29

35 11 0
                                    

"Bagaimana kak? Rekamannya berfungsikan?" Tanya Mico.
"Aku belum mendengarkannya, saat Yura kembali menemuiku setelah bertemu dengan Rangga dia memeluk tasnya sangat erat. Aku tidak bisa mengambil rekaman itu langsung, jadi rekaman itu tidur semalaman dengannya. Untungnya pagi tadi saat sarapan dia sibuk menerima telepon dari ayahnya sehingga tanpa dia sadari aku bisa mengeluarkan rekaman ini dari tasnya, nanti akan kucoba. Trimakasih ya kamu sudah bersusah payah membeli rekaman ini. Maaf aku sudah merepotkanmu dalam banyak hal." Jawab Sultan.
"Kakak, ayolah... meski aku ini hanya ajudanmu tapi aku tetap adikmu kan. Jadi kau tidak perlu sesungkan itu padaku. Kau mengerti!" Sambung Mico sambil merangkul Sultan.

Yura sampai di toko, dia sangat bahagia setiap kali melihat banyak bunga dihadapannya. Dia memegang setangkai mawar.
"Dulu saat kecil aku sangat menyukai mawar merah ini, apalagi mawar pemberian dari ayah. Tapi setelah aku tahu kalau mawar ini adalah simbol pengkhianatan ayah untuk ibu aku tidak menyukainya lagi." Ucapnya sambil menghampiri teman-temannya.
"Hari ini orderan sangat banyak jadi semangatlah. Jangan menekuk wajah begitu, aku tidak suka ekspresimu barusan." Ratih menghampiri Yura sambil memberinya banyak orderan. Lalu Yura mengecek beberapa orderannya untuk dipilih tempat pengantaran terdekat.
"For Sultan. Alamat inikan alamat kantornya kak Sultan. Tapi kenapa tidak ada pengirimnya. Siapa yang memberinya buket bunga mawar ini." Pikir Yura.
"Siapa yang terima orderan pagi ini? Bisa beritahu aku siapa yang memesan buket untuk kak Sultan?" Yura menanyakan dengan penasaran.
"Aku yang mangangkat teleponnya. Dari suaranya dia seorang wanita. Aku kira nama Sultan yang dia maksud bukan kak Sultan. Aku tanyakan nama pengirimnya, dia malah suruh aku tuliskan gambar bintang katanya ini kejutan untuk lelaki yang bernama Sultan. Jadi itu benar Sultan yang dia maksud adalah kak Sultan?"
Anggukan Yura membuat Milie dan Ratih terkejut.
"Siapa wanita itu? Coba kamu tanyakan pada kak Sultan atau aku tanyakan Mico atau Setyo saja?" Lanjutkan Ratih.
"Tidak perlu Ratih. Jika wanita ini penting pasti kak Sultan sudah mengatakannya. Atau mungkin saja dia juga belum tahu tentang ini. Biar kuantar kalau begitu." Jawab Yura sedikit kesal dihatinya.
"Dia selalu sabar menghadapi lelaki yang menjadi pasangannya. Semoga saja kali ini kak Sultan tidak mengecewakannya sama seperti Rangga." Sebut Milie menatapnya sedih.

Yura menjadi tidak fokus saat mengantar orderan. Terkadang dia lupa memberi kembalian, kadang dia lupa memberi tanda terima. Semua karena pikirannya sedang kacau karena wanita yang memberikan buket bunga mawar untuk Sultan suaminya itu. Dia juga enggan bertanya, dia takut Sultan akan tersinggung karena terlalu ikut campur urusannya. Lagi pula belum tentu Sultan suka pada Yura, bisa saja wanita yang memberinya buket itu adalah wanita yang dia sukai selama ini. Perhatian Sultan kepada Yura selama ini bisa saja karena dia menganggap Yura sebagai adik atau wanita yang baik. Jadi siapa saja berhak mendapatkan perlakuan baik seperti itukan.

Pikiran dan perasaan Yura semakin kacau, dan buket terakhir akan dia antarkan kekantornya Sultan. Yura pun tiba di kantor Sultan dia menghubungi ponsel Sultan dengan nomor kantor mereka dan Sultan mengangkatnya.
"Kakak ipar kenapa harus kamu yang mengantar orderan ini. Bukankah kak Sultan sudah mencarikan kurir untuk toko bunga kalian?" Kata Mico mengangetkan Yura.
"Eh kak Mico. Kak Sultan dimana? Kenapa kamu yang mengambil buket ini?"
"Buket? Untuk siapa? Kak Sultan hanya menyuruhku untuk mengambil paket pada kurir. Kak Sultan sedang pergi keluar ada pengecekan senjata yang baru datang di gudang kami."
"Ia ini buket bunga mawar untuk kak Sultan. Tapi aku juga tidak tahu siapa pengirimnya, dia hanya memberikan kode bintang. Apa kamu tahu itu siapa?"
"Eemm, aku tidak tahu kakak ipar. Mungkin saja atasannya memberikan kejutan atas prestasi kak Sultan. Dia sudah biasa mendapatkan hal-hal seperti ini." Mico sedikit gugup.
Yura tahu Mico sedang menutupi sesuatu tentang Sultan. Tapi Yura juga tidak bisa memaksa Mico untuk berkata jujur. Yura memberikan buket itu pada Mico dan kembali ke toko nya.
"Kamu bertemu dengan kak Sultan? Dia jelaskan siapa wanita itu padamu?" Tanya Milie.
"Aku tidak bertemu dengannya dia sedang tidak ada di kantornya. Aku bertemu dengan Mico tapi dia tidak jelaskan apapun tentang ini. Kita makan siang dulu perutku sudah demon." Kata Yura pada sahabatnya.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang