15

49 11 0
                                    

"Selesai lari pagi di taman gini enaknya minum apa ya." ucap Millie sambil melihat es kelapa muda yang segar.
"Sepertinya kita sehati." jawab Yura dan Ratih.
Mereka duduk manis dengan sebuah kelapa muda dihadapannya. Menyeruput air kelapa muda setelah lelah berolahraga rasanya nikmat sekali.

"Oh ia, Tadi Setyo bilang dia juga ada disekitaran sini tapi dia dimana ya?" Kata Ratih sambil melihat ponselnya.
"Aku tidak melihat pria jelek disini. Sejak kapan dia suka lari pagi. Bukannya dia suka fitnes dirumahnya atau dengan kolam renang dirumahnya juga?" Sambung Millie.
"Kenapa jadi kamu yang lebih tahu sih." ucap Ratih menggerutu.
"Ratih tenang saja, aku tidak akan merebut Setyo pewaris tahta kerajaan itu. Aku kan tidak suka sahabat jadi cinta."
"Kau membuatku jengkel. Siapa yang menyangka kalau ceritanya sahabat jadi cinta."
"Sudah kalian kenapa harus ribut. Ben kan masih ada." Sambung Yura tertawa.
"Yuraaaaa. Stop." teriakan Millie dengan wajah kesal.
"Lagian kamu kenapa sih gak mau sama ben? Kalau kita perhatikan ben itu suka sama kamu Mil." Kata Yura lagi.
"Kalian kan tahu aku pernah patah hati. Jadi aku belum siap buka hati untuk saat ini." jawabnya lembut.
"Aku juga baru patah hati. Tapi orang-orang disekitarku menyuruhku untuk membuka hati. Aku tahu itu sulit. Aku juga belum bisa melupakannya. Tapi aku pura-pura bahagia setiap hari hanya untuk bertahan hidup."jawab Yura.
"Sudahhh. Kalian harus makan kelapa muda yang banyak. Karena untuk terus berpura-pura bahagia juga butuh tenaga kan." Canda Ratih kemudian.

Tiba-tiba mata Ratih ditutup oleh tangan Setyo dari belakangnya, "Setyo" kata Ratih sambil menoleh kebelakang. Diikuti oleh Yura dan Millie.
Ternyata ada Setyo, Sultan dan Mico. Bibir Ratih terkatup dia takut kalau Yura akan tidak nyaman jika pagi-pagi dia sudah ketemu kak Sultan. Ratih juga tidak tahu akan jadi begini. Dia mengira Setyo pergi bersama Benny.  Jelas Yura kaget pagi-pagi sudah ketemu jodoh eh maksudnya kak Sultan. Tapi Yura bersikap tak menghiraukan Sultan begitu pula dengan Sultan tetap santai seperti tidak saling kenal.

"Kalian bertiga janjian ya?" Kata Setyo.
"Sepertinya begitu sayang." jawab Ratih.
Kemudian Sultan, Setyo dan Mico duduk bersamaan dengan mereka dan ikut minum air kelapa muda.
Tapi Yura tetap saja bersikap seperti tak mengenal mereka. Dia sibuk dengan ponselnya, sama Sultan juga sibuk dengan ponselnya.

Lalu Mico membuka beberapa pembicaraan mulai kenalan dengan mereka. Dia juga kaget kalau Yyra yang selama ini disebut oleh Sultan adalah gadis yang sempat ia goda dic cafe tempo hari.
"Yura maaf sebelumnya waktu di cafe aku tidak tahu kalau kamu adalah calon istrinya kak Sultan." kata Mico perlahan.
Semua melihat Mico dan Yura.
"Maksudnya, waktu itu aku melihat Yura duduk sendirian di cafe dan aku sempat memberanikan diri untuk kenalan dengannya. Jujur aku sangat tertarik pada Yura saat itu. Tapi dia menolakku mentah-mentah. Pantas saja ternyata dia milik pria yang jauh lebih tampan dan diatas rata-rata dariku." lanjutnya sambil tertawa tipis-tipis.

"Tidak perlu minta maaf kak. Waktu itu aku belum menjadi calon istri siapa pun."
"Berarti aku kurang beruntung dong ya. Oh iya padahal kak Sultan juga ada disana pada saat itu. Tapi mungkin kalian belum saling kenal dan ternyata kalian jodoh." sambung Mico lagi.
Namun Sultan tetap saja diam tak berkutik. Dia kaget ternyata gadis yang disebut Mico sangat memukau waktu iti adalah Yura. Mereka memang belum saling kenal pada saat itu tapi mereka sudah bertemu dalam gelora cinta. Yura juga diam saja. Yang Yura tahu saat itu dia juga sedang memikirkan keadaannya yang sudah ditiduro pria asing dan pria itu ternyata berada ditempat yang sama dengannya.
Disaat Mico dan teman-temannya tertawa Yura dan Sultan hanya diam saja dan menyeruput air kelapa muda milik mereka.

Suasana jadi sedikit dingin melihat sikap Sultan dan Yura. Tapi cair kembali karna Mico yang dari tadi tak henti untuk berbicara.
"Tapi seseorang benar kalau kamu itu bak bidadari tak bersayap Yura." kata Mico lagi sambil menatap Yura.
Dengan wajah yang binggung Yura hanya bisa senyum dan menjawab, "trimakasih untuk pujiannya kak. Saya tersanjung."
"Kenapa kak Sultan dan Yura dari tadi hanya diam seperti orang yang bermusuhan sih?" Tanya Setyo.
"Tidak ada yang musuhan kok. Dari tadi kak Mico memuji terus. Aku kan jadi tidak nyaman." Jawab Yura manis.
"Yura itu gak suka pujian kak. Udah dong muji-muji Yura kak. Yang ada nanti bidadari tak bersayapnya jadi terbang dan gak akan kembali. Ketinggian soalnya." kata Millie ngeles.
Lalu Mico mejawabnya, "kamu juga cantik." sambil menyodorkan ponselnya pada Millie untuk mengisi nomor handphone.
Millie yang tadinya kocak berubah jadi malu-malu gak jelas karena Mico selalu memperhatikannya.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang