14#Satu Tanya di atas Kepala

5.7K 653 419
                                    

Gercep amat belum ada semaleman kemarin ak liat udah menuhin target😭💓

Tapi maaf ya gais baru bisa up!

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

Happy reading<3

Ruang kelas sudah sepi sejak para murid keluar untuk berolahraga beberapa menit yang lalu. Meninggalkan seorang gadis yang masih berkutat dengan alat-alat tulis yang ia masukkan ke dalam tas.

Kedua temannya berada di kamar mandi untuk berganti pakaian. Dirinya sendiri masih mengenakan seragam. Akan menyusul setelah kegiatannya yang satu ini selesai. Untuk itu ia bergerak terburu-buru mengemas barang sehingga salah satu buku tersebut terlempar begitu saja ke atas lantai.

"Ah..shit," umpatnya menghela napas panjang dengan kedua mata memejam.

Gadis itu lantas segera membungkuk guna mengambil kembali buku yang terjatuh dalam keadaan lembaran kertas belakang yang terbuka. Jemari yang semula hendak menggapai mendadak terhenti lantaran barisan kata yang tersusun di sana menarik penuh perhatiannya.

Dia nolongin gue disitu!

Ya. Xavior gang

Pemilik sorot mata tajam yang menenangkan

Hingga dengan begitu saja, pikiran gadis itu melayang berkenala bersamaan dengan tangannya yang meraih serta menggenggam erat buku tadi.

Bagaimana goresan tinta yang ditulisnya dua tahun silam membawanya pada ingatan dimana hari pertama bersekolah di SMA Pandawa. Hari itu, upacara akan segera dimulai, tetapi dirinya malah datang kesiangan. Dengan kecepatan penuh ia berlari masuk ke dalam barisan siswa paling belakang.

Flashback on

"Hari ini, pemeriksaan atribut untuk para siswa-siswi baru di Pandawa. Gue bertugas di barisan ini, lo di ujung sana aja ya?"

Gadis itu mengernyit perlahan begitu mendengar beberapa anggota OSIS ber-almamater kelabu tampak berbincang. Samar-samar ia mendengar tugas yang mereka bagi sebelum pergi berpencar.

Pandangannya berputar mengelilingi murid-murid Pandawa yang seketika memerika kelengkapan atribut di baju mereka. Tak terkecuali dirinya. Gadis itu mengalihkan pandangan ke depan seraya meraba beberapa bet sekolah yang terpasang apik di seragam.

"Dasi gue!" serunya dengan suara pelan. Gadis itu merasakan panik mulai menyerang.

Dengan kesal ia menepuk dahinya beberapa kali sambil merutuki dirinya dalam hati. Ini pasti karena ia terburu-buru pergi sampai tidak menyadari jika dasinya tertinggal. Sementara itu, keringat dingin mulai bercucuran.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang