Syahna baru saja keluar dari ruangannya. Rencananya ia akan pulang lebih awal dan menghabiskan waktu sorenya di klinik milik keluarganya. Sebelum rencana kepulangannya ke Surabaya, Syahna ingin memastikan bahwa semua akan baik-baik saja saat ia tinggal. Untuk sementara waktu penanggungjawab kliniknya akan ia serahkan kepada wakilnya.
Syahna segera menuju ke tempat parkir saat dilihatnya langit yang mulai mendung. Lebih baik ia sampai di klinik sebelum hujan agar bajunya tidak basah saat berlari dari parkiran ke dalam klinik nanti. Ia lupa tidak membawa payung. Saat Syahna hendak melangkah ke area parkir, dokter Alif memanggilnya dari kejauhan.
"Ada apa, dok?" Syahna mengurungkan niatnya untuk berlari. Dilihatnya dokter Alif sedikit berlari menghampirinya.
"Ada agenda workshop yang harus saya hadiri bersama dokter. Apa dokter Syahna punya waktu luang untuk minggu depan?"
"Kenapa mendadak sekali? Saya belum menerima pemberitahuan apapun, dokter," ucap Syahna sesopan mungkin kepada seniornya itu.
"Saya juga baru menerima pemberitahuan dari atasan. Saya harap dokter Syahan bisa ikut hadir, mengingat tema workshop kali ini sangat berkaitan dengan bidang spesialis yang akan doter Syahna ambil. Saya dengar dokter Syahna berniat untuk melanjutkan spesialis."
"Memangnya materi apa yang akan dibahas dokter?"
"Tentang anatomi organ dalam manusia. Memang materi yang cukup umum. Hanya saja yang akan menjadi pembicara adalah dokter Husen Alawi selaku dokter ahli di bidangnya," kata dokter Alif dengan semangat. Sebenarnya ia sangat berharap bahwa dokter cantik di depannya itu bisa menemaninya untuk mengahadiri workshop.
"Mohon maaf dokter. Sebenarnya saya sangat ingin mengikuti workshop itu, hanya saja saya akan mengambil cuti mulai minggu depan," terang Syahna tak enak hati.
"Ah.. begitu rupanya. Baiklah, saya akan mencari rekan dokter lain untuk menggantikan saya dan dokkter."
Syahna mengernyit heran saat mendengar penuturan dokter Alif. "Kenapa anda juga harus ikut diganti, dok? Bukannya anda tetap bisa hadir?"
Dokter Alif hanya tersenyum. Sebenarnya ia juga tidak ingin menghadiri workshop karena kesibukannya yang padat beberapa hari ini. Hanya saja saat ia mengetahui bahwa rekan kerja yang akan mendampinginya adalah dokter Syahna, ia menjadi bersemangat. Dan saat ini semangatnya itu menghilang begitu saja saat tahu bahwa dokter Syahna juga tidak bisa hadir.
"Tidak apa-apa. Lagipula saya baru ingat kalau saya juga punya janiji yang sama di hari itu."
"Oh, baiklah kalau begitu. Saya izin pulang terlebih dahulu, dok. Langitnya sudah semakin mendung." Syahna mengangguk sambil mengatupkan kedua tangannya, sedang dokter Alif juga melakukan hal yang sama. Setelah itu Syahna segera berlari menuju mobilnya.
Diam-diam dokter Alif memandangi kepergian Syahna dari kejauhan. Ia baru berbalik saat mobil Syahna pergi dari pelataran parkir rumah sakit.
---------- ∆∆ ---------
"Mas Jo.." panggil Mahda pada Jauhar. Suaminya itu tengah merapikan mainan milik Zidan. Saat ini Mahda dan keluarga kecilnya memang tengah bersantai di ruang keluarga. Mahda duduk sambil berselonjor di sofa. Di tangannya terdapat toples kripik. Di kehamilannya yang kedua ini memang Mahda lebih senang mengonsumsi makanan yang gurih, berbeda dengan kehamilan pertamanya yang lebih senang mengonsumsi makanan manis.
Mendengar panggilan Mahda, Jauhar segera beralih ke sisi Mahda. Dihentikannya kegiatan memunguti mainan Zidan untuk sementara.
Di usianya yang hampir mencapai tiga tahun, Zidan memang bisa dikatakan sangat aktif. Sekarang ini bocah gembil itu tengah menonton serial kartun favoritnya sambil tiduran di samping Mahda. Ia sama sekali tidak terganggu dengan percakapan kedua orangtuanya di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persinggahan Hati
Romance'Jika harus memilih, siapa yang akan kau pilih, Jo?' 'Entahlah, karena Syahna seumpama Khodijah bagiku sedang Mahda layaknya Aisyah. Hanya saja Allah lebih dulu mempertemukanku dengan Aisyah sebelum menyatukanku dengan Khodijah' *** Sampai saat ini...