32

29 10 0
                                    

"Sayang, hari ini kamu tolong antar makanan lagi ya ke poskonya Sultan." Kata Yuni pada Yura sambil memberikan tempat makanan berwarna biru untuk Sultan putranya itu.
"Ia bu, kebetulan hari ini Yura masuk siang kok. Jadi bisa sedikit lebih santai." Jawab Yura dan pergi menjemput makanan dari rumah ibu Sultan dan mengantarnya keposko.
Sampai diposko dia melihat Sultan dan rekan kerjanya sedang istirahat dibawah pohon rindang dengan meja yang bundar tebuat dari kayu. Mereka sepertinya sedang menikmati susu hangat dengan sepotong roti. Kania juga sedang duduk disana posisinya tepat berhadapan dengan Sultan. Yura tetap meringankan langkahnya meski tahu jika bertemu dengan Kania dia pasti akan berbicara semaunya saja tanpa memikirkan perasaan orang lain. Belum sempat menemui Sultan tanpa sengaja Yura mendengar percakapan mereka. Entah apa pertanyaan awalnya yang diberikan oleh rekan Sultan tapi penggalan perkataan Sultan membuat Yura tidak jadi menemuinya. Beruntungnya Yura saat kembali keparkiran dia bertemu dengan Mico.
"Kakak ipar kenapa buru-buru. Sudah bertemu dengan kak Sultan?"
"Kak Mico tolong sampaikan makanan ini pada kak Sultan, tadi ibu menitipkan ini padaku untuk kalian berdua."
"Kenapa tidak memberikannya sendiri. Ayolah kakak ipar mampir dulu biar kuantar menemui kak Sultan." Tanya Mico lagi.
"Tidak perlu. Sepertinya dia sangat sibuk dan lagipula aku juga buru-buru. Aku permisi ya." Jawab Yura dan pergi meninggalkan Mico.
"Ada apa lagi ini, sepertinya kakak ipar bukan buru-buru. Jangan-jangan Kania menganggunya lagi." Pikir Mico sambil berjalan menuju posko.
Dia melihat Sultan dan teman-temannya sedang bersantai.

"Tadi kakak ipar datang kau tidak tahu kak? Dia menitipkan makanan masakan tante padaku. Katanya kamu sedang sibuk tapi ternyata yang kulihat kamu sedang duduk bersantai. Ada apa?" Kata Mico pada Sultan.
"Dimana dia?" Tanya Sultan.
"Sudah pergi kak. Tidak perlu mengejarnya. Ayo kita makan dulu, tante sudah lelah memasaknya. Nanti setelah perutmu penuh kau akan lebih jernih berpikir baru bisa selesaikan masalahmu" Sambung Mico.
"Tidak perlu menceramahiku. Kau isi saja perutmu." Kata Sultan dan pergi untuk menghubungi Yura.
Tapi ponsel Yura sengaja ia matikan karena ia menduga setelah Mico bertemu dengan Sultan pasti dia akan menghubungi Yura bertanya kenapa makanan itu ia titipkan pada Mico.
"Sial." Ucap Sultan kesal.

Yura sudah sampai ditoko miliknya. Saat membuka pintu mobilnya dia ingat perkataan Sultan kepada temannya.
"Istriku, eemm bagiku dia hanya gadis kecil yang sangat manja dan merepotkan. Aku pikir aku akan sulit jatuh cinta dengan wanita lain, karena itu aku mencoba membuat batasan padanya." Penggalan kata ini yang membuat Yura sangat kesal pada Sultan.
"Kenapa aku harus mendengar kejujurannya. Pantas saja dia tidak mengatakan padaku kalau dia mencintaiku karena dia memang tidak cinta. Perhatiannya selama ini hanya karena menganggapku gadis kecil yang tak lain adalah seorang adik. Didepan mantannya dia berkata begitu, dasar pengecut! Kenapa tidak berkata langsung padaku. Akukan tidak perlu repot-repot memupuk rasa cinta ini. Kenapa saat aku merasa begitu bahagia dengannya disitu juga aku merasa sakit karenanya. Ini akibat karena aku terlalu percaya diri. Yura mungkin bagi pria lain kau itu menarik dan dipuja tapi enggak bagi suamimu." Pikirnya sendiri didalam mobilnya. Lalu Yura turun dari mobilnya dan pergi menuju toko.

"Kau sekarang sudah seperti seleb ya, susah untuk dihubungi. Kemana saja kau sampai harus mematikan ponsel? Sedang berduaan dengan pria tampan dirumahmu?" Canda Milie.
Tapi Yura tidak menjawabnya dia hanya tersenyum dan memulai pekerjaannya.
Tak berapa lama Kania dan satu rekannya datang ketoko bunga milik Yura. Dia ingin memesan bunga untuk acara diposko. Dia tidak tahu kalau toko bunga yang dia tuju adalah milik Yura gadis kecil yang merebut hati mantan kekasihnya itu.
Kania masuk dan melihat Yura yang sedang sibuk menghias bunga.
"Yura, hai." Sapanya manja.
Yura menoleh dan dia terkejut kalau gadis yang baru saja menyapanya tadi adalah gadis yang sampai saat ini masih dicintai oleh suaminya. Dan  karena gadis ini suaminya telah membuat batasan untuknya.
Yura hanya membalasnya dengan senyuman singkat.
"Saya mau pesan bunga untuk acara besok siang. Nanti saya kirim gambar dekorasinya sekalian, bisa?" Ucap Kania pada Ratih.
"Tentu bisa." Lalu Ratih membuatkan pesanan milik Kania.
"Satu lagi berikan aku bunga mawar yang paling bagus. Tuliskan namaku disana, dokter Kania." Katanya lagi dengan gaya angkuh dan sombongnya. Dia belum tahu siapa gadis-gadis yang sedang ia hadapi. Dia mengira kalau gadis selain Yura adalah pekerja ditoko ini.
"Nama penerimanya mau sekalian mbak?" Lanjutkan Ratih.
"Tentu, for Sultan. Aku adalah gadis yang baik, aku memberi bunga untuk mantan kekasihku. Aku tahu kok meski dia bilang sudah melupakanku tapi aku yakin itu hanya diujung bibirnya saja kalau dihatinya pasti masih terlukis indah namaku." Ungkapkannya lancang saat Yura membungkus bunga mawar yang katanya untuk Sultan.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang