19

36 11 0
                                    

Perjalanan yang sangat melelahkan bagi mereka semua. Tapi sangat mengasyikkan bisa merasakan udara segar yang jauh dari polusi dan pemandangan yang menakjubkan di Villa waktu itu. Karena mereka sampai dirumah Gunawan sudah larut malam jadi Yuni memutuskan untuk Sultan dan Yura menginap saja untuk sehari. Lagi pula hari sedang hujan deras. Jadi Sultan dan Yura tidur dirumah Gunawan tepatnya dikamar Sultan.

"Aku bisa tidur dibawah kak. Kamu tidak perlu melakukannya." Kata Yura saat melihat Sultan tidur di matras. Sultan membuka tangannya yang sedaritadi posisi tidurnya dengan satu tangan menutupi matanya. Dia melihat Yura yang masih berdiri di hadapannya.
"Tidurlah. Bagaimana mungkin aku membiarkan anggota keluarga baru tidur di matras. Kau harus mendapatkan servis terbaik di rumah ini." Jawab Sultan dan menarik selimutnya lalu kembali tidur.
"Setelah dia menciumku waktu di Villa itu sikapnya seakan-akan tidak terjadi apa-apa diantara kami. Jangan-jangan dia sudah terbiasa melakukannya dengan orang lain." ucapnya dalam hati sambil menaiki ranjang yang empuk itu dan terlelap dengan nyenyak.

Setelah melewati malam dengan derai hujan yang deras akhirnya pagi hari yang sangat cerah menyambut Yura. Dia sangat lelah sekali sehingga dia belum juga keluar kamar.
"Sultan, kamu tidak membangunkan Yura nak? Ini sudah jam 9 pagi nanti dia kelaparan. Ayo sekarang bangunkan dia." Kata Yuni tersenyum sambil merapikan dapurnya.
Sultan pergi kekamarnya. Dia membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Tanpa sengaja dia melihat Yura sedang berganti pakaian. Bukan semua, hanya tinggal memakai baju saja. Dengan cepat Sultan berbalik dan Yura dengan cepat menarik handuknya dan menutup badannya yang belum mengenakan baju.
"Maaf, aku tidak sengaja melihat kamu memakai pakaian. Aku belum terbiasa mengetuk pintu. Aku harap kamu maklum karena selama ini hanya ada aku menempati kamar ku. Sekali lagi maaf kan aku." Kata Sultan dengan sangat sopan.
Melihat Suktan yang berbalik Yura dengan cepat memakai bajunya.
"Tidak apa-apa kak. Tadi aku juga lupa mengunci pintu saat mengganti pakaian. Aku juga tidak terbiasa mengganti pakaianku dikamar mandi. Jadi ini bukan sepenuhnya kesalahan kakak." Jawabnya lembut.
"Oh ia, ibu memyuruhku untuk memanggil kamu agar segera makan."
"Ia kak, setelah mengeringkan rambut aku akan menyusulmu."
"Baiklah." Jawab Sultan dan pergi meninggalkan Yura.

Yura menatap kaca dan berkata-kata sendirian, "apa ini? Ada apa dengan kamu Yura? Kamu tidak marah ketika dia melihatnya tadi? Kenapa kamu enggan membentaknya. Sikap patuh apa ini?"
Semakin hari Yura semakin binggung dengan dirinya. Dia tidak pernah menjadi gadis penurut setelah ibunya meninggal. Tapi sekarang dia tidak berani untuk menentang apapun yang dilakukan oleh Sultan padanya.

"Sayang, makanlah dulu sebelum kembali ke apartemen." Kata Yuni.
"Ia bu." Jawabnya.
"Kenapa harus buru-buru pulang Yura. Tinggallah disini lebih lama. Ayah dan ibu pasti sangat senang." Sambung Setyo.
"Kami harus pulang Setyo. Banyak barang yang harus kami rapikan di apartemen." Jawab Sultan.
"Ah kakak, oh aku tahu pasti kalian ingin berdua-duaan kan?"
"Setyo." Tegur Gunawan.

Sebelum pulang Yuni memberikan hadiah pernikahan untuk Yura. Dia memberi seperangkat perhiasan yang sangat indah.
"Yura ini adalah perhiasan dari neneknya Sultan untuk ibu. Kata neneknya dulu perhiasan ini memiliki arti dan sejarah yang paling berharga baginya. Jadi diantara menantunya dia memberikannya pada ibu menantu tertuanya. Jadi ibu juga akan memberikan ini pada menantu tertua dirumah ini sebagai hadiah pernikahan kamu. Tolong kamu jaga dan pakai saat acara keluarga kita ya nak."
"Trimakasih ya bu. Aku akan menjaganya dan memakainya sesuai pesan ibu."
Yuni memeluk Yura perlahan dia meneteskan air matanya.
"Kenapa ibu menangis?" Tanya Yura.
"Hatiku sangat terluka saat mengetahui ibumu telah tiada waktu itu. Aku mengakhiri semua pekerjaanku diluar negeri dan terbang ke Indonesia untuk melihat dia terakhir kalinya. Mendengar kamu memanggilku ibu aku merasa kalau ada yang menjanggal dibibir kamu. Itu semua karena rasa kecewa dan luka yang kamu tanam sudah sangat lama setelah ibumu pergi meninggalkanmu. Benarkan Yura."
"Maaf tante. Aku memang sudah tidak terbiasa lagi memanggil seorang wanita dengan sebutan ibu. Aku memang sedikit sulit mengucapkan kata itu. Tapi aku akan belajar dan mencobanya demi tante." Jawabnya lagi.
Dan Yuni sangat bahagia bisa mendapatkan Yura menjadi menantunya. Janjinya pada Wulandari ibunya Yura sudah terpenuhi hanya saja tugas berikutnya saat ini membahagiakan Yura dan mengembalikannya menjadi wanita yang setulus dan selembut ibunya dulu.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang