26

33 10 0
                                    

"Bagaimana persiapan ujian semester kamu?" Tanya Sultan sambil duduk bersilah didepan televisi.
"Semuanya akan berjalan baik kak." Jawab Yura yang masih sibuk belajar.
Sultan pergi dan datang lagi membawakan sandwich untuk Yura.
"Ini sudah malam, tapi kami belum juga berhenti belajar. Katanya orang yang giat belajar butuh asupan agar semakin cerdas dan semangat. Ayo makanlah dulu." Kata Sultan lagi.
Yura memakan sandwich yang diberikan Sultan. Biasanya Yura menolak makanan apapun ketika jam sudah diatas pukul delapan malam. Tapi untuk Sultan Yura selalu tidak bisa menolaknya. Meskipun segala sesuatu yang dilakukan Sultan untuk Yura diluar kebiasaan Yura.

"Kenapa sandwich ini sama seperti yang aku makan saat sarapan pagi. Kakak memasaknya? Itu artinya sarapan pagi itu tidak dibeli dari restoran apartemen." Kata Yura kaget.
"Nikmati saja dulu makananmu. Udara yang keluar masuk saat makan bisa membuatmu batuk. Jadi makanlah tanpa berbicara." Jawab Sultan.
"Dia kira aku anggota TNI." Jawab Yura pelan.
Meski jawaban Yura didengar oleh Sultan. Lalu Sultan istirahat lebih dulu dan membiarkan Yura melanjutkan kegiatannya yaitu belajar untuk ujian besok.

Tepat jam dua pagi Sultan mencek keluar kamarnya apakah Yura masih belajar atau sudah  tidur. Ternyata Yura ketiduran di ruang televisi. Sultan melihat wajahnya yang sangat mengantuk. Jadi Sultan tidak membangunkannya. Sultan membawakan selimutnya dan menyelimuti Yura yang tertidur pulas didepan mejanya.

Setelah pagi Yura terbangun dari tidurnya. Dia melihat selimut Sultan membalut tubuhnya. Yura tersenyum dan merapikan kembali ruang televisi dan besiap-siap untuk berangkat kekampusnya.
"Aku akan mengantarmu!" Seru Sultan.
"Kenapa kakak belum berangkat bekerja?" Tanya Yura.
"Hari ini semua pekerjaan sudah dibereskan oleh Mico. Tapi aku tidak bisa menjemputmu pulang dari kampus karena aku harus ke bandara untuk menjemput Setyo."
"Apa? Setyo kembali." Yura merasa senang.
"Ya, dia bilang dia sudah libur panjang. Jadi dia sangat merindukan negaranya. Kenapa kamu begitu girang mendengar nama pria lain didepan suamimu?"
"Aku selalu bahagia kalau Setyo dan Benny ada di Indonesia. Mereka pasti akan membatuku dalam segala hal." Jawab Yura seakan-akan sedang meledek Sultan.
"Apakah aku harus menjadi superman agar kamu selalu menyebut namaku setiap hari dan hanya aku yang bisa membantumu dalam segala hal?" Kata Sultan menghentikan mobilnya dan mendekati wajah Yura.
"Mungkin saja." Jawab Yura santai.
Sultan tersenyum, "Turunlah. Kamu harus pulang dengan nilai yang paling baik."
"Jika tidak, apakah kakak akan mengusirku?"
"Kamu selalu menjebakku." Tegaskan Sultan dan terus menatap Yura.
Yura turun dari mobil dan menatap Sultan dengan penuh senyuman.

Ujian terakhir mereka pun selesai dengan baik, mereka tinggal menunggu hasilnya saja dan saatnya untuk libur panjang.
Setelah dari kampus Ratih izin tidak ke toko karena dia harus menjemput Setyo kekasihnya. Yura akan menyusul Milie ke toko karena Yura harus membeli kado ulangtahun untuk Milie.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Pesawat Setyo dan Benny mendarat dengan mulus. Ternyata Sultan sudah didahului oleh Ratih.
"Kakak maaf merepotkanmu. Ternyata kekasihku Ratih sudah lebih dulu menjemputku. Kakak kamu semakin tampan. Apakah istrimu merawatmu sepanjang malam?" Gurau Setyo pada kakaknya itu.
"Hai Ben. Lama tidak bertemu. Kau baik?" Kata Sultan mengabaikan Setyo.
"Seperti yang kakak lihat. Aku sangat baik dan merindukan kalian semua." Jawab Ben dengan sopan.
Tiba-tiba adik kecilnya Vinka berlari sambil berteriak, "kakakkkk."
Rindunya pada kakaknya sudah sangat mendalam. Setahun sudah mereka tidak bertemu bagi Vinka seperti 10 tahun. Hari-hari Vinka biasanya tidak lepas dari Benny kakak semata wayangnya itu. Setelah Benny pergi Vinka mencoba untuk mandiri meski itu hanya tekadnya saja. Dia selalu dibantu oleh Yura, Ratih dan Milie. Sehingga dia tidak kesepian dan semangat sekolah meski tanpa kakaknya disampingnya.
"Kamu dTang dengan siapa dek?" Tanya Ben.
"Itu, dengan gadis baik hati." Katanya sambil menunjuk kesebelah kanan pintu bandara.
Disana mereka melihat Yura yang sedang berjalan sambil sibuk berbicara di ponselnya.
Sultan pun binggung dengan Yura yang tadi menolaknya untuk ikut menjemput Setyo. Dia bilang dia belum mencari kado untuk Milie tapi kenapa untuk Ben dia mau melakukan semuanya, pikir Sultan dan dia termenung menatap Yura yang datang menghampiri kedua sahabatnya dengan senyuman lebar.

Pangeran Itu SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang