Titik terberat dari sebuah keputusan adalah kesediaan. Akan selalu ada hambatan dalam sebuah perjalanan. Karena hidup adalah ujian. Segala proses yang ada akan mendewasakan seseorang. Tidak akan ada yang namanya sia-sia. Segala sesuatu terjadi sesuai porsinya. Jangan sesali apapun. Bersyukurlah karena Tuhan masih memberi kesempatan untuk bernafas.
🍃🍃🍃Suasana ruang keluarga rumah Syahna terlihat ramai. Ada Caca dan Cika yang tengah berlarian memutari sofa. Dua keponakan Syahna itu tengah berebut mainan. Ceria sekali tawa mereka. Mereka sama sekali tidak mempedulikan wajah-wajah tegang yang tengah duduk di atas sofa.
"Kamu benar-benar mau kembali bersama Ibram?" tanya dokter Arman memecah keheningan. Ayah kandung Syahna itu bertanya sambil menatap wajah putri bungsunya lekat-lekat.
Yang ditanya hanya diam. Syahna masih tetap saja menunduk. Sampai akhirnya ia merasakan sebuah usapan lembut di bahunya. Terlihat wajah mamanya yang tersenyum ke arahnya. "Katakan sayang.." bisik sang mama.
"Aku.. aku tidak tahu, ayah. Kak Ibram pergi begitu saja dan kembali dengan tiba-tiba. Syahna sendiri tidak tahu bagaimana perasaan Syahna saat ini."
Suasana ruang keluarga kembali sunyi. Caca dan Cika telah berpindah bermain di kamar. Kakak ipar Syahna yang membawanya. "Dia memintamu Syahna. Keputusan ayah serahkan padamu. Jika kamu mantap, maka terimalah," putus dokter Arman.
"Lelaki itu telah menyakiti Syahna, yah.. Rahim tidak setuju," sahut kakak kandung Syahna cepat.
Syahna hanya diam. Ia tahu kakak kandungnya itu begitu menyayanginya. Yang benar saja, kakaknya itu tidak akan membiarkan siapapun untuk menyakitinya.
"Biarkan adikmu yang menjawab, Him.."
"Tapi ayah..."
"Sudah, Rahim. Biarkan Syahna yg memilih. Dia sudah dewasa."
"Dek... kamu akan kembali menerimanya?"
Syahna tetap diam. Sedangkan mamamya tetap setia mengusap kepala anaknya lembut. "Jangan mendesaknya, Rahim. Beri waktu Syahna untuk berfikir," tegur mama Farah. Wanita paruh baya itu bisa merasakan kegundahan putri bungsunya. Sebisa mungkin ia ingin membuat putrinya merasa nyaman.
"Syahna ke kamar dulu, ma, yah, kak.. Syahna ingin tidur. Beri Syahna waktu 3 hari. Insya allah Syahna akan memberikan jawaban Syahna."
Dokter Arman mengangguk. Tidak ada gunanya memaksa Syahna untuk menjawab. Saat ini putrinya itu sedang merasa gelisah. Baginya tidak ada yang lebih berharga kecuali kebahagiaan putrinya.
"Rahim tidak akan mengizinkan ayah. Cukup sekali Syahna tersakiti. Mengapa ayah tidak menikahkan Syahna dengan putra teman ayah saja?"
"Syahna tidak akan mungkin mau, nak. Ayah tahu dia masih mencintai Ibram."
"Apa gunanya jika akhirnya Syahna akan tetap tersakiti, yah?" ucap Rahim tak suka. Ia tidak tahu apa alasan dibalik keputusan ayahnya yang seolah tidak keberatan dengan perlakuan Ibram sebelumnya. Bukankah pria itu yang telah memilih untuk meninggalkan adiknya sehari sebelum hari pertunangannya?
"Jangan emosi, nak. Untuk sekarang, cukup pikirkan kebahagiaan Syahna. Jika dengan memaafkan Ibram bisa membuat Syahna bahagia, lalu kenapa tidak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/212338804-288-k856213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Persinggahan Hati
Romansa'Jika harus memilih, siapa yang akan kau pilih, Jo?' 'Entahlah, karena Syahna seumpama Khodijah bagiku sedang Mahda layaknya Aisyah. Hanya saja Allah lebih dulu mempertemukanku dengan Aisyah sebelum menyatukanku dengan Khodijah' *** Sampai saat ini...