Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.
Happy reading<3
Pagi itu, hari Minggu Julian harus kembali menghela napas panjang setelah beberapa detik ocehan Jessica—sang Mama kembali memenuhi telinganya. Padahal mereka sedang berada di atas jalan. Hendak pergi ke pasar namun Mom Jes itu tidak juga berhenti menggerutu.
"Emang sekarang tuh lagi jamannya selingkuh."
Penuturannya itu lagi-lagi membuat Julian merasa jengah. Tapi bagaimana ya.. mulutnya juga terasa gatal ingin membalasnya. "Enggak juga, Mom. Ngapain juga selingkuh kalau nyatanya bucin sama satu orang itu enak banget."
"Kamu ngomong aja gitu sama Bapakmu!" nyolot Jessica kontan membuat Julian tergelak.
Sejak kejadian kemarin, kepala Julian rasanya ingin meledak lantaran kedua orangnya tidak berhenti bertengkar. Masalahnya masih sama. Julian yang tidak tahu-menahu pada saat itu akhirnya berhasil memancing mereka untuk bercerita.
Rupanya di hari yang sama, sebelum adanya perang di rumah Jessica—sang Mama memergoki Ajun tengah berduaan dengan ABG di sebuah persimpangan jalan. Mom Jess yang baru selesai menghadiri arisan praktis menelisik keduanya dari dalam mobil. Terlihat Paps Jun yang masih mengenakan stelan kantor lengkap tampak berbincang dengan gadis itu yang diperkirakan seumuran Julian. Bukan hanya itu, bahkan sang gadis sempat memegangi jas Ajun membuat Jessica meradang.
Penasaran, Jessica memutuskan untuk turun dengan niat menggep keduanya. Lalu ketika jawaban dari dugaannya adalah benar, wanita itu menjewer begitu saja telinga sang suami. Sementara gadis remaja seksi itu terbirit-birit pergi.
Awalnya ketiga anak-anak Mom Jess jelas tidak percaya. Mana mungkin Paps Jun yang sudah pensiunan Playboy mulai berani memasuki kandang keramat lagi?
Akan tetapi melihat bagaimana histerisnya Mom Jess ketika bercerita membuat mereka tak tega. Dan yang bisa Juan, Juna dan Julian katakan adalah...
"Udah Mom, jangan nangis lagi. Tenang aja, lelaki mah masih banyak-"
Plakk!
"Itu Bapakmu, Julian nak setan!" Juna menyela setelah menampar kecil pipi Julian. Sedangkan Juan menyoroti mereka tajam.
"Mom, lebih baik tenang dulu. Kita belum tau kebenarannya. Mom cuma kebawa emosi aja. Lagipula kalian nikah kan udah bertahun-tahun. Sudah seharusnya saling menaruh percaya," ujar Juan lembut nan menenangkan.
Anak pertama dari Ajun dan Jessica itu sejak tadi tidak berhenti mengelus kedua pundak bergetar sang Mama. Mereka sudah duduk tenang di atas sofa. Sementara Juna dan Julian duduk lesehan di atas karpet berbulu motif panda. Sebagai anak bawang, mereka hanya bisa menatap prihatin Mom Jes dari bawah sambil memijat kedua kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE
Fiksi Remaja"Kalau lo tau gue depresi, gimana?" "Gue temenin. Gue bantuin lo sampai lo sembuh. Gue bakalan jadi obat buat lo-"Ada jeda setelahnya. Dimana sepasang mata tajam Julian menyipit membaca name tag pada seragam gadis di hadapannya. "Marsha Ilona." ****...