Tirai Masa Lalu

101 9 0
                                    

Selamat Hari Raya Idu Adha 1443 H.

Cerita ini insya allah akan di update setiap hari Senin dan Kamis.

Selamat membaca semua...

Syahna.. aku sudah meminta izin pada mas Jo. Intinya mas Jo mengizinkanmu untuk menginap di rumah. Take care untuk perjalanannya ya. Umi bilang kamu akan berangkat hari ini ke Malang. Hati-hati di jalan sayangku.

Pesan itu yang pertama kali muncul saat Syahna kembali mengaktifkan ponselnya setelah sampai di Bandara Abdurrahman Saleh Malang. Tiba-tiba saja ia harus menghadiri salah satu pertemuan rutin antar dokter yang diadakan di salah satu hotel ternama di kota Malang. Syahna sendiri terpaksa menyetujuinya karena sebentar lagi ia akan mengambil cuti untuk waktu yang cukup lama. Setelah menolak untuk menghadiri workshop bersama dokter Alif, akan sangat tidak bijak jika dia juga harus menolak agenda pertemuan rutin ini.

Rencananya selepas acara pertemuan yang akan diadakan selama tiga hari berturut-turut ini selesai, Syahna akan langsung bertolak ke Surabaya. Ia terpaksa mengubah rute perjalanannya, dari yang awalnya mengunjungi Mahda terlebih dahulu di Jakarta sebelum akhirnya menghabiskan masa cutinya di Surabaya, menjadi mengunjungi orangtuanya terlebih dahulu, baru kemudian menginap di rumah Mahda. Setelah menghabiskan beberapa pekan di rumah Mahda, ia juga akan kembali ke rumah orangtuanya kembali.

Bisa dikatakan kali ini ia kan mengambil cuti yang cukup lama. Hampir mencapai dua bulan. Tadi tidak ada salahnya. Toh, ia juga belum pernah mengambil cuti selama bekerja di Bandung.

Aku sudah sampai di Malang, Mahda. Apa kamu menginginkan oleh-oleh?

Aku akan membawakan Zidan oleh-oleh yang banyak. Jika kamu menginginkan sesuatu, cukup kirimkan pesan.

Sepertinya aku akan sulit menerima telponmu untuk beberapa hari ke depan. Aku lumayan sibuk.

Syahna memilih untuk mengirimkan pesan beruntun kepada Mahda. Entah kapan sahabatnya itu akan membukanya. Yang jelas, setibanya di hotel Syahna akan langsung membersihkan diri sebelum memulai aktivitasnya yang padat. Besok ia harus bisa tampil prima, karena selain menjadi tamu undangan, ia juga akan menjadi pembicara.

Saat Syahna hendak menutup ponselnya, satu pesan dari nomor yang tidak dikenal muncul.

08xxxxxx

Dokter Syahna.. ini saya dokter Alif. Saya baru tahu kalau dokter yang hadir di acara pertemuan di Malang. Sayang sekali saya baru mengetahuinya. Jika saya tahu, saya mungkin akan ikut dengan dokter.

Syahna mengernyit saat membaca pesan dari dokter Alif. Selama ini ia memang tidak pernah berkirim pesan dengan dokter seniornya itu karena memang tidak pernah ada peristiwa yang mengharuskan agar ia melakukannya.

Syahna terdiam untuk waktu yang cukup lama. 'Apa mungkin dokter Alif tertarik padanya?' Batin Syahna bertanya-tanya. Kenapa akhir-akhir ini seniornya itu seringkali mengajaknya mengobrol seputar hal-hal yang tidak perlu. Puncaknya adalah hari ini saat dokter Alif akhirnya berani mengiriminya pesan.

Syahna memutuskan untuk tidak segera membalas pesan dari dokter Alif. Nanti saja saat ia sudah berada di hotel. Rasanya ia perlu memikirkan tindakan apa yang akan ia ambil jika memang dokter Alif memang benar tertarik padanya. Untuk saat ini ia masih betah melajang. Lukanya atas kepergian Ibram masih belum sembuh. Ia trauma. Akan sangat sulit memaksanya untuk kembali merencanakan sebuah pernikahan. Dua kali ia ditinggalkan, sekalipun dengan satu orang yang sama.

Ibram.

Entah seperti apa rasa yang tersisa dari dalam diri Syahna untuk pria itu. Ia memang terluka, namun ia sudah mengikhlaskan kepergian Ibram. Entahlah, Syahna tidak pernah tahu dengan apa yang diinginkan dirinya. Ia ingin menikah, namun hatinya tidak pernah tergerak untuk kembali mencinta. Rasanya sudah mati rasa. Nampaknya ia membutuhkan suatu alasan yang kuat agar membuatnya mau menikah. Ya, Syahna tahu jika menikah itu adalah ibadah. Namun, bagi seorang yang sudah mati rasa sepertinya, alasan itu masih belum cukup. Apa iya harus ada yang memaksanya menikah terlebih dahulu? Atau mungkin menyeretnya ke pelaminan?

Persinggahan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang