseorang punya banyak luka dikehidupannya. Luka yang ku tahu seperti ini bentuknya." Menekan jari manis Yura.
"Aww, sakit." Teriak Yura.
"Darahnya harus keluar agar tidak membengkak." Jawab Sultan dan membalut luka ditangan Yura.
"Kamu sudah lebih baikan?" Tanya Sultan lagi.
"Iya. Aku akan pergi manyelesaikan piring itu." Jawab Yura dan pergi.
Namun langkahnya dihentikan oleh Sultan.
"Biar aku saja. Mulai sekarang berhentilah melakukan hal yang tidak bisa kamu lakukan. Jika kamu terluka karna itu maka akan ada luka lain nanti." Kata Sultan sambil pergi membereskan piring-piring kotor mereka.
"Dia memang menakutkan tapi tidak begitu menyeramkan. Apa maksud perkataanku tadi." Pikir Yura dan pergi menonton televisi.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang