Semenjak curhatan terakhirnya kepada Syahna, Mahda memilih untuk lebih menguatkan hatinya. Sesuai perkataan Syahna, ia harus bisa bersikap tegar demi Jauhar. Tidak adil rasanya jika Jauhar harus terus-terusan mengalah demi dirinya. Untung saja Jauhar juga tidak pernah bertanya apapun kepada Mahda. Sekalipun Jauhar sempat menyadari perubahan-perubahan drastis yang terjadi pada diri Mahda, ia lebih memilih untuk diam. Selama itu pula Mahda benar-benar berusaha untuk kembali menjadi Mahda yang ceria seperti dulu.
Berselang sebulan sejak kedatangan Syahna di rumahnya, Mahda sudah diperbolehkan untuk tidak lagi menggunakan korsi roda. Selama ini memang Jauhar lah yang mewajibkan hal itu kepada Mahda. Padahal jika diperhatikan Mahda sendiri masih bisa berjalan secara normal. Hanya saja karena Jauhar memang protektif, Mahda memilih untuk menuruti perkataan Jauhar. Apalagi waktu itu seluruh angoota keluarganya juga mendukung Jauhar.
Karena kondisinya yang telah membaik, Mahda pun memberanikan diri untuk meminta izin bekerja kepada Jauhar. Mahda ingin kembali mengajar di taman kanak-kanak seperti saat awal menikah dengan Jauhar. Awalnya keinginan itu hanya terlintas saat ia mengaku bosan kepada Syahna. Karena Mahda mengaku bosan, maka Syahna menyarankannya untuk mencari kegiatan sebagai hiburan. Setelah memikirkannya, Mahda pun terpikirkan untuk kembali bekerja. Ide itu terlintas begitu saja di pikirannya. Jika di awal pernikahannya dahulu Jauhar memintanya untuk resign dengan alasan mengurus Zidan, maka untuk saat ini Mahda rasa tidak ada lagi alasan Jauhar untuk menolaknya. Seharusnya Jauhar akan mengizinkannya untuk kembali bekerja.
Awalnya, Mahda hanya menyampaikan keinginannya kepada Syahna, Saat itu Mahda hanya ingin melihat bagaimana respon Syahna. Rupanya Syahna mendukungnya. Syahna bisa memahami perasaan Mahda yang kesepian karena saat ini Syahna pun sudah mulai kembali bekerja. Umi Rahma sendiri juga sudah kembali ke Jakarta karena dia tidak bisa membiarkan toko rotinya tutup terlalu lama.
Mengenai Syahna, ia memutuskan untuk kembali bekerja setelah melihat kondisi Mahda yang telah membaik. Kini Syahna resmi bekerja di rumah sakit ar Rayyan milik tuan Hamid ar Rayyan karena rekomendasi dari Mahda. Sebenarnya hal itu tidak sepenuhnya rekomendasi dari Mahda karena memang Jauhar sendiri yang meminta Syahna untuk bekerja disana. Di samping kemampuan Syahna yang memang mumpuni, hal itu juga sebagai upaya Jauhar untuk membantu Syahna. Jauhar sendiri merasa berutang budi kepada Syahna karena telah menemani dan menjaga Mahda selama ini. Lagipula Jauhar merasa keberadaan Syahna di rumah sakit akan sangat membantunya.
****
"Mas Jo.. aku ingin berbicara.." kata Mahda saat melihat suaminya itu hendak menyentuh kembali laporan kerjanya di meja kerja yang berada di dalam kamar mereka. Padahal waktu juga sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi Jauhar masih saja terlihat sibuk dengan tugas-tugasnya.
Semenjak beberapa hari yang lalu tuan Hamid ar Rayyan memang meminta Jauhar untuk lebih fokus membantunya mengurusi laporan-laporan milik rumah sakit juga beberapa urusan mengenai usahanya yang lain. Karena kesibukannya itu akhirnya Jauhar menunjuk Syahna sebagai penggantinya, Syahna yang juga berprofesi sebagai dokter bedah, ia minta secara khusus untuk mengisi jadwalnya sementara waktu. Karena Syahna memang belum memiliki jadwal praktek tetap di rumah sakit ar Rayyan, maka ia pun menerima dengan senang hati permintaan Jauhar.
"Ada apa. Mahda?" Jauhar menyahuti perkataan Mahda dari meja kerjanya. Karena ada suatu hal urgent yang harus ia periksa, kali ini Jauhar terpaksa harus melakukan hal itu. Padahal jika tidak sudah pasti ia akan lebih memilih untuk menghampiri Mahda dan memeluknhya seperti biasa. Selama ini Jauhar dan Mahda memang kerap kali melakukan pillow talk sebelum tidur.
"Aku ingin meminta izin kepada mas Jo untuk kembali bekerja. Apa mas Jo mengizinkan?" tanya Mahda to the point. Sebenarnya Mahda sendiri sudah sangat mengantuk. Hanya saja jika ia tidak menyempatkan diri untuk berbicara saat ini juga kepada Jauhar, Mahda takut kalau ia tidak akan memiliki waktu lain untuk membicarakannya mengingat kesibukan Jauhar akhir-akhir ini. Jangankan Jauhar, Syahna sendiri juga sering terlihat lembur. Jadilah Mahda benar-benar kesepian dan telah berada di puncak rasa bosannya.
"Bekerja?" Jauhar menghentikan kegiatannya yang semula fokus pada berkas-berkas di depannya. "Apa kamu memang harus kembali bekerja, sayang?" ulang Jauhar.
"Iya, mas Jo. Sejujurnya aku sangat kesepian. Selama ini saat mas Jo bekerja ada Syahna dan umi Rahma yang menemaniku. Dan sekarang umi Rahma sudah kembali ke Jakarta dan Syahna juga ikut sibuk di rumah sakit. Jika mas Jo mengizinkanku untuk bekerja, setidaknya aku akan memiliki kesibukan di luar. Aku rasa aku akan jauh lebih bahagia karena tidak akan terus-terusan mengingat putra-putri kita juga kondisi rahimku," papar Mahda.
Mendengar alasan Mahda, Jauhar sendiri diliputi rasa bersalah. Seharusnya ia bisa lebih meluangkan waktunya untuk Mahda. Apalagi setelah musibah yang mereka alami. Jika jadi Mahda, Jauhar sendiri belum tentu bisa tetap baik-baik saja jika tidak disibukkan dengan kegiatan yang lain. Pikirannya mungkin akan kembali terfokus pada kondisinya dan kedua buah hatinya. Apalagi Mahda adalah seorang wanita yang pastinya begitu perasa.
"Mahdaku.. kemarilah," pinta Jauhar. Jauhar meminta Mahda untuk duduk di atas pangkuannya.
"Maafkan aku yang belum bisa membahagiakanmu,, Harusnya aku lebih bisa memahamimu. Harusnya aku lebih bisa meluangkan waktu untukmu. Maafkan aku karena jarang sekali bisa menemanimu di rumah," ucap Jauhar sambil menyurukkan kepalanya ke leher Mahda. "Aku merasa telah mendholimimu," lanjut Jauhar.
"Mas Jo.. aku tidak merasa begitu. Mas Jo adalah suami yang sangat baik bagiku. Lagipula aku sangat memahami kesibukan mas Jo. Selama ini mas Jo juga lebih sering menemaniku. Saat pemulihanku kemarin mas Jo juga selalu mendampingiku. Aku meminta mas Jo mengizinkanku untuk mengajar semata-mata hanya untuk membunuh kebosananku. Saat ini seringkali aku sendirian di rumah. Semenjak menggantikan mas Jo praktek, Syahna jarang sekali berada di rumah. Paling cepat kami baru akan bertemu di sore hari," keluh Mahda.
"Apa kamu ingin Syahna untuk tidak bekerja? Kurasa Syahna tidak akan keberatan melakukannya, Mahda. Atau aku juga bisa mengurangi jadwalnya dan aku akan kembali melakukan tugasku," tawar Jauhar.
"Tidak perlu. Jika mas Jo meminta Syahna untuk mengurangi tugasnya, bisa dipastikan kalau mas Jo akan jauh lebih sibuk. Aku tidak bisa melihat mas Jo lebih sibuk lagi dari ini. Aku khawatir mas Jo akan jatuh sakit nantinya. Selain itu mas Jo juga tidak mungkin bisa meminta Syahna untuk berhenti kerja begitu saja. Aku tahu kalau Syahna sangat mencintai pekerjaanya, Aku tidak ingin memaksanya untuk meninggalkan hal yang ia sukai hanya karena diriku," jawab Mahada.
"Lalu, apa solusimu untuk semua ini, sayangku?" tanya Jauhar.
"Biarkan saja tetap seperti ini, mas Jo. Mas Jo tidak perlu menambah tugas mas Jo dan Syahna juga tidak perlu melepaskan kesenangannya demi menemaniku. Cukup mas Jo memberikan izin saja kepadaku untuk kembali bekerja," pinta Mahda.
"Apa kamu ingin kembali mengajar, sayang?" tanya Jauhar memastikan. Mengingat Mahda yang begitu menyukai anak kecil, tidak menutup kemungkinan bahwa Mahda akan kembali ke profesi awalnya sebagai guru taman kanak-kanak.
"Iya, mas. Aku akan kembali mengajar di TK. Bukankah letaknya tidak jauh dari rumah sakit ar Rayyan? Setidaknya aku juga bisa mengunjungi mas Jo dan Syahna sepulang mengajar," jawab Mahda dengan semangat.
Jauhar tidak langsung mengiyakan permintaan Mahda. Ada hal yang perlu ia pastikan terlebih dahulu kepada Mahda.
"Aku bisa saja mengizinkanmu, sayang. Tapi sebelum iku ada hal yang ingin kupastikan."
Mendengar perkataan Jauhar, Mahda yakin ia harus mempersiapkan banyak jawaban dan rayuan agar Jauhar mau memberikan izinnya.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment supaya Darin tetap semangat menulis ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Persinggahan Hati
Romance'Jika harus memilih, siapa yang akan kau pilih, Jo?' 'Entahlah, karena Syahna seumpama Khodijah bagiku sedang Mahda layaknya Aisyah. Hanya saja Allah lebih dulu mempertemukanku dengan Aisyah sebelum menyatukanku dengan Khodijah' *** Sampai saat ini...