Terimakasih sudah membaca cerita Darin.
Untuk yang ingin membaca dengan versi lebih cepat, bisa banget baca di aplikasi Fizzo dengan judul dan nama penulis yang sama.
Selamat Membaca...
"Syahna, lebih baik kita mendiskusikan perihal Mahda ini di ruang sebelah. Saya tidak ingin membuat Mahda terganggu hanya karena perdebatan kita."
"Aku tidak ingin mendebatmu, Jauhar. Keputusan tentang Mahda sepenuhnya berada di tanganmu. Kamu suaminya."
"Saya tahu, Syahna. Kamu mungkin tidak berniat mendebat saya. Tapi sedari tadi prilaku yang kamu tunjukkan malah berkebalikan dengan itu. Lagipula saya tidak boleh egois. Bisajadi masukan darimu bisa saya pertimbangkan."
"Baiklah, kalau memang itu maumu."
Keduanya berpindah ke ruang samping. Jauhar masuk terlebih dahulu dan diikuti oleh Syahna.
"Aku akan membuka pintunya, Jauhar. Kamu tidak keberatan, kan?"
"Tidak masalah, lagipula kita bukan mahram."
Mereka berdua duduk di kedua sofa yang berhadapan.
"Saya tidak akan memberitahukan kepada Mahda tentang kondisi rahimnya yang telah diangkat. Saya tidak ingin mengambil resiko." Jauhar mengawali percakapan.
"Ya, aku faham. Aku juga memiliki pemikiran yang sama denganmu. Hanya saja sampai kapan kau akan terus menyembunyikannya?"
"Entah, saya sendiri juga tidak tahu."
"Sebelum memutuskan hal itu, harusnya kamu sudah memiliki gambaran Jauhar. Tidak selamanya kamu bisa menyembunyikannya dari Mahda."
"Untuk saat ini saya tidak bisa memutuskan, Syahna. Setelah melihat kondisi Mahda tadi, saya rasa saya tidak akan mampu untuk mengungkapnya."
"Jauhar, mau tak mau kamu harus mengungkapnya. Jika sampai Mahda mengetahuinya sendiri dan itu bukan berasal darimu, ia akan jauh lebih terpuruk. Ingat Jauhar, Mahda paling membenci kebohongan."
"Lalu, apa yang kamu ingingkan, Syahna? Tolong jangan mendesak saya. Jujur, saya sendiri sangatlah kalut. Saya tidak tahu apakah keputusan saya ini benar atau tidak? Apakah keputusan ini memang keputusan terbaik yang bisa saya ambil?"
"Lebih baik kamu jujur, Jauhar. Aku tidak menyangkal bahwa perkataan dokter Rahma tadi memang benar. Hanya saja kamu juga harus mempersiapkan kapan waktu yang tepat untuk memberitahu Mahda. Setidaknya satu sampai dua minggu setelah kejadian ini, kurasa kondisi Mahda sudah cukup baik untuk menerima fakta mengenai keadaannya."
"Apa itu tidak terlalu cepat? Melihat respon Mahda tadi, sepertinya ia mengalami trauma terhadap kehilangan. Kehilangan kedua anak kami merupakan pukulan terbesar baginya. Saya tidak tega, Syahna."
"Aku pun sama, Jauhar. Aku tidak tega melihat kondisi Mahda saat ini. Tapi mau bagaimana lagi? Jika memang ini takdir yang harus ia jalani, maka ia harus mampu menghadapinya. Ia harus tegar. Jauhar, aku tahu bahwa Mahda adalah wanita yang kuat. Sedari kecil ia sudah tidak memiliki seorang ibu. Ini bukanlah kali pertama baginya. Kita akan menyembunyikannya selama kondisi Mahda belum membaik. Hanya saja kita tidak akan bisa menyembunyikannya terlalu lama. Lagipula aku mengenal sahabatku, Jauhar. Bisa jadi ia akan segera menuntut kehadiran anak. Dia tahu bahwa kamu sangat ingin memiliki banyak anak."
Jauhar menghembuskan nafasnya lelah. "Itulah yang saya sesalkan, Syahna. Tidak seharusnya saya berkata begitu. Saat ini saya rasa perkataan saya itu justru menyulitkan saya."
![](https://img.wattpad.com/cover/212338804-288-k856213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Persinggahan Hati
Romansa'Jika harus memilih, siapa yang akan kau pilih, Jo?' 'Entahlah, karena Syahna seumpama Khodijah bagiku sedang Mahda layaknya Aisyah. Hanya saja Allah lebih dulu mempertemukanku dengan Aisyah sebelum menyatukanku dengan Khodijah' *** Sampai saat ini...