2#The J'family

46.2K 2.5K 207
                                        

Happy 10k readers!

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

Happy reading<3

Selepas hari itu, apakah Julian tidak mengizinkan dirinya untuk kembali melakukan tawuran?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas hari itu, apakah Julian tidak mengizinkan dirinya untuk kembali melakukan tawuran?

Jelas tidak.

Alih-alih menyesal karena tertangkap basah oleh Bapak Arsenal serta jajaran polisi, Julian malah lebih menyesal lantaran meninggalkan segelintir kawan-kawannya untuk berpencar pergi. Meskipun hal itu sudah sering mereka lakukan dengan alasan kepepet, tapi Julian berjanji seandainya salah satu dari mereka tertangkap suatu hari nanti, maka Julian akan maju di barikade terdepan dengan menyongsong rasa solidaritas yang tinggi.

Bukan berjanji untuk tidak tawuran lagi.

Julian menyengir. Lagipula itu terjadi dua tahun yang lalu. Saat ia masih bocah-bocahnya walaupun sekarang juga masih kayak bocah. Hari dimana ia baru ditunjuk menjadi ketua di kelas 10 SMA. Masih berlagak congkak dan sok cool di depan para musuh macam kerasukan reog meski sekarang malah lebih parah.

Namun karena hari itu, Julian jadi belajar banyak hal. Mendapat satu pengalaman yang akan diceritakan pada cucu-cucunya kelak bahwa dia pernah nakal. Yang jika mereka bertanya, kok bangga? Maka Julian menjawab dengan menepuk-nepuk dada sambil berkata...

"Cu, nakal itu tidak perlu. Tapi sekali-kali tuh nggak papa, biar nanti kamu punya cerita seru di masa tua."

Itu adalah sebagian dari khayalan konyol seorang Julian. Sekaligus menjadi hal pertama yang terngiang usai melewati itu setelah pertemuan singkat Julian dengan seseorang.

Julian akan menceritakannya nanti. Karena kini ia tengah sibuk mempersiapkan diri menyambut senin di pagi hari. Keluar dari kamar mandi, ia berdiri di depan cermin. Diambilnya sejumput gel rambut. Untuk kemudian diusapkan pada kepala dengan gerak mengacak-acak.

Dua kancing seragam atasnya dibiarkan terbuka. Hingga sebuah kalung putih berliontin kotak khas lelaki terlihat jelas menghiasi leher sampai dada bidangnya. Seragam sekolah tak luput keluar dari celana abunya. Serta lengan yang dilipat, juga beberapa kali semprotan parfum beraroma maskulin menjadi pelengkap.

Sekali lagi Julian melihat pantuan dirinya dari atas kepala hingga ujung kaki pada cermin kamar dengan rasa percaya diri yang tinggi. "Kalau dipikir-pikir muka gue nggak buluk-buluk amat."

"Malah mirip David Beckham ah!" serunya begitu saja.

Lantas pangling melihat dirinya sendiri sambil mengusap halus dagu persis seperti seseorang yang memiliki jenggot panjang. Rasanya Julian belum cukup puas berkaca tetapi suara menggelegar dari bawah sana sudah lebih dulu mengambil alih atensinya.

"Juan!"

"Juna!"

"Julian!"

"Ayo turun para anak muda! Kita sarapan bareng."

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang