Memaafkan itu mudah, namun mengikhlaskan jauh lebih sulit. Setiap peristiwa yang terjadi sejatinya telah digariskan oleh Sang Pencipta. Dunia ini hanyalah panggung sandiwara. Manusia tak lebih dari seorang lakon yang memakai penyamaran semata. Saat topeng kebaikan itu dilepas, dengan sendirinya seorang terpelajar akan menjadi brandal. Karena hidup memang selucu itu. Tak apa, tak perlu disesali ataupun putus asa. Sebagai seorang insan, bukankah tugas manusia hanyalah berusaha untuk mengabdi kepadaNya?
🍃🍃🍃"Jadi itu pertama kalinya aku ikut mas Jo menghadiri pesta. Ya gitulah Syahna.. Temen-temennya mas Jo itu semua orang berpendidikan. Nah kamu tahu sendiri kalau aku ini cuma lulusan SMA. Jadinya ya minder gitu," ucap Mahda panjang lebar. Kali ini Syahna memang berada di kamar Mahda dan Jauhar. Mereka tengah melakukan pillow talk antar teman.
"Nah, ngapain minder sih, Da? Orang kamu juga gak salah. Memangnya ada yang salah dengan hanya lulusan SMA? Lagian, kamu kan juga kuliah Mahda. Hanya saja kuliahmu itu belum tuntas."
"Iya sih, Na. Tapi kan baru setengah jalan." Kali ini Mahda mengubah posisi tidurnya membelakangi Syahna. Ia mengeluh kalau punggungnya sakit. "Pijitin ya Na..."
"Ya kan kamu emang terpaksa berhenti karena ikut Jauhar kesini. Lanjutin ajalah Da.. Jauhar juga gak ngelarang kan? Kamu sendiri yang gak mau ngelanjutin." Tidak ada jawaban dari Mahda. Syahna sendiri masih terus memijat punggung Mahda pelan.
"Aku tahu kalau mas Jo itu gak ngelarang. Dia emang gak ngomong, Na. Cuma aku tahu kalau sebenarnya mas Jo itu keberatan. Dulu mas Jo pernah bilang kalau dia pingin punya istri yang hanya jadi ibu rumah tangga. Mas Jo pingin kalau istrinya nanti hanya berada di rumah dan fokus mengurus anak-anaknya."
"Itu udah jadi urusan rumah tangga kamu, Da. Itu udah jadi keputusan kamu. Kalau emang Jauhar pernah bilang kayak gitu, keputusan kamu udah bener Syahna. Aku dukung kamu kok." Mahda mengangguk.
Syahna tersenyum. Sahabatnya ini memang luar biasa. Kalau ia yang jadi Mahda, belum tentu ia bisa menurut jika suaminya nanti memintanya untuk menjadi ibu rumah tangga.
"Kalau semisal suamiku nanti minta aku buat jadi ibu rumah tangga kayak kamu gimana ya, Da? " Kali ini Syahna hanya iseng bicara. Sayangnya perkataannya itu berhasil membuat Mahda yang sebelumnya sudah mulai mengantuk terjaga.
"Kamu serius nanyain hal ini, Na?" tanya Mahda setelah membalik posisi tidurnya ke arah Syahna. Melihat Mahda yang sedikit kesusahan saat hendak menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, Syahna segera membantunya. "Pelan-pelan, Mahda.. Ngapain bangun lagi sih?" tanya Syahna gemas.
"Ya kan aku penasaran sama pertanyaan kamu, Na. Mana pernah sih kamu bahas hal-hal kayak gini. Tumben aja gitu." Mahda tertawa, sedang Syahna hanya tersenyum kecil.
"Aku juga wanita, Da. Calon istri juga ibu buat anak-anakku nanti. Wajar aja kan kalau aku ngomong gitu.." kata Syahna. Senyum kecil masih terlihat di wajahnya. Jujur saja ia juga kaget dengan ucapannya tadi. Sekalipun iseng, ucapan itu memang keluar begitu saja dari mulutnya. Tidak salah bukan? Lagipula suatu saat ia juga pasti akan menikah. Entah dengan Ibram atau bukan.
Mengingat nama Ibram, wajah Syahna berubah murung. Nampaknya Mahda sadar akan perubahan ekspresi Syahna. " Kenapa? Ingat kak Ibram ya?"
Syahna tersenyum masam. "Kenapa bawa nama kakak kamu sih, Da.. I'm fine kok.. Cuma inget aja kalau wisuda aja belum. Kenapa aku malah mikirin nikah. Lucu kan, Da?" Syahna mencoba tertawa di akhir kalimatnya.
Syahna tidak mau jika Mahda ikut memikirkan perihal hubungannya dengan Ibram. Biar saja semua berjalan dengan sendirinya. Yang terpenting adalah ia telah berdamai dengan Ibram. Tidak ada dendam di hatinya untuk sepupu Mahda itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Persinggahan Hati
Romance'Jika harus memilih, siapa yang akan kau pilih, Jo?' 'Entahlah, karena Syahna seumpama Khodijah bagiku sedang Mahda layaknya Aisyah. Hanya saja Allah lebih dulu mempertemukanku dengan Aisyah sebelum menyatukanku dengan Khodijah' *** Sampai saat ini...