10

61 10 0
                                    

"Kenapa dia tiba-tiba ada dirumah sakit? Apa dia sedang sakit? Adik, kakaknya tampan sekali! Apa? Adik? Siapa bilang aku adiknya, aku calon istrinya kan!" Tiba-tiba bibirnya terhenti dan tangannya dengan sigap memasang musik didalam mobilnya. Dan segera pura-pura lupa dengan ucapannya barusan.

Sepulang dari rumah sakit, Sultan datang untuk menemui Arya.
"Permisi." ucapnya sambil mengetuk pintu.
Andin membuka pintu dan kaget ternyata didepannya berdiri seorang Sultan yang rupawan.
Dengan penuh keanggunan ia berkata-kata manis, "Sultan, kenapa kemari nak? Mau bertemu Yura? Tapi Yuranya belum pulang. Mungkin kamu bisa menunggunya sebentar lagi. Ayo masuk dulu."
"Bukan tante, saya kesini ingin beryemu dengan om Arya."
"Oh, Sebentar ya tante panggil om kalau begitu. Duduklah dulu nak. Anggap saja rumah sendiri ya."

Disela menunggu, Yosa datang menghampiri Sultan, "waw pria tampan nan rupawan ini kenapa siang-siang sudah ada disini?" Tanyanya.
"Saya mau bertemu dengan ayah kamu."
"Melihat ketampanan dan kegagahan kamu sepertinya saya sedikit menyesal menolak ayah menjodohkan kita waktu itu. Tapi setelah kupikirkan lagi akan lebih menyenangkan jika aku merelakan ketampanan kamu untuk ditukar dengan Rangga. Aku bersama Rangga dan kamu bersama Yura si cinderella, uuppss."
"Aku beruntung kamu punya pikiran itu sehingga aku tidak berjodoh denganmu." pergi berjalan mengelilingi ruang tamu rumah Arya.

"Sultan, ada hal yang sangat penting sehingga kamu datang mencari om?" Suara berat itu datang menghampiri Sultan yang sedari tadi pusing dengan cerita Yosa yang gak penting untuk didengar baginya.
"Iya om." Jawabnya menghampiri Arya.
"Mari nak, kita bicarakan diruang kerja om saja ya."
"Sayang tolong suruh bibik antarkan makanan dan minuman." perlahan menaiki anak tangga dan masuk kedalam ruang kerja Arya.
"Ada apa nak." tanya ayah Yura.
"Begini om, Saya baru daja bertemu Rangga di rumah sakit. Beberapa hari yang lalu dia meminta saya untuk berbicata empat mata. Jadi saya sudah tahu kalau om yang meminta Rangga untuk berpisah dengan Yura. Rangga meminta saya untuk menjaga Yura dan membahagiakannya jauh lebih bahagia saat mereka bersama. Terlihat jelas pada raut wajahnya sangat tidak merelakan Yura untuk saya."
"Lalu, kamu ingin membatalkan perjodohan ini?"
"Saya bukan menolak perjodohan ini om. Saya tahu mereka juga belum lama bersama. Tapi sepertinya Rangga sangat mencintai Yura. Alangkah lebih baik om pikirkan lagi perjodohan Yura dengan saya. Apalagi Yura masih sangat muda. Pasti dia sangat berharap pada hubungan mereka dan ingin mencapai cita-citanya."
"Nak, saat peresmian hotel itu om sudah beritahu kamu alasan kenapa om harus melanjutkan perjodohan ini. Menikah dengan kamu Yura tidak akan kehilangan masa muda dan cita-citanya. Om yakin, kamu bisa membuatnya jauh lebih bahagia daripada Rangga."
"Tapi om, bagaimana hal itu bisa terjadi? Kalau suami yang ingin hidup dengannya tidak dicintai olehnya? Yang ada Yura bukannya bahagia tapi dia akan tersakiti dengan keadaan ini."
"Sultan, om yakin kamu itu adalah pilihan yang tepat untuk Yura. Om tidak bilang Rangga tidak tepat padanya, tapi Yosa juga mencintai Rangga. Pasti dengan sekuat tenaga Andin akan berusaha merebut Rangga dari Yura. Itu akan membuatnya jauh terluka dikemudian hari. Lebih baik Rangga tidak bersama Yura mauoun Yosa. Om sudah cukup melihat Yura terluka karna perbuatan om menikah dengan tante Andin. Saatnya om memperjuangkan kebahagian Yura, meski saat ini Yura merasa kalau ini pilihan yang salah baginya. Tapi yang om sadari sekarang ternyata pilihan orangtua om saat itu lebih baik daripada pilihan om sendiri. Dan nanti Yura akan menyadari hal yang sama."
"Tapi mereka kan sudah dewasa. Mereka bisa saling setia dan memperjuangkan cinta mereka. Rangga hanya ingin melanjutkan sekolahnya karena dia harapan orang tuanya itu wajarkan om. Setelah itu dia akan menikahi Yura. Lalu apa yang salah dari mereka. Biarkan mereka berjuang akan cinta mereka. Om ingin Yura bahagiakan?"
"Hatiku sebenarnya sangatlah lembek Sultan. Aku setuju dengan perkataan kamu barusan untuk memperjuangkan cinta. Tapi aku tidak melihat nyali itu di mata Rangga. Dia mengikhlaskan Yura demi cita-citanya. Dia juga sama sekali tidak berkata apapun pada saya agar saya percaya padanya. Bahkan rencana dia akan menikahi Yura setelah selesai sekolah saya juga baru tahu dari perkataan kamu. Bahkan Rangga tidak membantah perjodohan ini. Saya tidak memaksanya, saya hanya memohon padanya. Tapi jika kamu katakan untuk mempertimbangkannya baiklah saya akan pertimbangkan kembali perjodohan ini nak".
"Trimakasih ya om."
"Ia nak" menepuk pundak Sultan.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang