16

53 11 0
                                    

Lari dari acara pertemuan rekan kerja ayahnya bukanlah kali pertama Yura lakukan. Ini yang kesekian kalinya dia pergi tanpa pamit dengan ayahnya. Yura memang ikut sampai ke tempat acara pertemuan itu. Namun ketika ayah dan rekan kerjanya sibuk mengobrol, begitu juga dengan Andin dan Yosa sibuk dengan teman-temannya disaat itu pulalah Yura kabur dari acara pertemuan itu.
"Huh, akhirnya aku keluar juga. Didalam itu sangat sesak. Bau parfum mahal menyengat di hidungku. Rasanya aku ingin muntah." ucapnya sendirian sambil berjalan tanpa menggunakan sepatu heelsnya disekitaran taman hotel.
Tanpa sengaja ia melihat Sultan yang sedang duduk juga disekitaran taman dengan membuka jasnya. Dengan santai Yura melewati Sultan tanpa menoleh kearahnya.

"Kabur lagi?" Tanya Sultan.
Langkah kecil Yura terhenti sejenak. Sebenarnya dia ingin pergi saja tanpa menghiraukan perkataan Sultan. Tapi rasanya tidak sopan jika mengabaikan orang baik seperti Sultan.
"Tidak suka pertemuan ya?" Kata Sultan lagi.
"Iya kak. Tidak ada yang menarik dari acara bulanan ini. Apa mereka tidak bosan bertemu setiap bulan. Lalu kakak kenapa masih diluar?"
"Sama, saya juga bosan dengan pertemuan seperti ini. Sebebarnya aku sangat jarang menghadiri acara seperti ini. Kenapa masih berdiri, duduk sini. Berbicara sambil berdiri rasanya kurang sopan."
Dengan langkah yang pelan Yura menghampiri Sultan dan duduk disebelah Sultan.
"Lucu sekali, gadis ini berjalan menenteng heelsnya yang jelas-jelas dia lebih nyaman dengan sepatu catsnya kenapa harus memaksakan diri memakai heels?" Sebut Sultan dalam hati dan tersenyum dengan sendirinya.

Sudah sepuluh menit mereka hanya diam tanpa jelas mau bicara apa. Yura mulai membuka sedikit celah agar tidak terasa bagai pertemuan dua orang asing.
"Kak, mau aku traktir gak?" Katanya yang sangat mengagetkan Sultan.
"Hheemm?"
"Aku dengar disekitar sini ada pasar malam. Mau main bersama?" Lanjutnya lagi.
Dilihat dari usia Sultan pastilah dia tidak suka dengan pasar malam yang ramai. Tapi demi menyenangkan gadis kecil ini ia turuti saja kemauannya.

Mereka pergi ke pasar malam naik taxi online.
Sesampainya di pasar malam Sultan tahu Yura tidak nyaman dengan sepatunya dan Yura juga merasa begitu.
"Sebentar ya. Tunggu disini." kata Sultan pergi membeli sendal jepit untuk Yura.
"Pakai ini. Kalau tidak nyaman kaki mu bisa lecet." Kata Sultan Kemudian.
Yura tersenyum dan memakai sendal jepit yang diberi Sultan. Walaupun akan kelihatan aneh mengenakan gaun tapi memakai sendal jepit. Ya sudahlah siapa pun juga tidak akan ada yang mengenalku, pikir Yura.
Disamping itu Sultan masih kelihatan kebingungan dan canggung dengan perubahan mood Yura. Dia heran kenapa tiba-tiba Yura seramah ini padanya. Seakan mereka itu sudah lama saling kenal. Yura sama sekali tidak kelihatan canggung.
Mungkin saja Yura sangat bahagia ada disini, sebut Sultan dalam hatinya.

Yura menarik tangan Sultan dan membawanya masuk kedalam pasar malam yang menakjubkan baginya. Sangat banyak makanan yang menggiurkannya.
"Kakak lapar? Boleh makan jajanan seperti ini kan?" Tanya Yura.
Anggukan kepala Sultan masih terlihat canggung tapi sudah sedikit lebih rilex.
Yura memesan berbagai jenis makanan dan berkata lagi pada Sultan, "Katanya jajanan di pasar malam itu sangat enak. Beberapa kali aku dan sahabat-sahabatku mencobanya dan benar semuanya nikmat. Kakak tidak akan menemukan makanan ini di restoran mahal." Sambil menyantap makanannya. Tanpa sadar sesekali ia memberikan bekas gigitannya pada Sultan. Sultan pun sedikit ragu saat memakannya. Bukan karena Sultan merasa itu kotor. Dia binggung wanita didepannya ini ada Yura atau malaikat yang menjelma jadi Yura. Tingkahnya sangat berbeda. Bahkan Yura sangat santai didepan Sultan tanpa ada batas agar terlihat elegan didepan Sultan. Melihat tawa Yura yang lepas sekali hari ini, hati Sultan bak berbunga-bunga. Ia pun ikut bahagia melihat Yura tertawa. Akhirnya Sultan pun terbawa suasana bahagia oleh Yura dan mereka berdua tertawa bersama sambil menikmati makanan yang sangat nikmat itu.

"Sebenarnya aku sudah lama sekali tidak ke pasar malam. Terakhir waktu aku masih kecil. Tapi aku tidak pernah memakan jajanan di pasar malam. Dan ternyata kamu benar semua makanan ini nikmat." Ungkapkan Sultan pada Yura.
Sejenak Yura teringat pada Rangga. Kak Sultan memang berbeda dari Rangga. Dulu ketika bersama Rangga jangankan ke pasar malam, menemani Yura duduk di taman pun dia sungkan karena banyak orang yang tidak selevel dengannya. Jangankan makan dipinggir jalan makan di cafe biasa pun dia tidak mau. Mereka harus makan di restoran mewah atau cafe terbaik. Rangga terlalu mendalami peran sebagai dokter sehingga dia sangat mengagumi dirinya yang sangat hebat jadi sifat memandang orang lain sebelah mata tertanam didalam jiwanya. Tapi kak Sultan juga bukan orang sembarangan. Dia mau merendahkan dirinya demi memenuhi keinginanku yang sama sekali bukan orang spesial baginya. Bahkan dia berteman dengan semua orang. Dia juga mau hidup sederhana padahal dia sangat kaya raya dan terpandang. Tiba-tiba suara Sultan kepedasan mengagetkan Yura. Dengan cepat Yura memberikan minumannya pada Sultan padahal minuman milik Sultan juga ada didepannya. Gadis ini sangat perhatian malam ini. Sultan jadi tak ingin waktu cepat berlalu malam ini.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang