33

41 9 0
                                    

"Apa tunangan?" Suara melingking Milie terdengar sangat nyaring ditelinga.
"Ia, libur akhir pekan aku dan Setyo akan tunangan." Jawab Ratih dengan senyum yang sangat bahagia.
"Untuk apa Ratih? Kamu ingin nikah muda? Atau apa alasannya?" Lanjutkan Yura binggung
"Tidak, aku tidak ingin buru-buru menikah atau nikah muda. Belakangan ini aku lihat Setyo dan mantan kekasihnya itu semakin dekat. Aku hanya minta padanya agar dia tidak berhubungan lagi tapi dia bilang tidak bisa kalau untuk urusan kampus karena mereka partner dalam setiap tugas. Jadi aku bilang kalau begitu kita putus saja, lalu dia tidak mau. Karena itu aku suruh Setyo tunjukkan keseriusannya padaku. Kemudian dia melamarku lewat telepon, aku tidak suka itu. Lalu dia bilang libur akhir pekan kami akan bertunangan, begitu ceritanya." Tawa Ratih yang renyah membuat kedua sahabatnya semakin binggung.

"Kalau begitu kenapa kalian tidak langsung menikah saja?" Celetuk Milie.
"Bertunangan belum berarti akan menikahkan. Aku memang mencintainya tapi kalau dia berani menghianatiku itu artinya tidak akan ada pernikahan. Tunangan juga bisa sampai sepanjang abadkan itu artinya aku hanya ingin membuktikan kesungguhannya setelah menjadi tunanganku apakah dia paham arti dari menjaga jarak walaupun untuk kepentingan kuliahnya." Jawab Ratih kembali tegas.
"Oke aku paham sekarang, pertunangan ini hanya taktik mu sajakan untuk mengetahui keseriusannya. Astaga Ratih kamu memang luar biasa ya. Menghabiskan banyak biaya hanya demi kepuasan hatimu. Menghabiskan banyak waktu dan tenaga hanya untuk hubungan kalian yang bisa saja berhenti kapan saja. Jika orangtuamu tahu kau adalah anak yang paling durhaka." Kata Milie tertawa lucu.
"Aku tidak percaya orang kaya sekarang punya cara baru untuk menghabiskan uangnya. Hah, semoga setelah kalian bertunangan kalian semakin mengerti satu sama lain dan sampai kepelaminan." Sambung Yura.
"Kalian atur ya konsep pertunangan mewahku ini." Lanjutkan Ratih lagi dan mereka tertawa lebar.

Perkuliahan pun dimulai seperti biasa. Bulan depan mereka harus menunjukkan hasil dari pekerjaan yang sudah mereka tangani. Mereka akan sangat sibuk untuk mencari rancangan terbaik untuk para klien mereka.
"Aku sangat binggung tema apa yang terbaik nantinya untuk clientku." Kata Yura.
"Iya aku juga binggung." Jawab Ratih.
"Sampai hari ini aku bahkan belum mendapat klient seperti kalian." Jawab Milie kemudian.
"Mil, bagaimana kalau Ratih yang menjadi client kamu. Dia kan akan segera bertunangan. Ibu dosen bilangkan tidak harus pesta pernikahan. Itu artinya bisa pesta ulang tahun, pertunangan bahakan pesta-pesta yang lain.
"Oh ia, kenapa kamu tidak bilang dari kemarin ra." Jawabnya sambil menyantap sepotong sandwich ditangannya.

Yura melihat ponselnya dan dia menjadi sedih.
"Ada apa?" Tanya Ratih.
"Hari ini kak Sultan katanya tidak pulang kerumah karena ada acara diposko dan selesai acara dia juga harus ikut rapat diposko." Jawab Yura.
"Lalu apa yang buat kamu sedih. Dia kan memenuhi pekerjaannya. Harusnya kamu berdoa agar pekerjaan suami tercintamu berjalan dengan lancar. " jawab Millie polos.
"Aku juga tidak tahu kenapa nomorku bisa ada pada Kania. Dia selalu memposting foto bersama dengan kak Sultan di statusnya. Seakan-akan mereka sangat dekat. Tapi kenapa didepanku kak Sultan seperti tidak ada apa-apa lagi dengannya. Apakah mereka sedang berdrama? Tapi siapa yang sedang bersandiwara diantara mereka berdua?" Yura menunjukkan postingan dokter Kania pada sahabatanya.
Sontak mereka berdua menjadi ikut binggung dan heran. Memang mereka tidak foto berdua. Tapi selalu duduk berdekatan. Bahkan kerap kali mereka berdua disandingkan berfoto dengan orang-orang yang terkena musibah.

"Kania itu cantik sih ra, tapi jujur cantikan kamu. Dan buruknya lagi dia gak bermoral dan tidak tahu malu. Aku rasa kak Sultan paham deh sampai disitu." Ungkapkan Ratih.
"Semoga saja ya. Jika tidak, berarti aku harus mengakhiri sandiwara mereka dengan tidak lagi berada diantara merekakan."
"Apa? Kamu ingin menyerah dan membiarkan suamimu direbut gadis jalang itu?" Nada suara Millie mulai naik.
"Aku tidak menyerah atau mengikhlaskan dia merebut suamiku. Terkadang istilah mengalah untuk menang itu sangat baik dilakukan jika menyangkut perasaan."
"Hah, pemikiran macam apa itu! Konyol dan tidak berfaedah. Harusnya kamu semangat memisahkan mereka dan mencari tahu kebenarannya. Kalau begini yang sedang bersandiwara itu adalah kamu Yura bukan mereka." Sanggah Millie lagi.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang