1O

7.7K 1.4K 307
                                    

Karena mungkin bagi mereka (Name) masih menyimpan banyak rahasia yang berkaitan. Berakhir gadis itu kini berada dalam pengawasan seorang Lee Jihoon.

Asik gak jadi gembel lagi. Kira-kira begitu isi hati (Name) sekarang.

Saat ini gadis itu tengah mengscroll beranda PB di handphone genggamnya. Sesekali tangan sang gadis mengambil sepotong cookies yang diberikan Jihoon untuknya.

Jihoon dan (Name) sedang dalam perjalanan menuju apartemen baru (Name) yang boleh dapet dari hasil gift Dongsoo. Tentu saja gadis itu tidak menolak.

"NGENTO*," teriakan (Name) membuat Jihoon mengernyit heran sekaligus terkejut.

Bagaimana tidak? Suasana lagi adem ayem di dalem mobil, ditemani suara khas hujan deras dari luar sana. Tiba-tiba ketenangan itu seketika pecah dengan kata kasar yang dikeluarkan (Name).

"Kau kenapa sih?" Ketus Jihoon.

"Liat deh," (Name) menunjukkan layar ponselnya yang tengah memutar salah satu video PB. Karena lampu lalu lintas masih merah, jadi Jihoon pun menoleh menatap handphone (Name).

7 detik berlalu. Video yang awalnya berisi anak kecil tengah bermain bola, dipertengahan video malah muncul Jumpscare dengan suara teriakkan yang sengaja dikencangi oleh (Name) membuat Jihoon tersentak kaget.

"Sialan, jantungku jadi sakit," Jihoon memegang area dadanya, merasakan detak jantung yang kian berdetak cepat.

Gadis itu hanya menyengir tak berdosa, "Ya maaf kids."

Mengabaikkan permintaan maaf (Name). Jihoon menginjakkan gas guna melajukan mobil kembali dengan kecepatan yang stabil.

15 menit terlewati. Mereka berdua pun sampai di depan pintu masuk lobby apartemen yang begitu megah— sial, rasanya jiwa kemiskinan (Name) sedang mengalami gempa dadakan.

Jihoon sedikit berbincang dengan petugas lelaki yang berada di meja respsionis. Setelahnya lelaki bersurai pink itu pun mengajak (Name) untuk pergi memasuki lift menuju lantai tujuh.

Di dalam lift yang tadinya hanya diisi keheningan mereka berdua pun pecah begitu (Name) membuka suara.

"Jihoon, rambutmu."

"Kenapa?" Tanya Jihoon tanpa menoleh ke arah (Name).

"Kayak babi."

💢

(Name) kamu mau jadi psarkas handal ya?

Jihoon menarik napas dalam dalam untuk meredakan kekesalan. Tapi gadis itu kembali mengatakan sesuatu yang membuat lelaki itu benar-benar jengkel.

"Tarik napas.. jangan dihembusin ya."

Set. Siapa yang sangka jika Jihoon justru akan menarik telinga si gadis? Bahasa gampangnya sih, dijewer, kalo kata orang-orang.

"Aduh— sakit sakit, maafin Firman mak."

Tatapan Jihoon mendatar, "Aku bukan ibumu."

Ting!

Pintu lift terbuka, bersamaan dengan Jihoon yang melepaskan tarikan pada telinganya dan berjalan mendahului (Name). Sedangkan (Name) sendiri hanya mengikuti Jihoon dari belakang sambil mengusap-usap telinganya yang memerah karena ditarik itu.

108, itu nomor kamar apartemen (Name) sekarang.

Jihoon membuka pintu apart menggunakan sebuah kartu yang tadi diberikan oleh resepsionis.

Isi dalamnya cukup lebar. Ada ruang tamu, dapur, kamar mandi, kamar tidur. Jangan lupakan jendela besar yang berada di samping bangku ruang tamu dengan view perkotaan malam.

- 'LOOKISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang