35

51 3 0
                                    

"Selamat pagi pak." Ucap Yura mengetuk pintu.
"Silahkan masuk." Jawab seorang pekerja bagian keindahan ruangan dikantor itu sebut saja namanya pak Broto. Beliau seorang TNI yang memesan bunga setiap bulannya ditoko bunga milik Yura.
"Ada apa dengan kalian hari ini. Kenapa kalian tidak konsisten seperti biasanya. Bunga-bunga yang saya pesan belum juga sampai dikantor ini. Kalian sudah janji kalau jam 10 pagi semua bunga yang saya pesan harus tibakan."
"Ia pak saya mohon maaf untuk hari ini pak. Kami sebenarnya sudah selesaikan semua pesanan bapak malam itu."
"Lalu mana bunganya mana? Tidak usahbasa-basi ya nona Yura, saya sangat benci dengan orang yang tidak tepat janji." Lanjutkan Broto dengan nada keras sebelum Yura menyelesaikan pembicaraannya.

"Pak, toko kami baru saja terkena musibah pak. Semua barang kami hancur dan itu termasuk bunga pesanan bapak."
"Alasan apa ini? Kamu niat menjual atau tidak sih? Kamu niat kerja sama gak? Kamu mempermainkan kami?" Sambung Broto semakin frontal.
"Pak saya benar-benar minta maaf, ini tidak seperti yang bapak katakan. Saya tidak pernah berbohong pada pelanggan saya pak. Maka dari itu saya datang kesini untuk mengembalikan uang yang sudah bapak berikan kepada kami tempo hari. Sekali lagi saya minta maaf pak atas keteledoran kami hari ini. Lain kali kami pasti tidak akan mengulanginya." Ucap Yura tulus dan meletakkan amplop berisi uang dimeja pak Broto.

"Apa? Lain kali kamu bilang? Lain kali saya tidak akan pesan lagi ditoko kalian. Dan saya minta ganti rugi 3x lipat karena pertanggungjawaban saya lebih berat daripada kamu."
"Tapi pak diperjanjian kerjasama kita tidak ada tertulis hal-hal seperti ini pak. Hanya pemutusan hubungan kerja samakan pak!"
"Toko kamu mau saya tuntut?"
"Tidak pak, maaf atas kelancangan saya tadi. Saya akan usahakan memenuhi kerugiannya pak. Beri saya waktu sampai besok pagi ya pak."
"Tidak, saya tidak punya waktu. Saya tunggu setelah makan siang. Satu lagi hubungan kerjasama kita akan saya putus. Paham kamu! Ya sudah pergi saja kamu cari sisa uang diamplop ini. Lama-lama saya bisa naik tensi lihat penjual sombong seperti kamu." Ucap Broto membelakangi Yura.

Kali ini Yura sangat takut sekaligus binggung menghadapi pelanggan seperti pak Broto. Yura tidak paham apa maksud dan tujuannya berbicara kalau dia penjual sombong, ditambah lagi dia meminta 3x lipat atas kerugian yang Yura perbuat. Lalu mengamcam akan menuntut toko milik Yura. Hah, kepalaku hampir saja pecah memikirkan ini. Mungkin karena dia punya jabatan sehingga dia bersikap sesuka hatinya dengan orang yang dianggapnya lebih dibawah dari dirinya. Sampai kapan sih manusia seperti pak Broto itu hidup didunia ini. Tidak bisa menghargai orang lain, pikir Yura sambil berjalan lemas menuju parkiran.

Mico melihat Yura yang baru saja keluar dari ruagan pak Broto. Tak sempat ia mengejar Yura dia pun segera pergi keruangan pak Broto.
"Selamat pagi pak." Kata Mico mengetuk pintu.
"Ya, ada apa Mico."  Ucap Broto lembut.
"Oh iya pak ada apa penjual bunga langganan kita datang kesini pak? Akan ada acara besar lagi ya pak?"
"Acara besar apa. Siapa yang merekomendasikan toko bunga itu untuk acara besok?"
"Saya pak." Kata Mico polos.
"Kamu pergi bertanggungjawab pada atasanmu. Karena toko bunga itu tidak konsisten, bunga kita tidak sampai hari ini. Niat kerja gak sih? Dia siapa? Pacar kamu makanya kamu rekomendasikan tokonya?"
"Bukan pak, alasan mereka kenapa tidak bisa memenuhi pesanan kita pak?"
"Tokonya sedang terkena musibah, hancur apalah katanya. Saya sangat kesal melihatnya jadi saya tadi sangat marah besar dan memaki wanita itu."
"Apa pak? Marah dan memakinya?"
"Ia, emangnya kenapa? Kamu suka dengannya ya? Daritadi kamu sangat semangat menanyai saya."
"Aduh pak gawat. Ya sudah saya permisi ya pak." Mico pergi dengan buru-buru dan menghubungi Sultan akan kejadian ini.
"Mico. . . Mico. .  Gawat apa sih." Teriak Broto memanggil Mico.

Mico segera menghubungi Sultan dan menceritakan kejadian yang mencengangkan ini.
Saat Sultan sedang mendengarkan keluhan Mico, Yura tiba di rumah dengan wajah yang sangat panik tanpa sengaja ia menabrak Sultan dan menjatuhkan ponsel milik Sultan.
"Kak maaf aku tidak sengaja." Ucap Yura terkejut dan mengambil ponsel Sultan lalu memberikan padanya.
Sultan kembali melanjutkan teleponnya dengan Mico sambil memegang tangan Yura.
"Ia, pertemuan hari ini kamu cancel saja dulu ya. Ada hal yang lebih penting yang harus saya urus." Dan menutup ponselnya.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang