Gemuruh Hati

196 9 0
                                    

Kata orang mencintai itu mudah. Ya, sangat mudah seperti membalik telapak tangan. Dari mata turun ke hati. Dengan sekali pandang pesona sang idaman akan terkenang. Ah, hati, benarkah demikian? Hanya sesederhana itukah? Jangan gegabah! Cermati, barangkali itu hanya torehan rasa. Karena hati manusia itu rumit. Cukup ikuti kata nurani. Jangan ragu dan nikmati.
🍃🍃🍃

Desember terasa suram
Gemerlap akhir tahun terasa hambar
Ada apa dengan hati?
Nampaknya semesta mulai enggan
Mau sampai kapan terus begini?

Syahna menutup lembar diary nya. Hari ini cukup sekian. Semenjak kepulangannya dari Jakarta dua minggu yang lalu, hatinya tak pernah tenang. Besok adalah pergantian tahun. Tidak seharusnya ia begini. Di tahun yang baru ini seharusnya ia bahagia. Tapi mengapa bayang-bayang akan pemuda itu tak pernah hilang?

Semenjak kepulangannya dari Jakarta, ia memang sering memimpikan sosok seorang pemuda. Entahlah Syahna tak pernah tahu wajahnya. Dalam mimpinya pemuda itu hanya mengulurkan tangannya ke arahnya. Sudah berhari-hari ia mencoba mencari tahu siapa sosok pemuda itu. Sayangnya ia gagal. Yang jelas ia yakin bahwa pemuda itu bukanlah Ibram. Entah mengapa hatinya berkata demikian. Jika bukan Ibram, lalu siapa?

Syahna menghembuskan nafasnya lelah. Dimasukkan kembali buku bersampul biru yang sedari tadi menemani kegelisahannya. Siang ini pekerjaannya memang terbilang padat. Suasana rumah sakit memang akan semakin ramai di akhir pekan.

"Syahna... Ada yang datang mencarimu.." bisik Luna, dia salah satu dokter yang magang di rumah sakit yang sama dengan Syahna.

Alis Syahna mengkerut. Pasalnya hari ini ia tidak memiliki janji dengan siapapun. Biasanya jika ada yang mencarinya pastinya itu adalah beberapa staf kenalan ayahnya. Wajar saja toh siapa yang tidak mengenal dr. Arman, dokter spesialis bedah terbaik yang baru saja memilih untuk pensiun karena ingin menikmati masa tuanya.

"Siapa?" tanya Syahna akhirnya.

"Seorang lelaki. Ah, bukan hanya satu, tapi dua orang. Mereka menunggumu di lorong." Syahna terdiam cukup lama. Kali ini benar-benar tidak ada bayangan siapapun dlm pikirannya. "Sudahlah Syahna.. Pergi saja.. Toh mereka juga tampan."

Syahna memutar bola matanya malas. Luna dengan sifatnya yang absurd memang sudah satu paket. Semenjak magang di tempat yang sama, Luna memang kerapkali menjodohkannya dengan dokter-dokter muda disana. Alasannya adalah karena Luna ingin melihat Syahna dekat dengan seorang pria, tidak lagi cuek ataupun bersikap dingin.

"Aku pergi," putus Syahna. Diletakkannya stetoskop yang sedari tadi menggantung di lehernya. Sedang Luna sudah gencar menampilkan senyum menggodanya. Bukan hanya itu, bahkan kini beberapa temannya juga ikut menggodanya. 'Dasar Luna..' batin Syahna kesal.

--------- ∆∆ ---------

"Jauhar.." panggil Syaha saat melihat sosok seorang lelaki yang tengah menggunakan jas dokter yang sama dengannya.

Lelaki itu menoleh. Sekedar mengamati penampilan Syahna sebelum akhirnya menolehkan pandangannya ke arah lain. Nampaknya ia tengah mencari seseorang. "Ah, mungkin lelaki lain yang dimaksud oleh Luna."

Karena tidak ada sahutan apapun dari Jauhar, maka Syahna memilih untuk bertanya. "Ada apa?"

"Ibram."

"Hah?" Syahna mengerutkan keningnya. Apa ia tidak salah dengar? Kenapa Jauhar malah menyebut nama Ibram? Belum hilang keheranan Syahna, tiba-tiba sosok yang tengah ia pikirkan itu muncul.

Persinggahan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang