19

5.7K 1.1K 159
                                    

Cahaya terik matahari memaksa [Name] menyipitkan matanya. Panas sekali hari ini. Gadis itu hanya memutari area sekolah namun tidak menemukan tempat tenang sekali pun.

Ini jam istirahat. Karena dia dibawakan bekal oleh Jihoon, jadi tidak perlu mengeluarkan uang ke kantin.

Rasanya bosan jika makan di kelas dengan pemandangan datar. [Name] memutuskan untuk mencari tempat nyaman namun tak kunjung menemukannya.

Dan berakhir ia di kursi halaman depan jendela jurusan kelas 10. Tidak ada teman, hanya sendirian, miris sekali. Ini bukan masalah, lagipula masih hari pertama masuk sekolah.

Suasana tampak hening, sampai segerombolan siswi yang tengah bergosip datang.

"Kau tau kakak kelas Jiyaa tidak?"

"Maksudmu Jiyaa yang sok agamis itu? Aku tahu kok. Padahal tabiatnya saja jelek, kenapa dia sok sok an percaya Tuhan? Menjijikan sekali."

Seketika [Name] tersedak makanannya sendiri. Bagaimana bilangnya ya... ini pertama kalinya ia menyaksikan obrolan orang atheis-.

Rasanya tidak nyaman! Topik mereka terlalu sensitif. Lagipula kenapa membicarakannya mesti di tempat terbuka sih? Bukannya ini sekolah favorite ya? Harusnya mereka bisa lebih menggunakan otaknya.

"Kau tampak benci sekali dengannya. Memangnya ada masalah apa dia denganmu? Hahaha."

"Aku hanya benci saja orang sok seperti itu."

"Oh ya? Kamu bilang tidak percaya Tuhan, kenapa kamu terkadang suka berharap atau meminta kepada Tuhan?"

Ketika ia bertanya seperti itu, 'mereka' akan menjawabnya..

"Aku percaya Tuhan itu ada, ketika berada di keadaan terdesak saja. Di luar itu, aku kembali biasa."

Menutup mata, menutup telinga, menutup kebenaran. [Name] tertawa miris, gadis di depannya ini benar-benar sudah dibutakan oleh sesuatu.

Tangannya menutup tupperware miliknya. Ia memejamkan mata sejenak sebelum beranjak pergi dari sana. Bersamaan dengan itu dering bel masuk dibunyikan.

"...Konyol sekali," ucapnya.



— @ -


"Hei kau."

[Name] hanya melirik malas ke arah teman sebangkunya, Ye Joon, lelaki itu menanggilnya dengan wajah sayu.

"Temani aku."

[Name] mengernyit. Temani? Kemana? Menyadari raut kebingungan gadis di depannya, Ye Joon tersenyum sinis sebelum menjawab.

"Perpustakaan."

"Ah, bangs*t, ngomong jangan singkat-singkat, sok cool banget anjg."

"Woah, santai, santai. Lagipula ini untuk kebutuhanmu juga kok."

Jari Ye Joon menunjuk ke arah tumpukkan buku pelajaran miliknya, "Kau belum memilikinya kan? Aku disuruh wali kelas untuk menemanimu mengambilnya. Berterimakasih lah kepadaku."

"Jika kau sudah membantuku."

"Oke, kupegang kata-katamu."

Ye Joon sadar bahwa ia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Saat bertemu [Name], ia seperti merasa ingin 'menjatuhkan' atau 'mempermalukan' gadis itu.

Dimulai dari hal kecil. Seperti membuat sang gadis meminta maaf atau berterimakasih padanya. Jika sudah berhasil, ia akan beralih ke tahap selanjutnya.

Mungkin perasaan ini lebih cocok disebut.. 'ia ingin membuat [Name] tunduk padanya'. Tapi, itu bukan perkara mudah. Melihat gadis itu yang benar-benar membencinya, jadi mungkin akan sedikit sulit.

- 'LOOKISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang