Terimakasih sudah membaca cerita Darin.
Untuk yang ingin membaca dengan versi lebih cepat, bisa banget baca di aplikasi Fizzo dengan judul dan nama penulis yang sama.
Selamat Membaca...
Mahda menundukkan kepalanya. Entah kemana perginya semua tenaga yang ia miliki. Setelah mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Syahna, Mahda serasa kehilangan tenaganya. Akan jadi apa Mahda tanpa Jauhar? Selama ini Jauhar adalah segalanya bagi Mahda.
Melihat respon Mahda yang hanya terdiam, Syahna kembali berkata, "Dengarkan aku, Mahda. Kamu salah jika berkata begitu. Jika memang Jauhar menyesal karena telah beristrikan dirimu, kenapa dia tidak langsung menceraikanmu setelah mengetahui fakta bahwa kamu tidak bisa lagi memberikannya keturunan?"
Mahda kembali menangis mendengar perkataan Syahna. Sepenuhnya apa yang dikatakan Syahna memanglah benar. Jika Jauhar hanya menikahinya dengan alasan keturunan, sudah pasti Jauhar akan menceraikannya sesaat setelah kecelakaan itu terjadi. Jauhar juga pasti akan menyalahkannya atas meninggalnya kedua anak mereka. Nyatanya Jauhar sama sekali tidak pernah membahasnya. Bahkan dia sampai menyembunyikan fakta mengenai kondisi rahim Mahda demi menjaga perasaannya.
"Kamu tahu Mahda, aku yang menjadi saksi betapa hancurnya Jauhar saat harus mengambil keputusan untuk mengangkat rahimmu. Dia sangat memikirkan perasaanmu. Bahkan dia hampir saja tidak bisa mengendalikan dirinya karena begitu merasa terpukul atas keadaanmu. Ingat Mahda, bukan hanya kamu yang kehilangan kedua buah hatimu. Jauhar juga sama kehilangannya dengan dirimu. Ia juga sama berdukanya. Tapi dia selalu bersikap kuat demi dirimu. Dia selalu berusaha terlihat baik-baik saja agar tetap bisa menjaga kondisi mentalmu. Lalu, bisa kau bayangkan bagaimana hancurnya perasaannya saat tahu bahwa di belakangnya kamu selalu saja menyalahkan dirimu? Apa kamu tega membuat semua usahanya sia-sia?" ucap Syahna mencoba menyadarkan Mahda.
"Kebahagiaan seseorang tidak bisa diukur dengan adanya banyak harta atau tingginya kedudukan. Begitu juga dengan keberhasilan dan kebahagiaan sebuah pernikahan. Kebahagiaan sebuah pernikahan tidak hanya disebabkan karena adanya banyak anak dan harta. Dengan adanya pasangan yang saling menjaga dan memahami satu sama lain, itu juga merupakan kebahagiaan terbesar dari sebuah pernikahan. Apa kamu akan menafikan hal itu?" lanjut Syahna.
"Mengucapkannya memang mudah, Syahna. Tapi menjalankannya akan begitu sulit. Kamu akan mudah mengatakannya karena kamu tidak merasakannya," sangkal Mahda.
"Mahda, jika kamu masih bisa berkata seperti iku artinya kamu belum sepenuhnya ikhlas atas kehidupanmu. Bukankah kamu sendiri yang mengatakan bahwa kamu tidak pernah menyesali apapun ketentuan dari Allah untukmu karena kamu adalah seorang hamba yang beriman? Jika begini tanggapanmu atas semua perkataanku tadi, apakah sesuai dengan perkataanmu? Apa kamu sudah patut disebut sebagai seorang hamba yang beriman? Dimana keyakinanmu kepada Tuhanmu? Jangan berlaku bebal, Mahda. Jangan sampai hati kta menjadi keras dengan sebab penyangkalan-penyangkalan yang selalu kita berikan terhadap suatu kebenaran," nasihat Mahda.
Mahda membenarkan perkataan Syahna. Sepenuhnya tidak ada yang salah dengan perkataan itu. Hanya saja dia masih merasa berat. Masih ada sebagian dari dirinya yang belum bisa menerima. Ia masih tetap merasa gagal sebagai seorang wanita yang tidak lagi bisa memberikan keturunan untuk suaminya.
"Rabbi.. kenapa begitu sulit untuk menerima semuanya? Maafkan hambamu, Rabb.. Berilah hambamu keikhlasan.." pinta Mahda dalam hati.
"Mahda, kepada siapa kamu bercermin selama ini?" tanya Syahna lagi.
"Apa maksudmu dengan kata bercermin? Aku tidak bisa memahaminya," jawab Mahda,
"Maksudku siapa yang kau jadikan panutan dalam hidupmu?"
"Tentu saja para kekasih mulia. Para sahabat, para ummahatul mu'minin, juga para istri-istri nabi," jawab Mahda yakin.
"Kalau begitu, apa kamu masih mengingat kisah tentang Siti Sarah istri nabi Ibrahim? Siti Sarah dan juga nabi Ibrahim menikah karena saling mencintai. Keduanya hidup sebagai pasangan yang ideal. Siti Sarah senantiasa mendampingi nabi Ibrahim dan mendukung dakwahnya. Beliau menjadi penguat nabi Ibrahim. Begitu juga dengan nabi Ibrahim terhadap Siti Sarah. Beliau sangat menghormati Siti Sarah. Siti Sarah adalah partner hidup, teman berdiskusi, dan juga sahabat bagi nabi Ibrahim. Keduanya adalah cerminan pasangan yang ideal yang senantiasa menjadikan hukum-hukum Allah sebagai dasar-dasar hidupnya. Rumah tangga mereka dilimpahi dengan begitu banyak kebaikan. Bukankah itu semua adalah cerminan keluarga yang sempurna? Beliau berdua adalah perwujudan dari pasangan yang diidam-idamkan oleh setiap pasutri yang telah menikah." Syahna menjeda perkataannya dan melihat reaksi Mahda.
Mahda menyimak perkataan Syahna dengan baik. Ia mencoba menebak apa sebenarnya yang ingin dikatakan oleh Syahna. Sedari dulu Syahna memang lebih unggul dalam urusan keagamaan disbanding dirinya. Hal itu juga yang menjadikannya senang berdiskusi dengan Syahna.
"Tapi Mahda, dalam sebuah pernikahan tiap pasangan pastilah memiliki ujiannya masing-masing. Dari kisah rumah tangga yang begitu indahnya, Siti Sarah dan juga Nabi Ibrahim diuji dengan tidak hadirnya seorang keturunan. Beliau berdua telah mencapai usia senja, namun keduanya belum juga dikaruniai seorang anak. Lantas, apakah Siti Sarah menyerah dan menyalahkan dirinya? Tidak! Beliau tetap berdiri tangguh di samping suaminya untuk mendampinginya menyampaikan ajaran agama,"lanjut Syahna.
"Selanjutnya kamu bisa melihat para ummahatul mukminin. Coba kita ambil saja salah satu contoh ummahatul mukminin yang paling cerdas dan juga paling dicintai oleh Rosulullah dari istri-istrinya yang lain. Siti Aisyah ra. adalah sosok wanita yang sangat cerdas. Beliaulah yang menjadi dasar rujukan banyak hukum, terutama tentang hukum-hukum Islam seputar wanita. Karena kecerdasannya, beliau berhasil mengingat begitu banyak ilmu dan hukum yang disampaikan oleh nabi dalam setiap percakapannya. Lalu, apakah beliau dikaruniai seorang putra? Jawabannya adalah tidak, Mahda. Allah tidak memberikan seorang putra pada beliau. Lantas apakah beliau menyalahkan dirinya karena tidak bisa memberikan keturunan pada Rosulullah? Jawabannya adalah tidak. Karena memang tujuan sejati dari sebuah pernikahan bukanlah soal keturunan. Masih banyak hal lain yang perlu dipikirkan dalam sebuah pernikahan. Yang lebih penting untuk diperhatikan dari sebuah pernikahan adalah bagaimana caranya agar sebuah kebaikan bisa terlahir dari pernikahan itu. Kebaikan-kebaikan itu bisa berupa hal apapun, bukan sekeedar keturunan."
Syahna menyudahi ucapannya. Setelah itu ia menggenggam kedua tangan Mahda. "Dengarkan aku, Mahda, tanpa hadirnya seorang anak, kamu dan Jauhar tidak akan kekurangan sesuatu apapun. Kamu dan Jauhar akan tetap dilimpahi banyak kebaikan dan juga kebahagiaan. Ingatlah bahwa Jauhar begitu mencintaimu, Mahda. Dia akan selalu mengutamakanmu. Jadi kumohon jangan lagi kau salahkan dirimu. Kamu harus tetap bisa berdiri tegak di samping Jauhar. Kamu harus tetap mampu mendampingi Jauhar. Jika bukan kamu selaku istrinya, lalu siapa lagi yang akan mendampingi Jauhar? Kalian berdua harus bisa saling menguatkan. Jika selama ini Jauhar telah menyembunyikan kesedihannya demi menjaga perasaanmu, maka kamu harus bisa melakukan hal yang sama dengan cara tidak lagi menyalahkan dirimu. Yakinlah bahwa semua ini memanglah takdir terbaik yang telah Allah berikan kepadamu. Kondisi rahimmu tidak akan menjadikanmu lemah. Justru hal itu akan menjadikanmu wanita yang tangguh selayaknya Siti Aisyah dan Siti Sarah."
"Apa aku mampu, Syahna? Apa aku harus menyamakan diriku dengan dua sosok yang begitu mulai itu?"
"Kamu tidak harus menyamakan dirimu, Mahda. Jika kamu ingin menyamahi keduanya, tentu saja kamu tidak akan mampu. Yang perlu kamu lakukan hanyalah meneladani keduanya. Contohlah perilaku keduanya. Aku yakin kamu pasti mampu, Mahda. Sebagai sahabatmu, aku akan selalu mendukungmu." Kata Syahna meyakinkan Mahda.
Mahda terdiam. Apa dia mampu? Apa dia mampu menjadi wanita setangguh keduanya?
"Rabbi... Kuatkan hambaMu.." pinta Mahda sungguh-sunnguh.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment supaya Darin tetap semangat menulis ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Persinggahan Hati
Romance'Jika harus memilih, siapa yang akan kau pilih, Jo?' 'Entahlah, karena Syahna seumpama Khodijah bagiku sedang Mahda layaknya Aisyah. Hanya saja Allah lebih dulu mempertemukanku dengan Aisyah sebelum menyatukanku dengan Khodijah' *** Sampai saat ini...