Memberitahu Mahda

78 2 0
                                    

Terimakasih sudah membaca cerita Darin.

Untuk yang ingin membaca dengan versi lebih cepat, bisa banget baca di aplikasi Fizzo dengan judul dan nama penulis yang sama.

Selamat Membaca...


"Mahda.." panggil Jauhar saat baru saja memasuki kamar rawat Mahda.

Melihat kedatangan Jauhar, Syahna yang mulanya duduk di kursi samping ranjang Mahda langsung menyingkir keluar.

Jauhar berlari ke arah Mahda dan langsung memeluknya erat. "Akhirnya kamu bangun juga, sayangku," bisik Jauhar.

Mahda membalas pelukan Jauhar tak kalah eratnya. "Kenapa mas Jo baru datang?" Mahda mulai menitikan airmatanya. "Aku sangat takut tidak bisa melihat mas Jo lagi."

"Aku jauh lebih takut darimu, sayang. Saat berita tentang kecelakaanmu itu sampai padaku, duniaku serasa runtuh. Aku sangat takut terjadi sesuatu kepada dirimu dan anak kita. Untungnya saat ini kamu sudah sadar dari tidurmu. Setidaknya perasaanku akan jauh lebih lega saat melihat senyummu."

Mereka berpandangan untuk waktu yang cukup lama. Kini Jauhar sendiri telah duduk di kursi samping Mahda. Dengan telaten ia mengusap airmata yang terus saja keluar dari kelopak Mahda.

"Jangan menangis, sayangku.." bisik Jauhar. "Hatiku sakit melihatnya."

Tidak menanggapi perkataan Jauhar, Mahda lebih memilih untuk menanyakan kondisi kedua anaknya. "Katakan dengan jujur, mas. Bagaimana kondisi kedua anakku?"

Jauhar terdiam. Ia tidak menyangka kalau Mahda akan bertanya mengenai kondisi anak mereka secepat itu. Sebagai seorang dokter, ia faham bahwa kondisi Mahda saat ini tidak memungkinkan untuk menerima kabar mengenai kedua anaknya. Kondisi hormon seorang ibu yang baru saja melahirkan sangat tidak karuan, begitu juga kondisi mental Mahda yang baru saja mengalami kecelakaan.

"Mereka baik, sayangku. Beristirahtlah. Aku tau kamu lelah setelah berjuang melewati serangkaian operasi demi keselamatanmu dan melahirkan putri kita. Aku akan menjagamu, Mahdaku. Tidurlah.." Jauhar mengecup kening Mahda lama.

"Mas Jo.. Aku yakin ada yang kau sembunyikan dariku. Bagaimanapun juga aku seorang istri sekaligus seorang ibu. Aku mempunyai firasat mengenai hal itu."

Jauhar terdiam. Ia dilema. Apa ia memang harus membongkar kematian kedua anaknya saat ini juga

"Mahda.. kamu tahu bukan bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu juga tahu bahwa aku sangat menyayangimu." Jauhar berkata sambil menggenggam tangan Mahda erat. Dikecupnya tangan kecil Mahda yang semakin terlihat kurus itu beberapa kali.

"Ya. Aku mengetahuinya dengan baik, mas Jo."

"Kalau begitu apa yang kau ragukan dariku, Mahdaku?"

"Tidak ada yang kuragukan darimu, mas Jo. Dan sebgai seorang istri, aku memiliki firasat yang sangat kuat untukmu. Kali ini firasatku mengatakan bahwa kau sedang menyembunyikan sesuatu. Karena itu tentang dirimu, maka aku yakin bahwa firasatku itu memang benar," ucap Mahda sambil mendekatkan genggaman tangannya dengan Jauhar ke bibirnya untuk ia kecup.

"Sungguh mas Jo, aku sangat mencintaimu. Makadari itu jangan kau kecewakan aku. Akan lebih menyakitkan saat mengetahui bahwa orang yang begitu engkau cinta telah membohongimu. Apapun alasan di balik semua itu sama sekali tidak bisa dibenarkan."

Jauhar benar-benar kalut. Sampai saat ini ia sama sekali tidak pernah menolak permintaan Mahda. Ia juga tidak pernah menyatakan kebohongan sekecil apapun kepada Mahda. Hanya untuk kali ini, tidak bisakah jika ia kekeh dengan pendiriannya untuk menyembunyikannya dari Mahda? Setidaknya sampai kondisi Mahda sudah memungkinkan untuk mendengarnya.

Persinggahan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang