49

4.8K 935 198
                                    

Jari-jarinya bergerak gelisah tatkala merasakan seluruh tubuhnya keram. (Name) membuka matanya perlahan. Sial, rupanya dia tertidur karena sok sok an pura-pura pingsan.

Gadis itu melirik ke sekelilingnya. Lho? Ini kamarnya. Tangannya bergerak untuk memukul kedua pipinya itu.

Plak!

"Ouchh.. kemarin mimpi? Sepertinya tidak," rasa sakit di wajahnya masih terasa akibat tamparan wanita gila itu yang tidak main-main.

"Tubuhku... keram. Pergelangan tanganku sakit, terus indra perasaku...," (Name) menggerakkan jari jemarinya seakan menggenggam sesuatu.

"Uh! Kenapa aku bisa ada di kamar sih? Masa iya aku teleport?!"

Rasa bingungnya terpecah tatkala pintu kamarnya terbuka dari luar. Terlihat sosok Jihoon yang tengah menatapnya datar dengan nampan di tangannya.

"...Makan," ucapnya singkat.

Apalagi ini? Tidak biasanya lelaki itu memasang tatapan kosong seakan sesuatu telah direnggut darinya. (Name) mencoba untuk tak berpikir lebih jauh dan memakan makanan pemberian Jihoon.

Ketika ingin mengambil suapan pertama, netranya menatap gerak-gerik Jihoon yang terlihat seperti... ketakutan.

"Kenapa?"

Tidak berani. Jihoon tidak berani menatap balik mata gadis itu. Ia menyembunyikan wajahnya di samping ranjang milik (Name).

Tubuhnya bergetar, dia benar-benar ketakutan. Tapi karena apa? (Name) sudah memastikan tidak ada satu pun sosok gaib di sini, kok. Lagi pun, memangnya Jihoon bisa melihat hal seperti itu?

"A- Aku... aku.."

Cara bicaranya yang gugup membuat (Name) sedikit kesal. Kesabaran dia memang setipis itu...

"Kau kenapa? Hoi, Jihoon."

"Maaf... maaf.. (Name), maaf..."

Ini (Name) yang ngalamin hal horor kemarin atau Jihoon sih? Kenapa lelaki ini terlihat lebih shock daripada dirinya?

Berulang kali Jihoon menggumamkan kata maaf yang tidak (Name) pahami arah permintaan maafnya. Memangnya Jihoon melakukan kesalahan? (Name) tidak merasa begitu.

'Hadeh, boti itu emang ngerepotin ya di mana-mana.'

"Kalau kau gak berbicara alasannya, aku nggak akan tahu."

Keheningan melanda. (Name) melihat sprei miliknya yang sedikit basah. Bahkan dia tidak berbuat apa-apa, kenapa Jihoon menangis?

"Kau juga nangis begini... Sebenarnya ada apa sih?"

"Maaf... seharusnya aku menemanimu pergi waktu itu. Apa mereka melakukan sesuatu padamu?"

Jihoon takut. Begitu mendapatkan pernyataan kemungkinan bahwa akan terjadi 'pelecehan' pada gadis itu, membuat Jihoon merasa shock.

Terlebih saat sampai di sana... posisi di mana (Name) terikat sembari memejamkan mata, lalu di sampingnya terdapat dua mayat yang diduga sebagai pelaku sehingga Jihoon dihantui rasa bersalah mendalam.

Dia tidak tahu kenapa pelaku yang menculik (Name) ini mati. Tidak, tidak peduli. Saat itu dipikirannya hanyalah (Name) seorang.

Kacau. Ini bahkan lebih kacau dari sebelumnya. Semenjak mengenal gadis itu, rasanya pikirannya selalu dibuat terombang-ambing.

"...Ngga kok. Kan sudah liat aku baik-baik saja? Aku bisa melindungi diriku sendiri karena aku Mc."

Gurauan itu tidak mampu membuat Jihoon bernapas lega. Sepertinya lelaki ini takut sungguhan. Kejadian kemarin bisa saja membuat gadis itu memiliki pengalaman buruk yang berakibat pada kesehatan mentalnya.

- 'LOOKISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang