25

42 9 2
                                    

Hari ini Yura sangat sibuk karena dia dan dua sahabatnya sudah mendapatkan client untuk menjadi designer baju pengantin. Menjadi designer interior adalah dambaan kedua sahabatnya tapi Yura tidak, dia hanya sekedar hobby menggambar dan berimajinasi saja. Tapi takdir yang menuntunnya kejurusan ini membuat Yura harus terus belajar agar menjadi yang terbaik.
"Kita akan bertemu client dimana?" Tanya Yura.
"Aku juga binggung dia meminta kita untuk mencari tempat makan paling nyaman dan enak." Jawab Milie.
"Mungkin saja dia hobby kuliner. Ya sudah client adalah raja, kita akan undang dia makan direstoran tempat biasa kita makan enak." Kata Ratih dan membawa kemudi mobil Yura dengan cepat.

"Sedang apa kalian disini?" Suara berat Mico mengagetkan mereka.
"Eh ada kak Mico. Kami ingin bertemu client kak." Jawab Ratih.
Lalu Sultan yang baru saja dari kamar mandi melihat Mico sedang sibuk berbincang-bincang di meja lain. Melihat Sultan berjalan, Mico melambaikan tangannya dan berkata, "kak, kakak ipar sedang disini."
Sontak Yura menjadi kebingungan.
"Sekarang dimana-mana kenapa selalu ada dia." Ucapnya pada kedua sahabatnya dengan pelan. Tapi para sahabatnya hanya tersenyum manis menatap suami dari Yura yang tampan itu berjalan kearah mereka.
"Kami hampir selesai. Dan kami harus melanjutkan tugas kami. Semoga pekerjaan kalian lancar ya hari ini." Ungkapkan Sultan dan menarik Mico membawanya kembali ketempat duduk mereka.
"Waw pria dingin itu bahkan tidak menatap istrinya yang cantik ini." Ucap Milie
"Sedang bertengkar?" Tanya Ratih.
Kebetulan sekali client mereka datang jadi Yura tidak perlu menjelaskan apapun. Lagi pula Yura tidak tahu kenapa Sultan bersikap seperti itu padanya.
"Trimakasih ya. Aku harap kerjasama kita akan semakin lancar untuk kedepannya." Ratih menjabat tangan client pertama mereka itu.
Saat mereka hendak pulang Yura sudah tidak lagi melihat Sultan. Mungkin saja dia sudah pulang dari tadi pikirnya.

Dari restoran Yura mengantar kedua sahabatnya untuk pulang. Lalu dia pun kembali kerumahnya. Dia sibuk mencari kunci rumah miliknya ternyata Sultan juga berada didepan pintu rumah dan sedang membuka pintu. Itu artinya Sultan juga baru saja tiba.
Mereka masuk bersamaan, tapi tak ada sepatah kata pun terucap dari bibir mereka berdua. Yura menaiki anak tangga dan masuk kedalam kamarnya untuk segera mandi. Hal yang sama juga terjadi pada Sultan.

Yura sangat binggung dengan sikap dinginnya Sultan padanya. Yura mengingat setiap detik dalam satu hari kemarin bersama Sultan apakah dia membuat kesalahan padanya. Namun Yura tidak menemukan kesalahan apa yang sudah dia perbuat. Yura sangat malas untuk turun makan malam bersama Sultan. Dia tidak mengerti harus berbuat apa atau melakukan apa untuk sikap dingin Sultan padanya. Tapi dia sangat lapar, mau tidak mau Yura pun akhirnya turun. Mereka berpapasan dan akhirnya duduk bersama di meja makan. Saat makan Sultan sangat sibuk dengan ponselnya. Yura mencoba untuk tidak menghiraukan kelakuan suaminya itu. Yura tetap saja makan agar makanan itu segera habis dan Yura bisa kembali ke kamarnya.
Setelah selesai makan Yura membersihkan dapur dan merapikan meja makan mereka. Ingin dia berbicara pada Sultan tapi Sultan tetap saja masih sangat sibuk dengan ponselnya.
"Dia sangat sibuk. Sepertinya aku lebih baik menunggu waktu yang tepat untuk berbicara lagi padanya." Pikir Yura dan pergi ke kamarnya.

Sepuluh menit kemudian Sultan mengetuk kamar Yura. Yura terkejut dia kebingungan dengan sikap aneh Sultan ini karena sikapnya ini belum pernah terjadi sebelumnya. Jika tidak dibuka mungkin Yura akan bersalah, tapi jika dibuka Yura agak sedikit ragu dan takut. Kemudian setelah memikirkannya Yura akhirnya membukakan pintu untuk Sultan.
"Ya kak? Kamu butuh sesuatu?" Yura mencoba untuk terlihat santai.
Sultan berdiri menatap Yura dengan sangat tajam.
"Ada apa kak? Aku membuat kesalahan lagi?" Tanya Yura lagi.
"Kak, kenapa kamu tidak bicara? Sikapmu juga aneh. Ada apa?" Lanjut Yura lagi namun sedikit takut.
Tiba-tiba Sultan memeluk Yura dengan sangat erat. Bisikan lembut pun keluar dari bibirnya yang tertutup rapat tadi "aku sangat merindukanmu. Kenapa kamu tidak mengerti itu? Kenapa saat aku kembali kamu tidak memelukku seperti ini? Katakan padaku kamu juga merindukanku kan?"
Cinta memang bisa merubah segalanya. Sultan yang tidak pernah bersikap sekonyol ini karena cinta dia menjadi sangat konyol.
"Aku juga merindukanmu kak. Aku juga ingin sekali memelukmu erat waktu itu. Tapi yang kutahu kau pergi mengabaikanku. Aku pikir rindu ini hanya milikku, jadi aku mencoba untuk menahan diriku waktu itu." Ucapkan Yura dalam hatinya.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang