12

43 11 0
                                    

"Selamat pagi bik." Kata Yura tiba-tiba mengagetkan bik Ija.
"Ya ampun non, ini benaran non Yura kan? Non udah mau bicara lagi? Bibik harus telepon den Sultan untuk kasih tahu hal ibi dan ucapkan terimakasih." sambil memegangi kedua pipi Yura.
"Ia tapi nanti aja ya bik. Yura kan harus kesekolah. Bibik masak apa, aku lapar!"
Dengan cepat Ija mengambilkan nasi goreng kesukaan Yura dan menemani Yura untuk sarapan pagi.
Ija sedikit binggung dengannya. Seminggu tak bergerak dari posisi tidurnya dan sekarang dia bangun seperti orang yang tidak terjadi apa-apa dengannya. Sultan sungguh mengagumkan, pikir Ija sambil menggemasi barang-barang Yura untuk ke sekolah.

Gerakan kakinya terhenti saat ingin memasuki ruangan kelas. Didepan pintu Yura bertemu dengan Milie dan Ratih. Sontak mereka terkejut dan berteriak kencang.
"Yuraaaaaaaaaaa."
"Kenapa seperti melihat hantu?" Tanya Yura sambil menutup telinganya.
Mereka langsung menarik Yura untuk duduk dan ingin bertanya-tanya kenapa akhirnya Yura bisa terbangun.
"Wah udah siuman?" Kata Ben heran.
Ya tentu temannya pun sama seperti bik Ija kaget dan heran melihat Yura.
"Kemarin kak Sultan jadi datang kan Yura?" Tanya Setyo.
"Ha? Kak Sultan?" sahut Millie kaget dan menyemburkan minumannya.
"Ia kakak Setyo yang dingin, serius dan menakutkan itu tadi kemarin ada di kamarku."
"Benar kak Sultan datang? Padahal aku hanya kirim chat pada kak Sultan kalau Yura sudah jadi snow white. Bahkan dia hanya membaca chat ku tanpa membalasnya. Dan perjalanan ketempat dinasnya memakan waktu selama sembilan jam lamanya."
"Apa? Sembilan jam? Kenapa dia tidak mengatakannya padaku. Lagian kenapa dia semisterius dan seserius itu nanggapin obrolan kamu Setyo? Dasar pria menakutkan." Sanggah Yura.
"Tidak, kakak ku itu humoris dan peduli orangnya. Kak Sultan bela-belain datang hanya untuk membangunkan putri tidurnya. Jangan-jangan kak Sultan udah mulai tertarik pada Yura." Kata Setyo lagi.
"Shutttt, sudah sudah kita belajar dulu. Hari ini kita kan ujian Matematika." lanjut Ben.

Dia datang demi membangunkan ku. Apa benar kata Setyo dia mulai tertarik padaku? Menempuh waktu sembilan jam perjalanan. Pantas saja dia datang dengan pakaian dinasnya waktu itu. Apakah dia mengemudi sendirian semalam? Berarti dia sampai dilokasi tengah malam dong. Pasti dia sangat lelah mengemudi sendirian, sebut Yura dalam hati sambil mempersiapkan dirinya untuk ujian Matematika.

Ujian sudah selesai, dan sekolah pun telah berakhir. Sembari para siswa membereskan diri untuk segera pulang. Kepala sekolah mengumumkan untuk beberapa rancangan Pensi atau perpisahan untuk kelas tiga. Jadi semuanya harus mempersiapkan diri untuk mengikuti acara ini yang akan dilaksanakan selama seminggu. Berbagai perlombaan dan beberapa hiburan akan ditampilkan diacara ini seperti Pensi sebelumnya. Dan untuk acara puncaknya hanya akan diikuti oleh kelas tiga saja. Demikian pengumuman untuk hari ini. Lebih kurangnya besok akan diperjelas oleh wali kelas masing-masing.
Bel pertanda pulang pun berbunyi. Dan semua siswa boleh untuk segera pulang.

"Bye. . ." Kata Milie
"Sampai ketemu besok." Sahut Ratih dan Setyo.
"Ben kamu antar aku ya. Aku tidak bawa mobil."
"Kamu gak apa-apa naik motor ra? Kenapa tidak bareng Milie saja?"
"Ada apa dengan motor ben? Dulu aku juga suka naik sepeda keliling-keliling ditemani ibu. Lalu kenapa aku tidak mau naik motor. Atau kamu mau aku bonceng Ben?" Kata Yura polos.
"Hahahha,,, tawa renyah itu keluar dari mulut Benny.
"Naiklah." Katanya lagi.
Sepanjang perjalanan Yura diam saja. Ia menikmati angin sepoi sepoi disepanjang jalan. Kebetulan sekali jalan kearah sekolah Yura masih sangat asri karena banyak pepohonan dan bunga-bunga yang tumbuh rapi dipinggir jalan.
"Yura, kenapa diam saja. Motornya kekencangan? Atau kamu tidur lagi?" Canda Ben.
"Ben, kalau benar kak Sultan sudah mulai tertarik padaku. Aku harus bagaimana?"
"Kamu cobalah. Coba buka hati untuknya. Lagian sampai hari ini kak Rangga juga sudah tidak menghubungimu kan. Untuk apa berharap dengan dia yang sudah tak mau lahi diharapkan? Move on Yura."
"Tapi kan gak segampang yang kamu bilang Ben."
"Ia kamu benar gak segampang itu Yura. Tapi kalau kamu mau mencoba membuka hati untuk kak Sultan. Bisa saja kamu akan lupa dengan kak Rangga."
"Tapi aku gak bisa menikah dengan kak Sultan ben. Dia memang baik Ben. Dia juga sempurna. Tapi aku kan gak seperti yang ada dipikirannya. Usia ku juga jauh lebih muda darinya. Aku yakin dia juga pasti sangat keberatan untuk menikahiku. Dia pasti akan menganggapku sama seperti adiknya Setyo kan."
"Aku yakin kak Sultan bisa menangani kamu Yura."
"Ben, beritahu aku satu cara yang bisa buat pria ilfil sama wanita."
"Kalau pria seperti kak Sultan. Mungkin saja dia tidak suka dengan gadis yang kekanak-kanakan. Dia pasti suka dengan wanita dewasa dan elegan. Selama ini kamu kan sudah tunjukin sikap elegan kamu padanya. Coba tunjukin sifat aslimu yang kekanak-kanakan itu. Aku rasa dia akan ilfil."
"Sepertinya aku setuju ben. Trimakasih ya ben. Aku akan cari waktu yang tepat." Tawanya senang.
Ben juga senang melihat Yura yang tertawa lepas hari ini. Tapi Ben hanya bisa melihat tawa itu dari kaca spion saja. Jika melihat langsung mungkin Ben akan hanyut didalamnya.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang