4#Permen Jahe

18.2K 1.5K 352
                                        

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

Happy reading<3

"Hah?" Begitu respon Julian, Arsenal, Gama serta Gentala yang secara kompak tergelak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah?" Begitu respon Julian, Arsenal, Gama serta Gentala yang secara kompak tergelak.

Arsenal mendekat ke arah Rainer. "Ah, Ner lo yang bener?"

"Siapa namanya? Anak kelas dua belas jurusan apa? IPS atau IPA? Biar gue cari tau secepatnya," ujar Gama menggebu-gebu. Tipikal Gasendra Mahari yang tidak senang sekedar berbasi-basi.

"Ah pokonya yang deket sama inti Xavior gang deh."

Ucapan setengah-setengah dari Rainer sontak membuat Julian semakin dilanda frustasi. Ia menyugar rambutnya kasar untuk kesekian kali. "Iya siapa namanya, anjrot! Lo jangan bikin gue makin depresot!"

Untuk sesaat Rainer menoleh pada Julian dengan pandangan yang sulit diartikan. Lalu ia mengangguk perlahan. "Pacar lo, Bos. Cewek lo dideketin sama anak inti The Zurrel."

"Apa?!" Dan yang melambung tinggi dalam kepala Julian sepenuhnya hanyalah satu—Marsha.

"Wait..." Arsenal mengambil alih atensi. Menarik sepasang mata mereka menatap ke arahnya yang nampak serius kali ini. "Ju, emang lo punya pacar?"

Gama mati-matian menahan tawa dengan menggulum bibirnya. Julian tampak diam. Berbeda dengan Rainer yang sudah mengambil ancang-ancang.

Julian terdiam sesaat, lalu berdehem.

"Kan lo mah deket doang, nggak jadian!"

"Heh, sialan!" Seperkian detik seruan bernada ejekan itu terlontar, Julian lekas menoleh pada Rainer yang sudah berlari terbirit-birit meninggalkannya menuruni tangga.

"RAINEEERRR!!"

Julian dengan kecepatan penuh menyusul. Diikuti Gentala, Gama dan Arsenal yang memilih keluar ruangan demi menyaksikan tingkah absurd Rainer yang selalu memancing emosi Julian. Sementara di bawah sana, Madhava hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

"ENGGAK GUNA LO JADI MATA-MATA!"

"TERUS LO MAUNYA GUE JADI APA? HIDUNG-HIDUNG?" tanya Rainer masih sempat-sempatnya.

"MULUT-MULUT?"

Arsenal tertawa terpingkal-pingkal. Baik dirinya, Gama dan Gentala masih berdiri di atas tangga. Sedang Julian masih setia mengejar Rainer yang kelabakan seperti dikejar-kejar setan. Lihat saja, sebentar lagi Julian pasti akan menjambak rambut badai kesayangannya itu atau botakin saja sekalian.

Di saat yang tidak tepat, dari arah dapur tiba-tiba muncul sosok Abrisam dengan sebaskom mie rebus lengkap dengan telur dan hiasan sayur. Tanpa di duga, Abrisam berjalan hendak menaiki tangga. Mencegah langkah Rainer yang tergesa-gesa sehingga lelaki itu berakhir tersungkur di ujung tangga begitu saja.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang