"Beri tanganmu, aku akan meramalkan jodoh dan masa depanmu. Masa depan mu sepertinya mengagumkan tapi itu bukan prioritas utama mu. Kalau jodoh, eeemmm pria yang sangat tampan tapi dia orang asing bagimu. Namun dia jauh lebih baik dari pada orang terdekatmu."
"Peramal itu membuatku jadi sulit makan. Kenapa sih kalian membawaku ketempat aneh itu." Yura menepuk jidatnya dan menatap kedua sahabatnya.
"Ah, sudah sudah makanlah sedikit. Ramalan itu kan cuma permainannya saja. Dia hanya bekerja untuk mendapatkan uang. Dan kita hanya membantunya untuk mendapatkannya." kata Milie sambil tertawa tipis.Rangga datang terlambat karena perutnya sedikit terganggu saat sarapan pagi di hotel tadi. Tapi dia suadah pulih kembali dan ia bergegas menemui Yura dan sahabatnya untuk makan siang." Kalian sudah lama menunggu?" ucap Rangga mengagetkan mereka.
"Tidak kak. Kami baru saja memesan makanan." Jawab Milie.Sambil menunggu makanan dihidangkan mereka sibuk berbincang - bincang.
"Kak, boleh bertanya tidak tentang kedokteran?" Ucap Ratih tiba-tiba.
"Ya silahkan!"
"Beri kita penjelasan dong kak tentang tanda-tanda kehamilan?"
Pertanyaan ini membuat Yura tersedak dan batuk-batuk.
"Yura, pelan-pelan kalau minum". Kata Ratih menatap Yura seakan memberi kode aman.
"Kenapa jadi bahas tentang kehamilan? Ada yang hamil?" Kata Rangga binggung.
"Bukan kami kak. Aku curiga pada ibuku kak. Sepertinya dia sedang hamil. Tapi aku kan sudah sangat dewasa untuk memiliki adik bayi lagi. Jadi aku tidak siap kak." sambung Ratih.
"Oh. Oke, tanda awal kehamilan itu biasanya ditandai dengan keterlambatan seorang wanita datang bulan. Bisa juga disertai dengan rasa pusing, kedinginan, demam, perut kram atau mual. Bisa juga kurang nafsu makan, lemas, tidak bergairah dan sedikit pucat. Tapi tanda kehamilan setiap orang berbeda-beda. Tergantung hormon siwanita merespon perubahan yang terjadi pada tubuhnya." jelaskan Rangga singkat.
"Oh ia kak, kalau masuk kekampus kakak dan mengambil jurusan kedokteran ada syarat yang sulit tidak kak?" Lanjut Ratih.
"Kalau untuk pria biasanya tidak ketergantungan obat-obatan terlarang ya. Kalau wanita biasanya mereka harus tes keperawanan. Tapi gak menutup kemungkinan ada beberapa juga yang lolos. Katanya sih tidak begitu ketat." Jawab Rangga lagi dengan spontan.
"Emang wanita tidak perawan lagi itu keluhatan ya kak ciri-cirinya?"
"Kalau yang ini saya pun sebagai dokter sulit membedakannya. Karena itu harus melalui tes. Sudah ah kalian seperti dosen penguji banyak pertanyaan gak jelas dan ngaur." kata Rangga sambil mulai menyantap makanan yang sudah tertata rapi di meja mereka.
Mendengar itu Yura semakin tidak nafsu makan. Dia sangat kacau dan sedih. Cita-cita yang ia idamkan luntur begitu cepat. Dia harus bagaimana? Cara apa yang harus dia perbuat agar bisa menjadi dokter? Ia kan sudah tidak perawan lagi.
Melihat Yura yang tiba-tiba melamun seperti orang yang sedang hampa hatinya Milie mencubit lengan Ratih agar ia berhenti bertanya-tanya pada Rangga. Ratih yang pun langsung mengganti topik pembicaraan mereka.Rembulan dan bintang pun mulai menghiasi gelapnya langit malam Singapura. Yura menatap itu dari jendela kamarnya. Rasa galau yang semakin galau ia rasakan sedikit demi sedikit. Seakan hidupnya menjadi sial setelah bertemu pria asing itu. Belum selesai satu masalah sudah muncul masalah yang baru lagi, pikirnya sambil menarik napas panjang. Sebelum tidur Yura mengambil diary miliknya dan kembali mengadu pada ibunya lewat selembar kertas. Tulisanya, "ibu.. kamu mau dengar sesuatu tidak? Aku tidak bisa lagi menjadi seorang dokter. Ibu tidak perlu menangis, karna kita sekarang sama bu. Sama-sama akan dijodohkan dengan lelaki yang tidak kita sukai hanya karna rekan kerja. Kita juga sama-sama tidak bisa menggapai cita-citankita. Dulu ibu pernah bilang karena kakek menjodohkan ibu dengan ayah ibu tidak bisa menjadi seorang pramugari sekarang kita impas bu. Tapi kita sedikit berbeda aku tidak bisa jadi dokted karna. . . Tapi semua ini terjadi karena perjodohan itu. Hhemmm aku lelah bu, air mata ku juga sudah habis untuk menangisi kekacauan ini." menutup buku pribadi miliknya dan terlelap.
Tok...tok..tok... bunyi ketukan pintu itu terdengar keras sekali. Yura menarik selimutnya menutupi telinganya. Dia sedang malas bertemu siapa pun. Tapi ketukan itu semakin kuat didengarnya. Dan akhirnya membangkitkan langkahnya untuk membuka pintu kamarnya.
"Coklat?" Rangga muncul didepannya dengan senyuman manis.
"Boleh masuk?"
"Silahkan kak."
"Kamu sudah tidur ya. Aku mengganggumu?"
"Ia, aku baru saja mau terlelap. Kakak kenapa belum tidur inikan sudah larut malam?"
"Aku kepikiran dengan sikapmu saat di cafe siang tadi. Aku takut aku ada salah padamu. Kamu kenapa sayang? Kamu kalau lagi ada masalah cerita sama aku. Aku ini kan kekasihmu. Biasanya kamu juga selalu cerita semuanya padaku. Sekarang seperti ada yang sedang kamu tutupin dariku. Masalah apa? Perjodohan? Kan aku sudah bilang nanti aku yang akan bicara pada om Arya. Cincin? Nanti kita cek dulu di kamar kamu atau di apartementmu, kali aja terjatuh disana."
"Masalah itu memang sesikit menghantuiku kak. Tapi masalah terbesarku itu aku hanya sesikit gugup untuk olimpiade ini. Rasanya aku kurang persiapam untuk ikut lomba." jawab Yura sambil memakan coklat di tangan kanannya agar ia terlihat santai dan Rangga yakin dengan jawaban yang ia berikan.
"Ada sesuatu yang perlu aku bantu? Seenggaknya dulu aku juga ahli biologi loh." Sambungnya lagi sambil mendekati Yura dan mengambil buku pelajaran Yura.
Tertawa bersama dan belajar bersama. Rangga memang lelaki yang dewasa dalam menghadapi Yura. Dia tahu Yura itu gadis manja yang membutuhkan dekapan sosok seorang ibu. Dengan cinta yang Rangga punya dia akan rela menjadi pacar Yura sekaligus ibu baginya.
"Sudah semakin larut, istirahatlah lebih cepat. Besok masih ada trip yang harus kita selesaikan dengan Ratih dan Milie." ucap Rangga sambil mengelus kepala Yura yang duduk manis di kursi dengan kedua tangannya melingkar dipinggang Rangga.
"Trimakasih ya kak. Aku berharap kamu selalu jadi yang terbaik untukku selamanya." Membelai wajah Rangga.
"Kenapa bicara begitu?"
"Karena kakak akan pergi ke luar negeri. Pasti disana nanti banyak dokter-dokter cantik yang akan menggodamu." Katanya manja.
"Eemmm bisa jadi sih." Jawabnya bergurau.
"Kakakkkkkkkk." Teriaknya dan Menggerutu.
"Jelas banyak gadis cantik disana. Tapi tak satu pun yang memiliki cinta semanis kamu untukku." godanya.
"Ah, sudahlah kakak membuatku malu. Aku mau tidur saja." Mendorong Rangga keluar pintu kamar dengan pipi merah merona.***
Aku tidak pernah sesedih ini. Kali ini aku seperti berada dipuncak jaya wijaya. Mau turun aku takut kalau gak turun aku gak bisa bertahan. Ibu aku harus bagaimana? Pikir Yura sambil memejamkan matanya menahan air mata yang sedari tadi ingin keluar dari pelupuk matanya.
"Hari begitu cerah, tapi gadis malang ini masih saja cemberut." suara bass dari Rangga tiba-tiba menyentak Yura.
"Hah, kalian lama sekali." Gumamnya mengalihkan pembicaraan Rangga.
"Hari ini kita akan ke Singapore Flyer", teriak Milie.
Mereka baru kali ini melihat wahana bianglala terbesar di dunia ini. Melihat indah dan megahnya sontak kaki mereka ingin segera memanjat bianglala tersebut.
Tawa ceria mereka pecah diatas bianglala yang setinggi 165 meter ini. Sekali putaran akan memakan waktu selama 30 menit. Selama itu mereka bisa menikmati pemandangan kota Singapura.
Perjalanan kali ini sangat mengasikkan bagi mereka. Liburan yang tidak direncanakan ini sepertinya akan menjadi liburan terbaik diakhir tahun bagi mereka.
Sehabis menaiki bianglala mereka pergi ke tempat yang sangat sering dikunjungi wisatawan kalau ke Singapura, apalagi kalau bukan Merlion Park. Ya, patung berkepala singa dan berbadan ikan inilah yang menjadi maskot Singapura. Mereka berfoto kesana kemari dengan berbagai gaya. Tawa riang mereka lontarkan seakan dunia sedang dikendalikan oleh mereka berempat.
"Setelah dari sini besok kita akan ke universal studios." kata Ratih kemudian. Sama saja mereka menghabiskan waktu disana untuk berfoto-foto dan bergaya. Masih banyak tempat yang mereka hampiri seperti Singapore zoo, Singapore River, Jurong Bird Park dan pusat perbelanjaan Orchard Road. Sungguh bahagia rasanya mereka menghabiskan liburan bersama di Singapura."Tak disangka waktu begitu cepat berlalu. Sebulan serasa sehari, kita seperti baru kemarin saja tiba di Singapura." ucap Rangga sambil menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang.
"Kakak, terimakasih ya buat semua ini." Sambil merangkul lengan Rangga.
"Sudah selayaknya aku membahagiakan gadis yang akan menjadi ibu dari anak-anakku kan. Tunggu aku pulang dari luar negeri. Aku akan melamarmu Yura." Jawab Rangga serius pada Yura.
Tubuh Yura serasa lemas. Rasa senang bercampur aduk dengan khawatir pun membuatnya tak tahan untuk berdiri lama menatap Rangga. Ingin sekali rasanya menghapus memori dari kesalahan yang telah ia lakukan dengan pria asing itu. Dan juga dari perjodohan ayahnya yang tidak masuk akal.
Tapi ia hanya tersenyum manis menjawab perkataan Rangga. Ia binggung harus bahagia atau sedih mendengar hal ini.
"Aku sudah membayangkan bagaimana bahagianya nanti aku hidup bersama kamu Yura. Aku tahu perjodohan itu pasti akan sulit kita lewati. Tapi aku yakin selama kita tetap bersama dannsaling cinta semuanya akan baik-baik saja. Yang aku mau dari kamu itu, tetaplah menjadi Yura yang kukenal ketika bersamaku. Apa pun yang terjadi kedepannya aku akan jadi tamengmu. Aku akan menjadi sayap pelindung bagi mu Yura."
Yura semakin tak bisa berkata sepatah kata pun. Perkataan Rangga itu membuatnya semakin takut kehilangan Rangga.
"Ya sudah kamu istirahat ya. Besok kamu harus menjadi juara diolimpiade itu." Lanjut Rangga.
"Baiklah. Selamat malam kak." Jawabnya dengan langkah kecil menyusuri pintu kamarnya.
Diatas kasurnya dia hanya menatap langit-langit kamarnya. Dia sangat mencintai Rangga. Namun jika Rangga tahu dia sudah tidak perawan lagi Rangga pasti akan membencinya. Apalagi profesinya sebagai dokter. Itu akan membuatnya semakin jijik dengan Yura. Huh, aku ingin menikah dengan kak Rangga. Apa itu salah? Aku ingin menjadi satu-satunya wanita yang ia cintai. Apa itu salah juga?" risaunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Itu SULTAN
RomanceMengapa cinta ini begitu rumit? Aku tidak membencinya tapi aku tidak menyukai pertemuan kami yang sulit untuk dijelaskan. Semua orang pasti tidak suka dijodohkan. Apalagi perjodohan yang datang dengan tiba-tiba disaat aku sedang merajut masa depan y...