Jauhar berjalan tergesa menuju ruangannya. Ia baru saja menyelesaikan rapat dengan beberapa investor untuk bisnisnya yang baru di luar sana. Di perjalanan pulang, ia mendapat telepon dari Romi yang mengatakan bahwa Rahim telah menunggunya di ruangannya yang berada di rumah sakit sejak tadi siang. Lelaki itu tiba di bandara dan langsung menuju ke rumah sakit ar Rayyan untuk menemui Jauhar.Entah mengapa firasat Jauhar menjadi tidak enak. Semenjak pembicarannya dua minggu yang lalu dengan Rahim mengenai rencana kepindahan Syahna ke apartemen, ia belum mendapatkan jawaban yang pasti dari Mahda. Jauhar hanya sempat mengatakan kepada Mahda bahwa dokter Arman memintanya untuk mencarikan apartemen di sekitar rumah sakit untuk Syahna dan respon Mahda langsung tidak enak. Mahda sengaja mengalihkan pembicaraan. Karena Jauhar tidak bisa memaksakan suatu hal yang tidak diinginkan oleh Mahda, maka ia memilih untuk menunda pembicaraan mengenai rencana kepindahan Syahna ke apartemen kepada Mahda.
Jauhar tiba di ruangannya dan Romi langsung membukakan pintu untuknya. Terlihat sosok Rahim yang sudah duduk dengan tenang di atas sofa dan menantikan kehadirannyas.
"Maafkan saya karena telah membuat anda menunggu terlalu lama," ucap Jauhar setelah bersalaman dengan Rahim.
"Tidak apa-apa dokter Jauhar," balas Rahim.
"Jika boleh tahu apa tujuan anda kemari? Tidak mungkin anda datang menemui saya tanpa ada kepentingan yang pasti," tebak Jauhar.
"Tebakan anda memang benar, dokter Jauhar. Saya datang menemui anda untuk membicarakan permasalahan Syahna," kata Rahim.
"Syahna? Apa ini tentang kepindahannya ke apartemen? Saya minta maaf karena belum sempat menghubungi anda. Sejujurnya sampai saat ini saya masih belum berhasil mengantongi izin dari istri saya," kata Jauhar.
"Ini memang seputar Syahna. Namun sayang saya tidak sedang ingin membahas urusan apartemen. Urusan yang akan saya bahas ini jauh lebih penting daripada sekedar urusan apartemen," timpal Rahim.
"Apa itu?" tanya Jauhar penasaran.
"Ini ada kaitannya dengan fitnah yang ditujukan kepada adik saya, Syahna. Saya berencana untuk membawa pulang adik saya agar nantinya fitnah ini tidak semakin menyebar," jawab Rahim memaparkan niatnya.
"Fitnah apa yang sebenarnya anda maksud? Saya tidak tahu-menahu tentang hal itu," timpal Jauhar. Pasalnya selama ini ia sama sekali tidak pernah mendengar selentingan buruk tentang Syahna. Wajar sebenarnya karena akhir-akhir ini Jauhar memang tidak pernah berkumpul dengan rekan sesama dokternya. Dan apabila ada dirinya, sudah dipastikan dokter-dokter iku tidak akan berani mengatakan hal-hal yang buruk mengenai Syahna. Lagipula ia sangat sibuk sehingga tidak mempunyai waktu untuk sekedar berkeliling di rumah sakit.
"Fitnah ini adalah fitnah yang ditujukan kepada adik saya. Entah dari mana asalnya tersebar berita bohong yang menyebut Syahna sebagai duri dalam rumah tangga anda. Di luaran sana banyak yang mengatakan adik saya sengaja masuk kemari untuk mengoda anda sehingga bisa dengan mudah menjadi istri anda menggantikan Mahda. Demi Allah hati saya sakit mendengar celaan yang begitu hina yang ditujukan kepada Syahna. Mau bagaimanapun juga Syahna adalah wanita terhormat. Dia tidak mungkin memiliki niat buruk, terutama kepada suami sahabatnya sendiri," tutur Rahim.
Jauhar merasa terkejut mendengar penuturan Rahim. Ia tidak akan menyangka bahwa di luaran sana telah banyak orang yang membicarakan Syahna dengan begitu kejamnya. Padahal selama ini ia merasa telah menjaga interaksinya seminimal mungkin dengan Syahna. Walaupun begitu kenapa masih banyak yang membicarakan hal-hal yang tidak-tidak mengenai ditrinya dan Syahna?
"Maafkan saya dokter Rahim. Saya benar-benar tidak tahu mengenai berita-berita bohong yang beredar di luaran sana tentang Syahna. Saya sendiri merasa telah menjaga batasan-batasan dengan Syahna. Siapa sangka masih ada orang yang memikirkan hal-hal yang jahat terhadap saya dan Syahna," aku dokter Jauhar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persinggahan Hati
Romance'Jika harus memilih, siapa yang akan kau pilih, Jo?' 'Entahlah, karena Syahna seumpama Khodijah bagiku sedang Mahda layaknya Aisyah. Hanya saja Allah lebih dulu mempertemukanku dengan Aisyah sebelum menyatukanku dengan Khodijah' *** Sampai saat ini...