7

52 10 1
                                    

"Apa? Ibu bilang kalau Rangga sudah melamar Yura di Singapura? Dan mereka akan kuliah bersama diluar negeri? Mama kenapa diam saja? Mama harus bujuk ayah untuk tetap menikahkan Yura dengan pria tua itu. Aku tidak mau dia dan Rangga bersatu. Mama harus berbuat sesuatu. Mama harus terus membujuk dan menggoda ayah agar dia tidak goyah dengan rencana perjodohan ini." kata Yosa sangat kesal pada Andin.
Yosa semakin takut. Dia takut kalau Rangga dan Yura akan bersama dia akan sangat patah hati dan menderita. Dia memang sangat cinta pada Rangga. Namun karena obsesinya yang begitu tinggi akan cintanya pada Rangga membuat dia menjadi sangat egois dan tidak memikirkan perasaan Yura kakak tirinya itu.

"Non, makan yuk." seru bik Ija dari balik pintu yang tertutup rapat. Didengarnya suara sayup-sayup seperti sedang berbicara ditelepon, karena itu Ija turun dan tidak mengetuk lagi.
Tak lama kemudian Yura turun mengenakan pakaian hitam dengan blezer pink dipadu dengan celana jeans berwarna hitam pekat. Riasan manis pun tertata rapi diwajahnya.
"Makan dulu nak, ini kan sudah malam kamu mau kemana?" Tanya Andin lembut.
Yura sangat kenal sikap Andin ketika didepan ayahnya. Karena itu dia diam dan pergi begitu saja.
"Yura selalu begitu sayang, aku selalu mengalah dan membujuknya, tapi aku selalu ia abaikan dan sama sekali tidak ia anggap ada." sambungnya lagi sambil meneteskan air mata buayanya.
"Sayang, kamu yang sabar ya. Pelan-pelan Yura juga nanti bakal menerima kamu sebagai ibunya. Kamu harus maklum, dulu dia sangat dekat sekali dengan ibunya. Wajar saja dia merasa tidak ada yang bisa menggangtikan sosok ibunya itu." mengelus pundak Andin sambil memegang tangannya."

Kenapa semakin hari aku semakin tak mengenal diriku sendiri. Aku binggung harus bagaimana. Kenapa aku tidak bisa hidup normal seperti dulu. Bahkan disaat bahagia pun aku tetap merasa sedih, batinnya.
Dilamunanya yang begitu lama tiba-tiba dia mendengar suara tertawa terbahak-bahak yang sangat keras dari sebelah mejanya. Sesekali para lelaki itu merayu Yura karena duduk sendirian. Tapi Yura tidak menghiraukan mereka. Selain Yura tidak mengenalnya, Yura juga tidak mendengar jelas ocehan mereka pada Yura. Kemudian seseorang memberanikan diri untuk menemui Yura ke mejanya.
"Hai, namaku Miko. Boleh tahu nama kamu siapa?" Ucapnya sambil menunjukkan identitasnya bahwa ia seorang perwira.
Sontak Yura kaget, ia ingat kalau lelaki yang dijodohnya padanya itu juga seorang perwira. Terlintas dibenaknya, bagaimana kalau orang ini ternyata jodohku. Iisss sangat genit dan menjijikkan. Yura sebenarnya ingin marah karena perlakuan pria ini sangat mengganggu kenyamanannya. Tapi dia mencoba stabil karena tidak ingin berurusan dengan para lelaki jantan yang kesepian itu. Lagi pula ini bukan salah pria ini sepenuhnya. Perasaan Yura saja yang memang lagi sensitif.
"Maaf, saya sedang banyak masalah kak. Bisakah kamu kembali ke mejamu dan tertawalah sepuasnya dengan teman-temanmu. Mendengar tawa renyah kalian membuat ku sedikit lebih senang." Ucapnya lembut dan pergi dengan mengabaikan tangan pria yang bernama miko itu.
Tanpa disengaja ketika Yura beranjak dari kursi meninggalkan mejanya untuk pindah keruang VIP, saat itu juga Sultan tiba dimeja teman-teman perwiranya itu.

"Hai, kakak" sambut Miko keras.
Sempat ditolehkan oleh Yura tapi dia tak melihat Sultan, yang dia lihat malah Miko yang cengegesan sambil melambaikan tangan padanya.
Teman-teman Sultan bergurau kalau Miko baru saja malu dibuat seorang wanita. Ternyata wajah, identitasnya tak membuat wanita itu tergoda segikit pun, kata salah satu teman mereka.
"Dia sangat cantik kak, aku terpana ketika dia masuk ke cafe ini tadi, itu gadis yang duduk disudut sana, gadis yang sedang merunduk dengan tatapan kosong itu. Dia menolah uluran tanganku untuk berkenalan." sambung Miko tertawa.
"Eemm, sayang sekali aku hanya bisa melihat dia dari samping. Ya lumayanlah untuk pria muda seperti kalian. Ya sudah lupakan saja, mari kita pesta." Jawab Sultan.
"Ah kakak. Kau ini sekarang sulit sekali untuk tertarik pada wanita. Kenapa? Setelah dokter cantik itu meninggalkan mu kau ingin menjadi lajang selamanya?" gurau Miko lagi.
Tapi Sultan tersenyum saja menanggapi candaan mereka.

Sudah malam, sebenarnya aku sangat lelah tapi pulang kerumah juga membuatku semakin kacau. Semua orang sibuk dengan perjodohan bodoh itu, pikir Yura sambil keluar dari ruangan VIP itu.
Mata Mico tak berhenti tertuju pada Yura. Melihat wajah bocah tengil ini Sultan menoleh kearah Yura sayangnya Yura merunduk memperbaiki tali sepatunya. Lagi-lagi Sultan tak melihat wajah Yura.
Yura keluar dan mengendarai mobil BMW merah kesayangannya.
"Waw mobil mewah itu miliknya? Siapa dia?" Ucap Miko sambil teriak kaget. Sultan pun menoleh tapi dia hanya melihat hembusan debu dari mobil itu saja.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang