Hijrah

54 4 0
                                    

Terimakasih sudah membaca cerita Darin.

Untuk yang ingin membaca dengan versi lebih cepat, bisa banget baca di aplikasi Fizzo dengan judul dan nama penulis yang sama.

Selamat Membaca...

"Selamat datang, Syahna." Mahda menyambut kedatangan Syahna di teras rumahnya dari atas kursi roda. Di belakangnya ada Jauhar dan juga umi Rahma. Umi Rahma berdiri tepat di belakang Mahda sambil memegang dorongan kursi roda Mahda.

Melihat Syahna yang kesusahan menurunkan barang-barangnya dari taksi, Jauhar segera membantunya membawakan kopernya dan membawanya terlebih dahulu masuk ke dalam rumah.

"Mahda.." Syahna berjalan ke arah Mahda dan memeluk sahabatnya itu.

"Aku sangat merindukanmu, Syahna. Padahal baru satu minggu kita tidak bertemu," ungkap Mahda. Wanita itu tersenyum dengan begitu cantiknya. Syahna pun membalsa senyuman Mahda dengan tulus. "Aku juga merindukanmu, sahabatku."

"Umi," sapa Syahna beralih kepada umi Rahma. Syahna mencium kedua tangan umi Rahma. "Apa kabar umi?" lanjutnya.

Umi Rahma tersenyum ke arah Syahna. "Alhamdulillah, umi baik, nak. Umi juga sangat sehat. Kamu sendiri bagaimana? Rasanya rumah umi jadi sepi semenjak kamu pulang ke Surabaya."

Syahna tertawa mendengar kelakar umi Rahma. " Umi bisa saja. Padahal baru satu bulan Syahna pergi dari rumah umi dan sekarang kita bisa berkumpul lagi di rumah Mahda."

"Bagaimana kabar mama dan ayahmu? Apa beliau sehat?"

"Alhamdulillah, mama dan ayah baik-baik saja dan beliau juga sangat sehat. Oh iya, mama dan ayah juga menitipkan salam kepada umi Rahma dan Mahda. Terkhusus ayah juga menitipkan salam kepada Jauhar."

Syahna melirik Jauhar yang hanya berdiri diam di samping Mahda. Nampaknya ia sudah selesai meletakkan koper Syahna di kamar tamu. Jauhar hanya mengangguk menanggapi perkataan Syahna.

"Sampaikan salam balik dari umi untuk beliau berdua," balas umi Rahma sambil tersenyum. " Umi sangat berterimakasih kepada mamamu, Syahna. Beliau yang kemarin mendampingi umi. Umi juga berterimakasih kepada beliau berdua karena mau berbagi putri kepada umi. Umi merasa beruntung karena beliau telah mengizinkanmu untuk tinggal bersama umi selama ini," lanjut umi Rahma dengan tulus.

"Syahna juga bersyukur karena memeliki umi di kehidupan Syahna. Lagipula Syahna senang selama ini bisa tinggal dengan umi Rahma," balas Syahna jujur.

"Syahna, apa kamu tidak senang memiliki sahabat sepertiku?" sela Mahda.

"Tentu saja aku senang, Mahda. Buktinya persahabatan kita awet dari dulu," sahut Syahna.

"Lalu, kenapa kamu tidak pernah mengatakan, 'Mahda, aku sangat bersyukur memiliki sahabat sepertimu. Tanpamu apa jadinya aku.'"

"Astaga, Mahda.. Kamu iri dengan umi Rahma? Rasa-rasanya kamu seperti anak kecil," kata Syahna sambil tertawa.

"Wajar jika aku iri, Syahna. Selama kita bersahabat kamu tidak pernah berkata seperti itu," balas Mahda.

Umi Rahma hanya menggelengkan kepala mendengar perdebatan Syahna dan Mahda. Sedang Jauhar tetap berdiri tenang di belakang Mahda dengan menampilkan ekspresi datarnya.

Seingat Syahna, Jauhar menjadi sedikit banyak berbicara saat kedua anaknya meninggal. Kini pria itu telah kembali dingin seperti biasanya. Yah.. setidaknya itu lebih baik menurut Syahna. Karena hal itu menandakan bahwa Jauhar baik-baik saja. Selama Jauhar baik, insya allah Mahda juga akan baik. Dan hal itu sangatlah melegakan bagi Syahna.

Persinggahan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang