31

31 9 2
                                    

"Yura aku akan berada diposko untuk beberapa minggu ini. Kami ikut menangani beberapa korban yang terkena bencana disana. Tapi aku tidak akan bermalam disana. Aku sudah bilang kalau aku akan pulang untuk tidur dirumah." Kata Sultan menyambut paginya Yura.
"Baiklah kak." Jawab Yura menyantap sarapannya.
"Aku akan mengantar kamu kekampus ya. Posko yang akan kutangani searah dengan kampus kamu."
"Tapi hari ini aku akan bertemu client kak. Aku rasa aku pergi sendiri saja."
"Client baru?" Tanya Sultan.
"Ia, semester ini kami ditugaskan untuk mencari client pribadi tidak kelompok lagi karena itu aku sedikit kesulitan mencarinya, tapi untungnya sudah kutemukan dua hari yang lalu." Jawab Yura dengan sangat senang.
"Baiklah kalau begitu. Besok jika tidak bertemu client aku akan mengantar kamu kekampus lagi." Ucapkan Sultan menatap Yura yang sedang kegirangan.

Di kampus Yura bertemu dengan kedua sahabatnya. Seperti biasa mereka sangat sibuk dengan kegiatan mereka.
"Kelas hari ini sangat melelahkan ya." Sebut Milie.
"Hah, setiap hari kita harus memikirkan design terbaru. Ternyata ini lebih sulit daripada belajar menjadi seorang dokter. Disini kita bak seorang penemu tapi harus sesuai dengan tema yang diberi atasan." Sambung Ratih tertawa.
"Hari ini kak Sultan harus di posko bencana alam. Kata ibu dia sangat tidak suka makanan disana. Pasti dia kesulitan makan. Sedangkan aku sekarang lagi makan makanan enak disini. Kadang aku sedih jika dia merasa tidak nyaman. Atau aku juga terluka jika dia bersedih." Kata Yura.
"Itu artinya kamu benar sudah jatuh cinta padanya Yura. Tolong jangan lagi membantah perkataan ini. Buktinya kamu mengkhawatirkannya." Jawab Ratih.
"Sudah begitu lama hidup bersama dengannya tapi aku sendiri juga binggung dengan perasaan ini. Khawatir bukan berarti kita menyukai seseorangkan bisa saja karena aku merasa peduli padanya." Jawab Yura.
"Aku rasa ini bukan sekedar rasa peduli pada seseorang. Tapi rasa peduli padanya karena kamu merasa kalau dia sudah membuat harimu nyaman bersamanya, jadi wajar saja rasa cinta itupun muncul." Jelaskan Ratih lagi.
"Apa aku harus bilang padanya kalau aku menyukainya? Kenapa dia tidak pernah berkata padaku kalau dia juga mencintaiku? Apa Rangga benar tentang keraguan seorang pria itu?" Tanya Yura lagi.
"Bukan, aku rasa kalian berdua hanya kurang keberanian saja untuk mengutarakan perasaan satu sama lain. Mungkin saja kak Sultan juga merasa kalau kamu belum mencintainya karena kamu belum pernah mengatakannya. Atau kak Sultan enggan mengatakannya padamu, mungkin dia takut kamu akan tidak nyaman dengan kata cinta darinya." Ungkapkan Milie.
"Tapi aku selalu menunjukkan rasa nyamanku padanya. Kenapa dia tidak peka kalau itu semua adalah cinta. Atau aku terlalu cepat jatuhkan hati padanya."
"Dia juga membalasnyakan. Dia juga tunjukkan perasaannya pada kamu Yura. Hanya saja kalian berdua tidak mau mengakui dan menyadarinya. Ego kalian lebih besar daripada rasa cinta itu." Sambung Milie lagi.
Dan percakapan panjang ini pun berakhir saat mereka harus masuk kelas lagi.

Yura tiba dirumah, dia melihat kalau lampu di ruang kerja Sultan menyala. Dengan cepat Yura pergi keruang kerja Sultan. Dia tidak melihat siapapun disana.
"Kenapa lampu ini menyala, perasaan tadi pagi semua lampu sudah dimatikan oleh kak Sultan deh. Apa mungkin Lampu yang ini kak Sultan kelupaan ya." Ucapnya sendirian.
Yura pergi kekamarnya dan membersihkan dirinya. Dia duduk mengeringkan rambutnya didepan cermin namun kembali lagi dia mengingat percakapannya dengan sahabatnya saat dikantin kampus tadi. Dia merenung dan entah kenapa dia jadi ingin sekali bertemu Sultan. Lalu seseorang datang mengetuk pintu kamarnya, dia menjadi binggung. Pelan-pelan dibukanya, ternyata dia melihat Sultan berdiri didepannya. Tangan Yura menjulur seakan ingin memeluknya tapi ia tersadar itu akan berlebihan. Yura pun jadi salah tingkah dengan merapikan rambutnya.
"Kakak, sudah pulang? Baru saja atau sudah lama?" Tanya Yura.
"Sudah lama. Aku didapur menyiapkan makan malam. Aku sudah memanggil kamu tapi kamu tidak menoleh? Ada yang mengganggu pikiranmu?"
Yura menggelengkan kepalanya didepan Sultan. Meski begitu Sultan tahu ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Ayo kita makan." Kata Sultan lagi.
Mereka turun bersama dan makan bersama. Saat makan pun Yura sebentar-sebentar termenung menatap piringnya. Sultan memperhatikan gerak-gerik Yura yang sedikit aneh dan membingungkan itu.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang