Sampai kapanpun manusia hanyalah lakon. Yang berperan untuk menggerakkan adalah Sang Sutradara Kehidupan. Setiap manusia hanya perlu ikhlas menjalankan skenarioNya. Toh, tidak akan ada yang salah ataupun tertukar. Belum tentu yang terlihat baik berarti baik menurutNya. Hanya cukup bersyukur dan bersabar. Karena hakikat Dunia hanyalah permainan dan senda gurau.
🍃🍃🍃Airmata itu tak juga berhenti mengalir. Kesedihan seolah enggan meninggalkan raut wajah sang gadis. Berkali-kali ia mencoba untuk untuk percaya, namun hatinya seolah enggan untuk bekerjasama. Memang, mengikhlaskan itu sulit. Salahnya juga yang mungkin terlalu berharap. Nampaknya ia telah salah menempatkan cinta. Terbukti Allah segera menegurnya. Rupanya Dia lebih cemburu pada hambaNya yang seolah melupakanNya.
'Rabbi.. Bantu hamba untuk ikhlas. Dia adalah Milikmu dan akan kembali padaMu...'
Syahna menghela nafasnya lelah. Wajah teduh milik calon suaminya seolah menari-nari di pelupuk matanya. Ia mencoba terpejam, namun pikirannya justru melayang pada kejadian satu bulan yang lalu. Yaitu hari dimana ia berjumpa dengan calon suaminya untuk terakhir kalinya.
"Aku harus pergi ke Mesir, Syahna."
"Untuk apa, kak? Satu bulan lagi hari pernikahan kita," ucap Syahna dengan suara bergetar.
Ibram mengusap wajahnya gusar. Dari raut wajahnya, Syahna tahu bahwa saat ini lelaki itu sedang kalut. "Aku tahu, Syahna. Namun kali ini aku memang harus pergi."
"Apa kakak akan meninggalkanku lagi?" tanya Syahna getir. Entah mengapa air mata telah memenuhi pipinya. Padahal ia telah bertekad untuk menyerahkan semuanya padaNya. Ia tidak ingin mengeluh atas segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Tapi apa? Ia hanyalah seorang hamba yang lemah dengan setumpuk kekurangan.
"Wallahi, Syahna. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu kecuali jika Allah yang memisahkan. Aku telah bertekad untuk membahagiakanmu dan senantiasa memintamu kepada Rabbmu. Hanya kamu yang kuharapkan untuk menjadi bidadari surgaku."
Isak tangis Syahna masih saja terdengar. Hal itu tentu saja menyakiti Ibram.
"Ada masalah dengan desertasiku. Aku harus pergi untuk mengurusnya jika aku ingin lulus tahun ini Syahna. Semua ini kulakukan agar setelah pernikahan kita aku tidak perlu lagi meninggalkanmu. Hanya satu bulan Syahna. Paling lambat tiga hari sebelum pernikahan kita aku akan kembali."
Sejujurnya Syahna ingin menolak. Entah mengapa firasatnya mengatakan sesuatu yang tidak baik tentang hal ini. Jika boleh, ia ingin bersikap egois. Tidak bisakah Ibram pergi setelah pernikahan mereka selesai dilangsungkan? Setidaknya jika hal itu terjadi Syahna bisa ikut menemani Ibram menyelesaikan urusannya. Karena sampai saat ini trauma itu memang masih tetap ada. Syahna takut akan di tinggalkan untuk yang kedua kalinya oleh Ibram.
'Allah.. maafkan hambaMu.. Jika bukan karena kasihMu, rasanya hamba ingin mempercepat pertemuanku denganMu.. HambaMu ini lemah.. Ujian bernama cinta saja telah melemahkan hatiku.. Jangan biarkan rasa ini terus menggerogoti hati sehingga melemahkan imanku padaMu...'
"Syahna.." panggilan itu membuyarkan lamunan Syahna.
"Mahda..." Gadis itu segera menghambur ke pelukan sahabatnya.
"Ikhlaskan Syahna..." Airmata Syahna masih terus mengalir. Demi Allah, ia ingin ikhlas, namun ia bisa apa? Rasanya sakit. Kesedihan ini tak kunjung hilang darinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/212338804-288-k856213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Persinggahan Hati
Romantizm'Jika harus memilih, siapa yang akan kau pilih, Jo?' 'Entahlah, karena Syahna seumpama Khodijah bagiku sedang Mahda layaknya Aisyah. Hanya saja Allah lebih dulu mempertemukanku dengan Aisyah sebelum menyatukanku dengan Khodijah' *** Sampai saat ini...