Hati manusia itu mistis. Secepat angin berhembus, secepat itu pula hati manusia berubah. Tidak ada yang salah dengan mengatakan benci. Namun apakah elok seorang makhluk berkata demikian jika Sang Kholiq saja tetap memberikan rahman kepada hambanya tanpa pernah pilih kasih? Hati-hati, tidak ada sekat yang lebih tipis layaknya cinta dan juga benci. Bisa saja hari ini kita mengatakan benci, namun berapa lama rasa itu akan bertahan? Bukannya nurani mudah tersentuh dengan kebaikan? Kekuatan do'a tidak pernah salah. Dan sampai kapan pun hanya Dia lah Sang Maha Pembolak-Balik Hati.
🍃🍃🍃Gadis cantik itu masih tetap diam. Tidak disentuhnya minuman yang sengaja dipesankan sang lelaki untuknya. Sang lelaki pun hanya bisa diam. Lidahnya kelu untuk sekedar menanyakan kabar gadisnya.
"Minumlah dulu Syahna.. Daritadi kau terlihat gelisah."Perlahan Syahna mendongakkan kepalanya. Diamatinya sosok lelaki yang berada di depannya itu. Tidak ada yang berubah dari sosok lelaki itu. Hanya saja kini beberapa cambang yang dulunya terlihat rapi sudah mulai memanjang. Mungkin ia memang sengaja memanjangkannya.
"Kenapa kakak kembali?" Hanya itu yang bisa diucapkan Syahna. Sebenarnya sudah dari dulu ia ingin bertanya. Namun baru kali ini kesempatan itu datang.
"Maafkan aku Syahna. Aku memang egois." Lelaki itu kembali menunduk. Tidak ada pembelaan yang bisa ia berikan. Semua alasan terasa tidak masuk akal. Dari awal memang ia yang salah. Ia terlalu egois. Yang ia pikirkan hanya kesenangan sesaatnya saja. Nyatanya sampai sejauh ini hatinya tetap terasa hampa. Ia sadar gadis yang tengah berada di depannya inilah yang memang telah ditakdirkan olehNya sebagai pelengkap kebahagiaannya.
"Syahna tidak pernah menganggap kakak egois. Syahna juga tidak ingin marah ataupun menghakimi kakak. Karena Syahna sadar dari awal Dia lah yang telah menggariskan semua. Mungkin ini memang kisah yang telah ditakdirkan olehNya. Lagipula siapa pula Syahna ini. Syahna hanyalah satu dari sekian banyak makhluk yang ditakdirkan untuk singgah di kehidupan kakak. Syahna tidak punya hak untuk bertanya. Hanya saja Syahna tidak ingin munafik kak.. Syahna hanya ingin mengatakan bahwa Syahna kecewa."
Mendengar jawaban Syahna, Ibram terkesiap. Betapa menyesalnya ia karena telah melepaskan gadis seperti Syahna. "Maafkan aku Syahna.. Aku menyesal. Maafkan aku karena telah membuatmu kecewa. Mungkin aku memang tak tahu malu. Tapi sungguh Syahna, sampai sekarang aku masih mengharapkanmu. Dari dulu sampai sekarang, hanya ada satu nama yang senantiasa kupinta dalam doaku. Hanya kamu Syahna. Maafkan aku jika aku masih saja egois."
"Jangan begini kak. Tidak ada ikatan apapun diantara kita. Rasa yang ada semua hanyalah ujian. Aku dan juga kakak tidak boleh seperti ini. Jangan mengharapkanku. Janji Allah itu nyata. Tidak ada ikatan yang sah diantara kita. Jangan melulu menambah dosa. Lupakan saja diriku kak. Jika memang berjodoh Allah akan senantiasa melancarkan jalan kita."
Ibram kembali terkesiap dengan jawaban Syahna. 'Astaghfirullahal 'adhiim'. Ibram baru tersadar bahwa apa yang ia lakukan itu salah. Selama ini ia terlalu berharap pada makhlukNya. Padahal jodoh, rezeki, dan juga maut semua telah ditetapkan olehNya.
"Apa tidak ada sedikitpun rasamu untukku Syahna?"
Syahna terdiam. Sejujurnya dia tidak ingin membohongi rasanya. Tapi biarlah hanya Allah dan dirinya yang tahu. Hanya seseorang yang ditakdirkan untuknya yang berhak menerima cintanya. "Aku hanya akan mencintai seseorang yang memang ditakdirkan untukku, kak. Maafkan aku jika jawabanku tidak sesuai dengan apa yang kakak ingin."
"Tidak, Syahna. Aku malah lebih lega saat mendengar jawabanmu. Lanjutkan apa yang telah menjadi keyakinanmu. Terimakasih karena telah mengingatkanku. Jika memang berjodoh Allah pasti akan menakdirkan kita bersama."

KAMU SEDANG MEMBACA
Persinggahan Hati
Romance'Jika harus memilih, siapa yang akan kau pilih, Jo?' 'Entahlah, karena Syahna seumpama Khodijah bagiku sedang Mahda layaknya Aisyah. Hanya saja Allah lebih dulu mempertemukanku dengan Aisyah sebelum menyatukanku dengan Khodijah' *** Sampai saat ini...