21

37 10 0
                                    

Ada pesan di meja kerja Sultan, isinya "kakak aku tidak pulang kerumah. Aku akan tidur di toko bersama Milie dan Ratih. Besok kami akan tes perguruan tinggi. Kami akan mempersiapkannya bersama."
Setelah membacanya Sultan duduk di meja kerjanya sambil menyelesaikan pekerjaan kantornya.
Mico tiba di rumahnya dan masuk kedalam. Dia tidak melihat seorang istri ada didalam rumah Sultan.
"Dimana kakak ipar?" Tanya Mico.
"Dia tidak pulang. Dia bersama sahabatnya di toko." Jawab Sultan.
"Apa seorang istri bebas meninggalkan suaminya kapan saja?"
"Kenapa kau terlalu mengurusi istriku?" Tanya Sultan kembali.
"Maaf kakak aku hanya bercanda. Oh ia kak, bagaimana rencana pengawasan ujian besok?" Mico mengalihkan pembicaraan mereka.
"Satu hal yang perlu kamu ingat. Besok Yura ada disalah satu ruangan test perguruan tinggi itu. Aku tidak mau dia melihat kita. Aku tidak ingin dia menjadi gugup atau malah sebaliknya dia tidak taat peraturan. Paham!" Kata Sultan sambil memberikan kepada Mico berkas-berkas yang dia butuhkan.
"Siap. Saya mengerti pak." Jawabnya dan pergi dari rumah Sultan.

Sudah beberapa minggu mereka tinggal bersama-sama. Ini kali pertama Yura tidak tidur di rumah. Rasanya ada sesuatu yang berbeda dengan kesendirian Sultan di rumahnya itu. Kadang-kadang dia berhalusinasi Yura sedang duduk di meja makan saat mendekatinya ternyata itu hanya bayangan Sultan saja. Dia duduk sambil mengotak-atik ponselnya namun pandangannya bagaikan tak bertujuan sama sekali. Dia berharap Yura memberinya kabar atau pertanyaan apapun ke ponselnya tapi itu tidak mungkin terjadi bagaimana Yura mau mengontak Sultan, nomor ponsel Sultan pun tidak ada pada Yura.

Tiba-tiba bel apartemen Sultan berbunyi. "Kenapa Mico belum sampai dikantor. Pasti dia melupakan sesuatu." Pikirnya dan membuka pintu. Namun yang dia lihat bukan Mico melainkan Yura. Sultan sangat terkejut dia mengira kalau dia sedang berhalusinasi lagi. Katanya, "Yura. Ini kamu?" Sambil memegang kedua tangan Yura. Yura merasa ada yang aneh dengan Sultan. Kenapa dia bertingkah seolah-olah peduli lagi padaku, pikir Yura. Sultan tersadar kalau dia sudah melewati batasannya. "Kenapa hati ini rasanya sangat bahagia melihatnya. Kenapa ada yang berbeda dengan perasaanku. Apa benar selain aku tertarik padanya aku mulai jatuh cinta pada gadis ini. Sultan tolong tahan perasaan ini." Pikir Sultan sambil melepaskan tangannya dari tangan Yura dan bersikap seperti biasa kembali.
"Kenapa kamu basah begini?" Tanya Sultan sambil membawa Yura masuk.
Yura yang tadinya juga merasa senang diperhatikan namun karena sikap Sultan kembali menjadi biasa, Yura pun menjadi biasa dan mengabaikan perhatian Sultan yang sebelumnya.
"Cepatlah berganti pakaian. Nanti kamu bisa flu." Kata Sultan dan memberinya handuk.
Yura bergegas naik ke dalam kamarnya dan mengganti pakaiannya.

Setelah itu dia turun lagi untuk menemui Sultan.
"Kakak, aku bisa pinjam ponselmu untuk menelepon Setyo." Kata Yura pada Sultan yang sedang menonton televisi. Lalu Sultan memberikan ponselnya pada Yura.
"Ini ponselnya kak. Trimakasih ya kak."
"Lalu bagaimana kamu bisa kembali kerumah?"
"Diluar sedang hujan deras kak. Tadinya aku ingin kembali ketoko. Aku baru saja mengantar pesanan pelanggan pertamaku dekat sini. Tapi ditengah jalan mobilku tiba-tiba mati, dan ponselku juga mati. Aku tidak dapat bantuan karena aku sendiri takut minta bantuan dengan orang-orang disana. Setelah itu aku memperbaikinya sendiri. Dan mobilnya sudah menyala. Tapi aku basah kuyup dan kedinginan, setelah kupikirkan kalau ke toko sangat jauh dan aku bisa flu jadi aku kembali saja ke rumah." Ceritakannya pada Sultan.
"Itu teh jahe. Minumlah selagi hangat." Kata Sultan lagi pada Yura.
Yura duduk disamping Sultan sambil meminum teh jahe yang sudah terletak di hadapannya.
"Kapan dia membuatnya? Dia sangat cepat bergerak. Semoga saja ini tidak racun." Pikir Yura.
"Aku tidak membuatnya. Aku memesan dari restoran apartemen ini. Itu teh jahe bukan racun. Jadi cepatlah habiskan." Ungkapkan Sultan.
"Kenapa dia sekarang seperti peramal? Bahkan sudah beberapa kali dia tahu isi hati dan pikiranku. Aku benarkan dia menyeramkan." Ungkapkan Yura dalam hatinya sambil menatap Sultan dan mengangguk untuk menghabiskan teh jahenya.
"Kalau kamu belum makan, didapur masih ada makanan. Makanlah agar kamu tidak sakit dan bertenaga untuk tes besok."
"Eemm, baik kak." Jawab Yura.
"Kalau begitu aku istirahat duluan." Lalu Sultan pergi istirahat lebih dulu kekamarnya.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang