30

27 10 0
                                    

"Gak terasa liburan kita akan berakhir. Kita akan kembali dengan jadwal yang sangat padat lagi bukan." Kata Ratih mengeluh.
"Jika terus mengeluh kamu akan lupa apa artinya bersyukur." Jawab Milie.
"Hah, kamu sok tahu artinya bersyukur." Canda Ratih lagi.
"Oh iya, hari ini aku tidak makan siang bersama kalian ya. Aku akan makan bersama kak Sultan. Entah angin apa yang membuatnya mengajakku makan siang bersama." Kata Yura.
"Kenapa kamu harus heran, diakan suamimu wajarkan dia mengajakmu kapan saja." Sanggah Milie.

Saat matahari mulai naik artinya hari semakin siang. Yura pergi untuk menemui Sultan.
"Kakak sudah lama menunggu?" Yura menghampiri Sultan.
"Tidak, aku juga baru sampai. Ini menunya."
Mereka makan dengan dihiasi sedikit canda tawa.
Seseorang menghampiri mereka. Pria berbadan tegap dengan gadis cantik merangkulnya.
"Sultan!" Serunya.
"Anggara, kenapa kamu ada disini? Kabar baik apa ini?" Jawab Sultan kaget.
"Tiga hari lagi aku akan menikah. Ini undangan untukmu. Aku harap kamu yang sangat sibuk itu bisa meluangkan waktu dipernikahan sahabatmu ini." Kata Anggara.
"Wah, selamat ya bro. Aku ikut bahagia mendengarnya. Aku pasti akan datang. Oh ia kenalkan dia istriku."
Anggara terkejut mendengar Sultan berkata kalau dia sudah menikah.
"Istri? Kenapa kamu menikah tidak memberiku kabar?" Sambil menjabat tangan Yura.
"Kami belum membuat resepsi pernikahan, aku akan mengundang jika resepsi itu terlaksana." Jawab Sultan.
"Hah, dia gadis yang sangat beruntung mendapatkan mu. Walau kau adalah pria tersibuk didunia ini." Tegaskan Anggara.
"Bukan, akulah pria yang beruntung mendapatkan gadis sepertinya. Dengannya aku mengerti artinya mencintai dan dicintai." Jawab Sultan tersenyum.
Tepuk tangan Anggara menyadarkan Sultan akan perkataannya. Dia menjadi sangat jujur kalau membahas tentang istrinya itu.

"Sahabat? Kakak punya sahabat juga? Aku baru tahu kalau pria juga menyebut teman akrabnya sahabat." Tawa kecil Yura mengejek Sultan.
"Iya dia sahabatku sejak kecil. Kami bertumbuh bersama dan menjadi seorang perwira juga adalah cita-cita kami bersama. Kebetulan ayahnya juga seorang perwira dan pernah menjadi atasanku. Tapi setelah aku putus dari adiknya kami sedikit berjarak apalagi dia ditugaskan dipulau yang jauh dariku." Jelaskan Sultan.
"Adiknya seorang dokter itu kah? Yang memberi buket bunga mawar juga?" Tanya Yura santai sambil menyantap makananya.
Anggukan Sultan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan Yura selama ini.
"Kuharap kamu tidak marah mendengar semua ini." Sultan memegang tangan Yura.
"Aku tidak marah kak, aku tidak punya alasan untuk marah. Lagipula kakak benar dia pasti tidak tahu kalau kakak sudah menikah. Jadi wajar dia masih bersikap seperti mantan yang ingin hubungannya kembali. Mungkin dia menyesal sudah putus dari kakak."
"Sudahlah, semua itu sudah tidak penting lagi. Sekarang keputusannya ada ditanganmu. Mau pergi atau tidak?" Ungkap Sultan.
"Karena ini untuk sahabat baiklah kita akan pergi." Yura tersenyum manis.

Sultan mengantar Yura kembali ke toko bunga miliknya.
"Apa yang sedang kupikirkan. Karena emosi sesaat aku mengiakan ajakan kak Sultan untuk pergi keacara pernikahan sahabatnya yang kebetulan adalah kakak dari mantan kekasihnya yang seorang dokter itu." Ceritakannya pada sahabatnya.
"Lalu apa yang membuatmu takut?" Tanya Ratih.
"Aku akan menjadi gadis bisu disana. Aku tidak tahu apapun tentang perseragaman seperti mereka. Yang kutahukan hanya kode etik become rich women." Uangkapan itu membuat kedua sahabatnya menertawakan Yura.
"Yura kamu harus tunjukkan kepada mereka kalau kak Sultan tidak salah memilihmu menjadi istrinya. Kau bisa?"

***
Hari pernikahan Anggara pun tiba.
Yura turun mengenakan gaun berwarna biru gelap dengan hiasan batu permata yang menawan melekat indah digaunnya.
Mata Sultan tak bisa berpaling lagi, sungguh ia terpesona dengan gadis yang sudah menjadi istrinya itu.
"Cantik." Ucapkan Sultan memujinya.
"Trimakasih kak." Jawab Yura tersenyum.
Sampai disana Yura sangat gugup melihat orang-orang yang mengenakan pakaian seragam TNI. Tapi Yura sudah mengiakan ajakan Sultan dia pun terus melangkah walau ragu dihatinya.
"Aku bertemu atasan dulu ya. Kamu tetap disini saja aku hanya sebentar." Kata Sultan dan pergi meninggalkan Yura.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang